Kamis, 17 November 2016

BEST PRACTICE GURU PEMBELAJAR MODA TATAP MUKA (2)

PENDAHULUIAN

  1. Latar Belakang Masalah
Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik sehingga menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik.
Untuk merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Untuk melaksanakan program tersebut, pemetaan kompetensi telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya. Data guru peserta UKG tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 1.1 Data Peserta UKG 2015
No
Satuan Pendidikan
Jumlah Peserta UKG
1
TK
252.631
2
SD
1.389.859
3
SLB
21.287
4
SMP
561.164
5
SMA
254.166
6
SMK
220.409
Total
2.699.516
Sumber Data : UKG 2015 Ditjen GTK
Hasil UKG pada tahun 2015 menunjukkan nilai rata-rata nasional yang dicapai adalah 56,69, meningkat dibandingkan nilai rata-rata nasional dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 47, dan sudah melampui target capaian nilai rata-rata nasional tahun 2015 yang ditetapkan dalam renstra Kemdikbud yaitu sebesar 55. Walaupun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) berusaha lebih keras agar dapat mengejar target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 65. Untuk itu Ditjen GTK mengembangkan program berdasarkan hasil UKG 2015 yang disebut dengan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar.
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar adalah upaya peningkatan kompetensi guru yang melibatkan Pemerintah serta partisipasi publik yang meliputi pemerintah daerah, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri, organisasi kemasyarakatan, serta orangtua siswa. Bentuk pelibatan publik dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memberikan dukungan bagi terselenggaranya Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar, baik dalam moda tatap muka, dalam jaringan (daring), maupun daring kombinasi.
.
2.       Pendekatan Penyelesaian Masalah
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar moda Tatap muka di SMA Santa Maria Rembang dilaksanakan menggunakan pendekatan andragogi dengan menerapkan metode diskusi, ceramah, dan penugasan untuk menguasai materi pembelajaran secara tuntas
3.      Tujuan
a.      Tujuan Umum
Program peningkatan kompetensi guru pembelajar secara umum bertujuan untuk meningkatkan kompetensi  guru, baik pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya, menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi peserta didiknya, melalui berbagai moda dan media, di berbagai pusat belajar.
b.      Tujuan Khusus

Secara khusus, program peningkatan kompetensi guru pembelajar bertujuan agar peserta:a.       Menguasai kompetensi paedagogik dan profesional sesuai dengan modul yang dipelajari.
b.      Memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya,
c.       Menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme, dan keceriaan bagi pesertta didiknya,
d.      Memiliki untuk terus belajar mengembangkan potensi dirinya.
1.      Manfaat
a. Bagi siswa
Mendapatkan layanan dari guru dengan maksimal karena guru menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
b. Bagi guru
1) Sebagai sarana untuk belajar kembali dan meningkatkan kompetensi yang kurang dikuasai.
2) sebagai tempat belajar bersama memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar sehari-hari.

A.    LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar moda Tatap muka di SMA Santa Maria Rembang dilaksanakan menggunakan pendekatan andragogi dengan menerapkan metode diskusi, ceramah, dan penugasan untuk menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Dalam kegiatan pembelajaran ditemui beberapa kendala, diantaranya adalah:
a.       Sarana dan Prasarana.
Kondisi ruang kelas terlalu sempit untuk pembelajaran orang dewasa yang berjumlah 40 peserta sehungga kurang efektif untuk kegiatan pembelajaranyang membutuhkan kerjasama dalam dinamika kelompok. Ditambah lagi dengan ketidaktersedianya pengeras suara sehingga diperlukan suara keras bagi mentor dan peserta dalam presentasi,.
b.      Peserta
Tidak semua perserta mampu dalam penguasaan Tehnologi Informasi dan Komputer (TIK), sehingga ini menjadi masalah tersendiri pada saat peserta mengerjakan tugas mandiri atau kelompok.
Keadaan psikologis orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai karakteristik khusus, diantaranya; (1) hal-hal yang menyangkut motivasi, (2) Hal-hal yang menyangkut melupakan kebiasaan. Orang dewasa sering mempunyai kesulitan untuk memperbaiki kesalahan yang sudah menjadi kebiasaan mereka, (3) Hal-hal yang menyangkut daya ingat yang buruk (4) Persoalan menyangkut penolakan terhadap perubahan. Orang dewasa mempunyai kesulitan untuk menerima gagasan, konsep, metode dan prinsip baru.

Bertolak dari permasalahan diatas maka kami sebahgai mentor perlu menciptakan suasana dalam proses pembelajaran orang dewasa sehubungan dengan faktor fisiologis dan psikologisnya, diantaranya  sebagai berikut:
a. Kumpulan manusia aktif
Orang dewasa buka manusia pasif yang hanya mampu menerima gagasan, nilai-nilai maupun jawaban dari orang lain. Pada dasarnya adalah manusia kreatif yang mampu mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapinya secara kreatif. Oleh karena itu orang dewasa akan belajar dengan aktif apabila menemukan jawaban dan pemecahan masalah dalam mengembangkan gagasan dan teori-teori. Terkait dengan hal ini maka dalam proses pembelajaran peserta perlu dilibatkan secara optimal,karena belajar bagi orang dewasa bukan hanya belajar dengan fasilitator, namun antara peserta dengan peserta, antara peserta dengan panitia penyelenggara serta belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain. 
b. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan lebih senang apabila diajak untuk berfikir dari pada diberikan teori-teori yang diberikan pada mereka. Orang dewasa tidak senang disalahkan, namun dihargai pendapat-pendapatnya.
c. Suasana harga menghargai 
Belajar bagi orang dewasa subyektif dan unik, maka lepas benar atau salah segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilai perlu dihargai.
d. Suasana saling percaya
Perlu saling percaya dan mempercayai antara pengajar dan peserta dan perlu memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Suasana ini harus diciptakan dalam proses pembelajaran dengan difasilitasi oleh fasilitator .
B.     Suasana tidak mengancam.
Peserta diklat harus merasakan rasa aman dalam situasi belajarnya.
C.     Situasi penemuan diri
Dengan diberikan lebih banyak kesempatan untuk menemukan diri sendiri lewat bimbingan fasilitator, kebutuhan pemecahan masalah, mengetahui kekuatan dan kelemahannya.
D.    Suasana keterbukaan.
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain
E.     Suasana membenarkan perbedaan.
Dengan latar belakang pendidikan, kebudayaan dan pengalaman masa lampau, peserta diklat dapat investasi berharga justru karena perbedaannya
i. Suasana untuk mengetahui hak berbuat salah. Kesalahan dan kekeliruan adalah hal wang wajar dalam belajar
j. Suasana membolehkan keraguan. Pemaksaan untuk menerima suatu teori sebagai yang paling tepat dan paling benar akan dapat menghambat proses belajar
k. Evaluasi bersama dan evaluasi diri. Orang dewasa selalu ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya,. Untuk itu evaluasi bersama untuk seluruh anggota dirasakan berharga untuk bahan renungan.


https://wahyu-nuansa.blogspot.co.id/2016/11/best-practice-guru-pembelajar-moda_23.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar