PENDAHULUIAN
- Latar Belakang
Masalah
Guru sebagai pendidik pada
jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah memiliki peran
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik sehingga
menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya
peranan guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang–Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya
pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi
pendidik.
Untuk
merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru
Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum
bersertifikat. Untuk melaksanakan program tersebut, pemetaan kompetensi telah
dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat
diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan
kompetensinya. Data guru peserta UKG tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam tabel
berikut.
Tabel 1.1 Data Peserta UKG 2015
No
|
Satuan Pendidikan
|
Jumlah Peserta UKG
|
1
|
TK
|
252.631
|
2
|
SD
|
1.389.859
|
3
|
SLB
|
21.287
|
4
|
SMP
|
561.164
|
5
|
SMA
|
254.166
|
6
|
SMK
|
220.409
|
Total
|
2.699.516
|
Sumber Data : UKG 2015
Ditjen GTK
Hasil
UKG pada tahun 2015 menunjukkan nilai rata-rata nasional yang dicapai adalah
56,69, meningkat dibandingkan nilai rata-rata nasional dari tahun-tahun
sebelumnya yaitu 47, dan sudah melampui target capaian nilai rata-rata nasional
tahun 2015 yang ditetapkan dalam renstra Kemdikbud yaitu sebesar 55. Walaupun
demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) berusaha lebih keras agar dapat
mengejar target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 65. Untuk itu Ditjen GTK
mengembangkan program berdasarkan hasil UKG 2015 yang disebut dengan Program
Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar.
Program Peningkatan Kompetensi
Guru Pembelajar adalah upaya peningkatan kompetensi guru yang melibatkan
Pemerintah serta partisipasi publik yang meliputi pemerintah daerah, asosiasi
profesi, perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri, organisasi
kemasyarakatan, serta orangtua siswa. Bentuk pelibatan publik dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti memberikan dukungan bagi terselenggaranya Program
Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar, baik dalam moda tatap muka, dalam
jaringan (daring), maupun daring kombinasi.
.
2. Pendekatan
Penyelesaian Masalah
Program Peningkatan
Kompetensi Guru Pembelajar moda Tatap muka di SMA Santa Maria Rembang dilaksanakan
menggunakan pendekatan andragogi dengan menerapkan metode diskusi, ceramah, dan
penugasan untuk menguasai materi pembelajaran secara tuntas
3.
Tujuan
a. Tujuan Umum
Program peningkatan kompetensi guru pembelajar secara umum
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, baik pedagogik maupun
profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta
didiknya, menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi
peserta didiknya, melalui berbagai moda dan media, di berbagai pusat belajar.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus, program peningkatan kompetensi guru pembelajar
bertujuan agar peserta: a.
Menguasai kompetensi
paedagogik dan profesional sesuai dengan modul yang dipelajari.
b.
Memiliki performa
sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya,
c.
Menjadi contoh tentang
ketangguhan, optimisme, dan keceriaan bagi pesertta didiknya,
d.
Memiliki untuk terus
belajar mengembangkan potensi dirinya.
1.
Manfaat
a. Bagi siswa
Mendapatkan layanan dari
guru dengan maksimal karena guru menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
b. Bagi guru
1)
Sebagai sarana untuk belajar kembali dan meningkatkan kompetensi yang kurang
dikuasai.
2) sebagai
tempat belajar bersama memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan
belajar mengajar sehari-hari.
A.
LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Program
Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar moda Tatap muka di SMA Santa Maria
Rembang dilaksanakan menggunakan pendekatan andragogi dengan menerapkan metode
diskusi, ceramah, dan penugasan untuk menguasai materi pembelajaran secara
tuntas.
Dalam kegiatan pembelajaran ditemui beberapa kendala,
diantaranya adalah:
a. Sarana dan Prasarana.
Kondisi
ruang kelas terlalu sempit untuk pembelajaran orang dewasa yang berjumlah 40
peserta sehungga kurang efektif untuk kegiatan pembelajaranyang membutuhkan
kerjasama dalam dinamika kelompok. Ditambah lagi dengan ketidaktersedianya
pengeras suara sehingga diperlukan suara keras bagi mentor dan peserta dalam
presentasi,.
b. Peserta
Tidak semua perserta mampu dalam penguasaan Tehnologi Informasi
dan Komputer (TIK), sehingga ini menjadi masalah tersendiri pada saat peserta
mengerjakan tugas mandiri atau kelompok.
Keadaan
psikologis orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai karakteristik khusus,
diantaranya; (1) hal-hal
yang menyangkut motivasi, (2) Hal-hal yang menyangkut melupakan
kebiasaan. Orang dewasa sering mempunyai kesulitan untuk memperbaiki kesalahan
yang sudah menjadi kebiasaan mereka, (3) Hal-hal yang menyangkut daya ingat
yang buruk (4) Persoalan menyangkut penolakan terhadap perubahan. Orang dewasa
mempunyai kesulitan untuk menerima gagasan, konsep, metode dan prinsip baru.
Bertolak dari
permasalahan diatas maka kami sebahgai mentor perlu menciptakan suasana dalam proses pembelajaran orang
dewasa sehubungan dengan faktor fisiologis dan psikologisnya, diantaranya sebagai berikut:
a. Kumpulan manusia aktif
Orang dewasa buka manusia pasif yang
hanya mampu menerima gagasan, nilai-nilai maupun jawaban dari orang lain. Pada
dasarnya adalah manusia kreatif yang mampu mendiskusikan masalah-masalah yang
dihadapinya secara kreatif. Oleh karena itu orang dewasa akan belajar dengan
aktif apabila menemukan jawaban dan pemecahan masalah dalam mengembangkan
gagasan dan teori-teori. Terkait dengan hal ini maka dalam proses pembelajaran
peserta perlu dilibatkan secara optimal,karena belajar bagi orang dewasa bukan
hanya belajar dengan fasilitator, namun antara peserta dengan peserta, antara
peserta dengan panitia penyelenggara serta belajar dari pengalaman-pengalaman orang
lain.
b. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan belajar lebih baik
apabila pendapat pribadinya dihormati, dan lebih senang apabila diajak untuk
berfikir dari pada diberikan teori-teori yang diberikan pada mereka. Orang
dewasa tidak senang disalahkan, namun dihargai pendapat-pendapatnya.
c. Suasana harga menghargai
Belajar bagi orang dewasa subyektif dan
unik, maka lepas benar atau salah segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan,
teori, sistem nilai perlu dihargai.
d. Suasana saling percaya
Perlu saling percaya dan mempercayai
antara pengajar dan peserta dan perlu memiliki kepercayaan pada diri sendiri.
Suasana ini harus diciptakan dalam proses pembelajaran dengan difasilitasi oleh
fasilitator .
B.
Suasana tidak mengancam.
Peserta diklat harus merasakan rasa aman dalam situasi
belajarnya.
C.
Situasi penemuan diri
Dengan diberikan lebih banyak kesempatan
untuk menemukan diri sendiri lewat bimbingan fasilitator, kebutuhan pemecahan
masalah, mengetahui kekuatan dan kelemahannya.
D.
Suasana keterbukaan.
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan
terbuka untuk mendengarkan orang lain
E.
Suasana membenarkan perbedaan.
Dengan latar belakang pendidikan, kebudayaan dan
pengalaman masa lampau, peserta diklat dapat investasi berharga justru karena
perbedaannya
i. Suasana untuk mengetahui hak
berbuat salah. Kesalahan dan kekeliruan adalah hal wang wajar dalam belajar
j. Suasana membolehkan keraguan.
Pemaksaan untuk menerima suatu teori sebagai yang paling tepat dan paling
benar akan dapat menghambat proses belajar
k. Evaluasi bersama dan evaluasi
diri. Orang dewasa selalu ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya,.
Untuk itu evaluasi bersama untuk seluruh anggota dirasakan berharga untuk bahan
renungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar