Senin, 24 Desember 2012

Kurikulum 2013 - Guru Penjas Tak Perlu Merangkap

 


Kurikulum 2013 rencananya akan mulai diberlakukan pada Juni 2013, ada banyak perubahan jika dibanding dengan KTSP sekarang. Mulai dari jumlah mata pelajaran wajib sampai dengan jumlah jam  mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh,untuk Pendidikan Jasmani Olahrga dan Kesehatan yang sekarang ini hanya 21 jam dalam satu minggu, untuk Kurikulum 2013 menjadi 24 jam pelajaran, yang berarti untuk teman-teman guru Penjasorkes tidak perlu lagi mengampu di sekolah lain demi untuk pemenuhan jumlah jam mengajar dalam satu minggu. Karena darikelas I s/d kelas VI masing-masing 4 jam pelajaran.
Tentu semua masih memungkinkan ada perubahan mengingat kurikulum ini masih dalam taraf uji publik.

Dibawah ini saya sajikan sebuah PENGANTAR dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,. yang isinya seputar uji publik untuk pengembangan kurikulum dimaksud. Ada beberapa link yang bisa menampung komentar dan masukan dari kita, dan ada juga link yang berisi Draf Rancangan Kurikulum 2013 untuk di download.

Sumonggo ..............



Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor diantaranya: lama siswa bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; buku pegangan atau buku babon; dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan.
Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

 
Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran [KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan]; (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial
Sementara itu, Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya: (1) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (2) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (3) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
Selanjutnya, seperti yang akan Anda temukan nanti, berbagai aspek dalam Pengembangan Kurikulum 2013 dapat Anda beri tanggapan melalui laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id ini. Anda dapat menggunakan kesempatan baik ini untuk memberi masukan, kritik, dan saran hingga tanggal 24 Desember 2012.
Untuk memaksimalkan uji publik serta agar setiap tanggapan dapat kami rekam dengan baik guna pengolahan lebih lanjut, pelaksanaan uji publik ini dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
  1. Anda diminta mengunduh rancangan Kurikulum 2013 yang tersedia dalam bentuk PDF pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id ini (klik disini untuk mengunduh).
  2. Dalam setiap halaman rancangan Kurikulum 2013 tersebut, terdapat ruang untuk Anda memberi tanggapan.
  3. Bilamana Anda hendak memasukkan tanggapan melalui laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id, kami minta Anda terlebih dahulu mengisi identitas diri dalam lembar isian yang tersedia.
Jika ada hal-hal yang ingin disampaikan lebih lanjut bisa melalui email: ujipublik.kurikulum@kemdikbud.go.id
Atas partisipasi Anda dalam Pengembangan Kurikulum 2013 kami sampaikan terima kasih. Untuk melanjutkan klik disini.



Salam,
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
 Kementerian pendidikan dan Kebudayaan
  



Sabtu, 22 Desember 2012

Kurikulum 2013 - Bebas LKS


Ganti kurikulum berarti ganti juga buku-buku pelajaran yang digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. Ini berarti akan memberatkan orang tua atau guru dan menyulitkan peserta didik untuk memenuhi buku sebagai sumber belajar. Tetapi, hal itu dibantah oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Musliar Kasim. Dia memastikan, kurikulum baru tidak akan menyulitkan peserta didik, terutama dalam memenuhi kebutuhan buku belajar seperti Lembar Kerja Siswa (LKS) yang selama ini dinilai memberatkan.



"Untuk kurikulum baru, LKS tidak ada lagi. Yang ada adalah buku panduan guru untuk mengajar dan buku siswa," kata Musliar Kasim (10/12/2012).



Dalam kurikulum baru yang diterapkan Juni 2013, pemerintah juga akan melengkapinya dengan buku panduan bagi guru dan siswa. Rencananya, buku-buku pelajaran yang akan digunakan oleh peserta didik akan dibuat oleh tim penyusun yang dibentuk Kemendikbud. Tim penyusun ini beranggotakan guru-guru dan para ahli pendidikan. Penerbit-penerbit buku hanya akan memiliki hak untuk menggandakan, bukan menulis buku pelajaran baru.



Banyaknya buku yang harus dimiliki peserta didik, seperti LKS, menurut Wamendikbud ini disebabkan tidak adanya komitmen kalangan guru dalam menerapkan kurikulum yang ada. Ketidakmauan guru untuk membuat LKS membuat penerbit memanfaatkan itu. Penerbitlah yang menyusun LKS tersebut dan menawarkannya ke sekolah-sekolah. Sehingga peserta didik harus kembali mengeluarkan uang untuk mendapatkan bahan belajar seperti LKS.



"Mestinya kalau kita komit, tidak diperlukan adanya LKS ini. Selama ini (LKS, red) ada karena guru malas saja. Karena sudah terbiasa seperti itu, maka penerbit memang mencari celah untuk masuk," jelas Musliar Kasim di Jakarta.



Sebelumnya, Mendikbud Mohammad Nuh juga menjelaskan buku-buku pelajaran baru tidak boleh membebani masyarakat. Dalam kurikulum baru, buku ajar disiapkan oleh Kemdikbud. Hanya ada satu buku saja yang akan diajarkan oleh guru di sekolah. "Buku-buku baru sebagai pengembangan kurikulum tidak boleh menjadi beban bagi masyarakat. Nanti tidak ada lagi LKS, karena dalam buku sudah ada soal-soalnya. Sehingga anak-anak juga bawa bukunya enak, nyaman," ujar Mohammad Nuh, (6/12/2012).



LKS memang sebaiknya dibuat sendiri oleh guru, sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuatnya. LKS bukan kumpulan soal, melainkan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk membangun pengetahuanya, yang mungkin itu bisa berupa pertanyaan. Bagaimana komentar Bapak Ibu? Yang jelas, akan seperti apa buku pelajaran dan LKS yang akan digunakan Kemendikbud pada kurikulum 2013 membuat kita penasaran.







Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/12/tidak-ada-lagi-lks-di-kurikulum-2013.html#ixzz2Fpyx2hH4

Nuansa: Kumpulan Soal Try Out 2013

Nuansa: Kumpulan Soal Try Out 2013: Sekedar berbagi untuk persiapan Ujian Nasional 2013, ada beberapa kumpulan soal untuk latihan, klik tautan di bawah ini  : Kump...

Kumpulan Soal Try Out 2013


Sekedar berbagi untuk persiapan Ujian Nasional 2013, ada beberapa kumpulan soal untuk latihan, klik tautan di bawah ini  :





Dan sebagai bahan pengayaan link di bawah ini menyajikan kumpulan soal-soal IPA Kelas VI semeter 1 & II




Monggo dikunjungi, semoga bermanfaat.........

Prediksi Soal Ujian Nasional


Kemendikbud melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) akhirnya merilis kisi-kisi soal Ujian Nasional (UN) 2013 mulai untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Sepertinya tahun lalu, kisi-kisi UN SD/MI ini mencangkup 3 mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).



Perkiraan soal UN 2013 untuk jenjang SD ini sudah bisa didapatkan (didownload). Kisi-kisi soal UN SD/MI/SDLB 2013 yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan soal UN 2013 ini terdiri beberapa kompetensi yang dijabarkan menjadi beberapa indikator yang kemudian akan digunakan dasar pembuatan soal UN 2013. Berikut contoh kompetensi dan indikator pada kisi-kisi UN SD/MI 2013:



KISI-KISI UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SD/MI 2013



•Disajikan petunjuk penggunaan obat, siswa dapat menjelaskan penggunaan obat sesuai dengan tingkatan umur.

•Disajikan petunjuk penggunaan sebuah produk yang diacak, siswa dapat mengurutkan dengan susunan yang tepat.

•Disajikan rubrik khusus surat pembaca, siswa dapat menentukan kalimat saran dengan tepat.



KISI-KISI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SD/MI 2013



•Siswa dapat menentukan hasil operasi hitung campuran bilangan cacah

•Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan cacah

•Siswa dapat menentukan hasil operasi hitung campuran bilangan bulat



KISI-KISI UJIAN NASIONAL IPA SD/MI 2013



•Siswa dapat menjelaskan fungsi dari ciri khusus pada hewan/tumbuhan tertentu

•Disajikan contoh beberapa tumbuhan/hewan dalam satu kelompok, siswa dapat menentukan dasar pengelompokan dari tumbuhan/hewan tersebut

•Siswa dapat menjelaskan manfaat hewan/tumbuhan bagi kehidupan manusia/lingkungan



Cara Download Kisi-kisi Ujian Nasional UN SD/MI 2013

Kisi-kisi UN SD/MI/SDLB 2013 yang sudah dikeluarkan oleh BNSP bisa didownload (unduh) dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Kunjungi link ini KISI-KISI UN SD/MI/SDLB 2013

2. Klik ikon disket yang ada di pojok kiri atas





3. Kisi-kisi UN SD/MI/SDLB 2013 simpan dalam komputer Anda



Dengan Bapak Ibu mendapatkan Kisi-kisi UN SD/MI 2013 ini dengan 'mendownloadnya', guru dapat segera memanfaatkan kisi-kisi UN tersebut sebagai acuan untuk mengajarkan materi yang sesuai kepada peserta didiknya. Materi yang dimuat dalam kisi-kisi UN SD/MI dan akan diujikan dalam UN 2013 tahun depan pun tidak jauh berbeda dengan kisi-kisi soal UN SD/MI 2012.





Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/11/download-kisi-kisi-ujian-nasional-un-sd-mi-2013.html#ixzz2FpaPbHRt

Sabtu, 15 Desember 2012

Nasib IPA dan IPS di Kurikulum Baru 2013

Kurikulum baru yang akan diterapkan pada tahun ajaran baru 2013, membuat banyak perubahan pada sistem pembelajaran sekolah dasar (SD). Kurikulum 2013 itu mengurangi jumlah mata pelajaran SD menjadi 6 yang saat ini ada 10 mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta Muatan lokal dan Pengembangan diri.




Enam mata pelajaran yang diajarkan di SD pada kurikulum 2013 itu adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Seni Budaya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sebelumnya diajarkan di SD, akan diajarkan secara terpadu atau terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain.



Berita sebelumnya menyebutkan untuk mata pelajaran IPA akan menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Mata pelajaran IPS akan menjadi pembahasan materi pelajaran Bahasa Indonesia dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sedangkan mulok dan pengembangan diri itu kaitannya nanti dengan Seni Budaya.



Dengan diterapkannya sistem pembelajaran berbasis tematik integratif di kurikulum 2013, mata pelajaran IPA dan IPS bukannya dihapus dari kurikulum, tapi diintegrasikan berdasarkan tema. Khusus pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS ini, Mendikbud M Nuh memberikan tiga alternatif dalam uji publik kurikulum pendidikan 2013 yang dilakukan secara online dan juga melalui roadshow ke lima kota besar dan 33 kabupaten/kota di Indonesia.



Tiga alternatif yang menentukan nasib mata pelajaran IPA dan IPS pada uji publik kurikulum 2013 seperti dikutip dari Viva.co.id itu adalah: (1.) Nama mata pelajaran IPA dan IPS sama sekali tidak dimunculkan, hanya muatannya yang muncul di pelajaran-pelajaran lain. (2.), IPA dan IPS akan dimunculkan sebagai nama mata pelajaran mulai kelas 4 SD sampai 6 SD. (3.), IPA dan IPS hanya akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas 5 dan 6 SD.



“Intinya, yang dihapuskan adalah nama pelajarannya, IPA dan IPS. Tapi substansi pelajaran IPA dan IPS tidak ada satu pun yang dihilangkan,” ujar Ibnu Hamid, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud.



Selain menghilangkan mata pelajaran IPA dan IPS, pada kurikulum 2013 juga akan hanya menjadikan Bahasa Inggris sebagai kegiatan ekstra kurikuler dan Pramuka menjadi kegiatan ekstra kurikuler yang wajib diikuti siswa SD. Bagaimana komentar Bapak Ibu tentang perubahan mata pelajaran SD, khususnya IPA dan IPS ini? Tulis saja di kolom komentar!



Jumat, 14 Desember 2012

Kurikulum SD 2013 - Metode Tematik Integratif

Kurikulum 2013 untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan sederajat, rencananya akan menggunakan metode tematik integratif. Metode ini sebenarnya bukan hal baru bagi guru SD. Di kurikulum sebelumnya pun, untuk kelas rendah seperti kelas satu, dua dan tiga sudah menggunakan metode pembelajaran tematik.



Dalam metode tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Metode ini sudah diterapkan di banyak sekolah. Karena dinilai berhasil, pemerintah lalu mengadopsi dan berencana menerapkan metode ini secara nasional.



Metode tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema akan yang akan menjadi penggerak mata pelajaran yang lain.



Pada kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda. Tema yang sudah dipilih itu harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu tahun. Guru yang menentukan atau memilih teknis pengajaran maupun durasi pembelajaran satu tema.



Satu tema yang dipilih oleh guru dapat diintegrasikan pada enam mata pelajaran wajib yang ditentukan yaitu Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kurikulum baru SD ini menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi. Elemen perubahan kurikulum untuk jenjang SD secara umum adalah holistik integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya



Dengan adanya perubahan pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013, maka ada penambahan sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Metode tematik integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama 26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah bertambah menjadi 36 jam per minggu.



Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/12/metode-tematik-integratif-pada.html#ixzz2F2kHE5uV

Jumat, 30 November 2012

Sertifikasi, Menjadikan Guru Yang Lebih Profesional?


Tanggal 25 November lalu, para “Oemar Bakri” telah memperingati hari Guru Nasional. Tanggal tersebut tampaknya telah menyita perhatian sebagian kalangan masyarakat “khususnya para pendidik” dengan berbagai sorotan, kritikan dan komentar yang mencuat di media massa. Ada banyak hal yang menjadi perbincangan seputar peringatan Hari Guru ini. Misalnya, persoalan sertifikasi guru, profesionalisme guru pasca kepemilikan sertifikat, kesejahteraan guru, masalah penilaian portofolio dan kejujuran guru dalam usaha mencapai sertifikat, logika yang keliru dari penilaian portofolio, kecemburuan sosial antara guru senior dan junior dan sebagainya. Inti dari berbagai sorotan tersebut, tampaknya sangat dipengaruhi oleh adanya sertifikasi guru yang telah memperlihatkan berbagai keganjilannya.
Peringatan Hari Guru Nasional tersebut, hendaknya dijadikan sebagai momentum oleh kita semua, khususnya orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan atau kita yang terlibat langsung ikut mengurusi persoalan guru, untuk lebih arif dalam melihat persoalan-persoalan guru hari ini dan ke depan.
Beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian serius bagi kita semua adalah persoalan sertifikasi guru dan hubungannya dengan profesionalisme, kejujuran dan dampak sosial dari adanya sertifikasi ini telah banyak menuai sorotan dan kritik dari berbagai pihak. Karena keterbatasan ruang, maka pada kesempatan ini kami hanya menguraikan keterkaitan antara sertifikasi guru dan profesionalisme guru.
Sertifikat Guru = Profesionalisme Guru
Sebelum saya menguraikan hubungan antara sertifikasi guru dan profesionalismemaka akan diuraikan terlebih dulu tentang pengertian profesi. Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Sedangkan profesional menunjuk dua hal, yakni orangnya dan penampilan atau kinerja orang itu dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sementara profesionalisme menunjuk kepada derajat atau tingkat penampilan seseorang sebagai seorang profesional dalam melaksanakan profesi yang mulia itu . (Suparlan, 2006:71).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian “Pendidik” yang tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 39, yaitu: Pasal (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pasal (2), Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi.
Sebagai tenaga profesional, maka guru memang dikenal sebagai salah satu jenis dari sekian banyak pekerjaan (accupation) yang memerlukan bidang keahlian khusus, seperti dokter, insinyur, tentara, wartawan, dan bidang pekerjaan lain yang memerlukan bidang keahlian yang lebih spesifik. Dalam dunia yang semakin maju, semua bidang pekerjaan memerlukan adanya spesialisasi, yang ditandai dengan adanya standar kompetensi tertentu, termasuk guru sebagai profesi (Suparlan, 2006:73).
Seorang guru yang telah memiliki sertifikat, maka secara langsung orang akan menyimpulkan bahwa ia adalah seorang guru yang profesional. Indikasinya, karena ia telah lulus penilaian portofolio. Namun, apakah ada jaminan jika seorang guru yang telah memiliki sertifikat maka ia secara otomatis sebagai guru profesional? Seharusnya memang demikian. Karena yang namanya profesionalisme itu adalah sebuah istilah yang diperoleh setelah melalui sebuah proses tahapan tertentu. Karena ia telah melewati tahapan tertentu itulah, maka itu ia disebut profesional.
Artinya bahwa, seorang guru yang telah melalui penilaian portofolio itu sangat wajar bila gelar profesionalisme disandangnya. Berdasarkan ”gelar baru” itulah guru dapat bekerja secara profesional dan maksimal, sebagaimana profesi-profesi lainnya seperti seorang dokter, psikolog, sejarawan, antropolog, sosiolog, insinyur, termasuk juga tukang pijat, tukang mebel dan sebagainya.
Sebagai contoh profesi seorang dokter. Misalnya seorang dokter spesialis kandungan. Apa yang bisa kita lihat dari profesi mereka. Pertama, penguasaan materi keilmuan. Seorang dokter kandungan sangat paham kondisi seorang ibu yang sedang hamil, baik kesehatan sang ibu ataupun sang anak. Ia mampu memberikan nasehat berdasar ilmu kandungan kepada ibu-ibu yang hamil agar si ibu tetap sehat, bahagia, fresh selama kehamilan dan menghadapi proses persalinan. Berdasarkan hasil konsultasi mendalam dengan sang dokter tadi, maka si ibu pun merasa lega, bahagia, tenang dan tetap sehat selama hari-hari menunggu kelahiran anak. Intinya sang ibu puas atas segala nasehat dokter, dan ia pun tidak segan-segan mengeluarkan uang berapa pun untuk keperluan itu.
Begitu pula dengan profesi tukang pijat. Ia disebut profesional karena adanya kepuasan yang dirasakan oleh si pelanggan. Ia mampu ”menyihir” seseorang yang kecapaian, lesu, tidak bersemangat, penyakitan menjadi seorang yang segar bugar, otak dan fisik fresh kembali dan akhirnya siap beraktifitas lagi sebagaimana hari-hari biasanya. Karena si tukang pijat sangat piawai melihat titik atau syaraf-syaraf melalui tangannya itulah sehingga ia pun bisa dikatakan seorang pekerja yang berprofesi sebagai tukang pijat dan sangat profesioanl dari segi keakuratan atau hasil pijatan, dan berbagai prosedur lainnya yang dijalankan dan disarankan sehingga pasien dapat merasakan hasil dari pekerjaan tukang pijat tadi.
Bagaimana dengan profesi seorang guru? Seorang guru pun dikatakan profesional jika ia mampu menjalankan seperti kedua contoh di atas. Intinya hasil pekerjaan guru ”memuaskan” pelanggan. Pertanyaannya, sudahkah guru mampu memuaskan pelanggan? Mari kita diskusikan melalui sebuah contoh ilustrasi di bawah ini.
Kehadiran bimbingan belajar, seperti Primagama, Ganesha, dan Neutron serta berbagai bimbingan belajar lainnya adalah sebuah indikasi tidak profesionalnya guru, walaupun sebagian guru ada yang ikut nyambi jadi tentornya, termasuk penulis (dulu). Mengapa kok siswa –dan tentunya juga para orang tuanya– justru menjadikan bimbingan belajar sebagai idola dan solusi belajarnya? Dan, mengapa mereka tidak peduli dengan biaya yang harus dikeluarkan?. ”Yang penting anakku lulus pada saat UNAS nanti” harapan seorang Bapak atau Ibu.
Beberapa faktor yang membuatnya demikian adalah karena bimbingan belajar mampu menjadi solusi bagi seorang anak yang mengalami kesulitan belajar di sekolah. Bimbingan belajar mampu memberikan solusi-solusi kesulitan belajar yang tidak didapatkan pada guru Matematikanya, Bahasa Inggrisnya, Sejarahnya, IPS-nya, atau IPA-nya di sekolah. Akhirnya, bimbingan belajar adalah solusi terbaik untuknya.
Fenomena di atas bukanlah hal yang baru bagi kita. Dan mungkin saat ini, kita pun juga mengalami hal yang sama. Saya sendiri sedang mengkursuskan anak saya pada salah satu bimbingan belajar, walaupun tentornya adalah gurunya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa guru itu belum profesional karena belum bisa memuaskan para pelanggannya di sekolah. Seharusnya anak didiknya tidak perlu lagi mencari solusi lain untuk mengatasi masalah belajarnya. Guru di sekolah harus mampu memberikan solusi terbaik bagi peserta didiknya. Kalau ia mampu, dan anak didiknya ternyata tidak mencari ”tempat lain” untuk menyelesaikan masalah belajarnya, maka sebenarnya guru itu sudah bisa dikatakan profesional.
Banyak hal yang dapat dilakukan profesi guru di sekolah dalam rangka mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap guru. Pertama, jadilah seorang guru yang profesional yang sangat paham, mengerti akan ilmu yang diajarkannya sehingga peserta didik merasakan sebuah kenikmatan tersendiri selama dan pasca materi diberikan oleh guru. Materi yang diberikan tidak hanya berorientasi pada kognitif tapi juga afektik dan psikomotorik serta dapat dirasakan manfaatnya ketika berada di luar sekolah, semacam keterampilan life skill. Kedua, ciptakan suasana yang menarik, dan memiliki daya tarik dalam proses belajar mengajar dalam kelas sehingga siswa benar-benar dapat merasakan kenikmatan dan betah berlama-lama belajar dengan guru di sekolah, sehingga jika ada hari libur anak-anak justru kecewa, bukan malah sebaliknya seperti saat ini.
Masih banyak lagi jalan untuk meningkatkan kualitas misalnya dengan menciptakan dan gunakan berbagai model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat bagi siswa. Karena bisa jadi cocok bagi kita belum tentu baik untuk siswa, sehingga proses evaluasi menjadi penting untuk menilai kemampuan kita dalam menyampaikan materi, dan menggunakan berbagai metode, model, media dan strategi tadi.
Melalui tulisan ini, saya mengajak kepada diriku sendiri dan semua guru untuk memaknai sertifikasi sebagai suatu tuntutan profesionalisme. Dengan adanya sertifikasi guru dan dosen, maka bukan hanya berarti kesejahteraan meningkat, akan tetapi, lebih jauh dari itu adalah dapat memaknai sebagai suatu tuntutan moral yakni dapat menjadi guru yang lebih profesional lagi, hari ini dan akan datang. Majulah guru, majulah dunia pendidikan Indonesia dan majulah Bangsaku.

Diambil dari : http://psbgkihadjardewantorodemak.wordpress.com/2011/12/01/sertifikasi-menuju-guru-yang-lebih-profesional/

Minggu, 28 Oktober 2012

NAFAS SUMPAH PEMUDA MASIHKAN ADA?

KONGGRES PEMUDA (Tempo.CO.)

Hari ini Minggu, 28 Oktober 2012, adalah Hari Sumpah Pemuda. Pada 84 tahun silam Para pemuda kita berkumpul, menyatakan tekadnya bersatu, menjadi bangsa yang satu, Bangsa Indonesia yang merdeka. Kala itu Konggres yang diketuai Sugondo Djoyopuspito menyamakan visi dan misi pemuda untukIndonesia yang satu. Lagu Indonesia, Bahasa Indonesia, serta tanah air yang satu, tanah Indonesia.
                               
Delapan dasawarsa bukanlah waktu yang pendek, semangat nafas konggres pemuda pun sedikit demi sedikit terkikis oleh jaman. Bahkan hari inipun diantara kita sama sekali tidak  terlintas moment sumpah pemuda ini. Tak ada yang salah dan yang perlu disalahkan. Akan tetapi jika para pemuda waktu itu jika masih hidup sampai sekarang mungkin mereka akan menangis sejadi-jadinya melihat, dan mendengar apa yang dilakukan generasinya yang tak peduli lagi dengan semangat kebangsaan.

Sedikit mengenang tokoh pemuda pada konggres pemuda II ( seperti dikutip dari TEMPO.CO hari ini )  bebarapa pemuda yang berperan besar diantaranya :

 1.      W.R. Supratman
Menciptakan lagu Indonesia Raya. Yang gaungkan untuk pertama kalinya pada konggres Pemuda II , walaupuin dalam tekanan Politieke Inlichtingen Dienst  yang mengintai konggres. 
Wage Rudolf Supratman ini meninggal pada 17 Agustus 1938 pada usia sekitar 35 tahun, akibat kesehatannta yang menurun setelah diinterograsi Politieke Inlichtingen Dienst.

2.      Amir Sjarifoeddin Harahap.
Lahir di Medan 27 April 1907, menempuh bangku sekolah dasardimedan kemudian melanjutykan sekolahnya di Leiden Belanda, kembalinya ketanah air melanjutkan Pendidikan di sekolah Hukum di Jakarta berasrtama di Clubgebouw, jalan kramat Raya 106 Jakarta Pusat.
Pada konggres Pemuda II, Amir datang sebagai wakil dari Jong Bataks Bond, dan berperan sebagai bendahara.
Kehidupan politik Amir tak berhenti di Kongres Pemuda II. Pada 1938, ia juga terlibat di Kongres Bahasa. Dan ketika Jepang datang, Amir memilih beroposisi. Ia memimpin gerakan bawah tanah yang dibiayai Van der Plass Karena sikap politiknya itu, Jepang membekuk Amir. Ia pun dijatuhi hukuman mati pada Januari 1943. Untung, berkat campur tangan Soekarno dan Hatta, hukuman itu tak terlaksana
                                                                      
3.      Mohammad Hatta
bersekolah di Sekolah Dagang Rotterdam, atau Rotterdamse Handelshogeschool. Pada 1921 Hatta bergabung dengan organisasi Indische yang kemudian berubah menjadi Indonesische Vereniging. Seperti dikutip Majalah Tempo, Hatta ke Belanda dan bertemu seniornya Nazir Pamuntjak. Ketika itu Nazir baru lulus ujian negara untuk mata kuliah bahasa Yunani dan Latin, dan menjadi mahasiswa di fakultas Hukum di Leiden. Hatta memimpin organisasi Indonesische Vereniging periode 1926-1930, periode terlama karena sebelumnya setiap ketua hanya menjabat setahun sekali. Ada empat pokok perjuangan yang melandasi mereka: persatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi, dan swadaya.
Demi Indonesia mereka semua berkorban, berjuang, bangga dengan bangsanya.
Sedikit mengenang, dan jika kita korelasikan dengan keadaan sekarang, apa yang musti kita banggakan?
a.      Cukupkah kita bangga dengan kegiatan ‘nyangkruk’ , ngopi, dengan penjual yang kemayu?
b.      Mungkin kita akan dengan bangga ketika bercerita habis menekik si Miras sekian botol dengan ditunggui ‘peka’ yang menggoda?
c.       Barangkali kita juga ‘dipaksa’ untuk bangga melihat para pemuda (pejabat?)  yang dengan lihainya menyembunyikan uang rakyat untuk pribadinya.
d.      Bahkan kita juga musti berbangga hati dan rela ketika mengetahui para penegak hukum di negeri ini yang saling tuntut untuk mencari kemenangan yang sebenarnya sama sekali tidak perlu. (sama-sama orangnya Negara kok minta ganti rugi yang berasal dari uang Negara juga, lucu to?)
Rupanya nafas kebangsaan kita semakin parau, kecil, tersengal-sengal. kemerdekaan Indonesia masih jauh, kita terlalu sibuk dengan diri sendiri, sementara  bangsa lain masuk mencari keuntungan dengan ‘ menjajah’ kita dengan hasil industrinya. Jika sekarang kita bangga memakai merk luiar negeri, mungkin  anak-anak kita akan lebih bangga dengan mengakui diri sebagai warga Negara lain. Jika ini terjadi akan kemanakah INDONESIA???

Sabtu, 27 Oktober 2012

TIDAK ADA LAGI BAHASA INGGRIS SD DI KURIKULUM 2013?





Berhubung artikel ada sangat berhubungan dengan dunia pendidikan utamanya Sekolah Dasar, maka tak ada salahnya postingan hasil kopi Paste dari Blog tetangga kami posting disini, tentunya tetap mencantumkan sumber data dari mana diperoleh. Postingan Oleh Ali Ansori, SS, M.Pd. - Widyaiswara LPMP Prov. Kep. Bangka Belitung.
Matur Suwun



Sudah hampir 14 tahun pembelajaran Bahasa Inggris berlangsung di Sekolah Dasar (SD) terhitung semenjak dicetuskan secara resmi pada tahun 1994. Tentu selama masa kurun waktu tersebut telah banyak kebijakan ataupun usaha yang muncul demi memuluskan program mercesuar untuk menyonsong era globalisasi dimana komunikasi dengan bahasa Inggris merupakan sesuatu yang tak bisa dihindari di hampir semua aspek kehidupan manusia. Diantara kebijakan ataupun usaha tersebut adalah perubahan bahasa Inggris yang semula sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan menjadi mata pelajaran muatan local wajib di beberapa daerah, yang pertama hanya dilaksanakan di kelas-kelas atas kemudian merambah ke kelas 1, 2, dan 3, pengalokasian dana khusus pada APBN dan APBD untuk peningkatan kompetensi guru Bahasa Inggris SD melalui diklat-diklat dan termasuk aneka ragam kegiatan mandiri sekolah dan masyarakat yang telah banyak dilakukan. Artinya bahwa betapa banyak waktu, tenaga dan biaya yang telah dikorbankan oleh masing-masing pihak yang terlibat demi mensukseskan program ini. Kenyataannya kini semua harus gigit jari, karena belum lagi kita memetik hasil penuh berupa hadirnya kecakapan anak-anak didik kita berkomunikasi dengan Bahasa Inggris sejak mereka duduk di bangku SD, kini muncul kebijakan baru pemerintah melalui kemendikbud untuk tidak memasukkan Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang diajarkan di SD. 

Pada pembahasan kurikulum baru beberapa hari yang lalu secara eksplisit dikatakan bahwa mata pelajaran 
Bahasa Inggris akan dihapus dari jenjang SD, terutama kelas 1 hingga kelas 3. Menurut Wamendikbud bidang pendidikan Musliar Kasim, alasan utamanya adalah karena di tingkat sekolah paling dasar anak-anak membutuhkan pembelajaran Bahasa Indonesia yang belum tentu mereka lafazkan huruf-hurufnya dengan baik dan lagipula apa arti filosofis di belakangnya. Kebijakan penghapusan Bahasa Inggris ini akan menjadi wajib disekolah negeri. Bahkan sekolah yang berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang 80 persen proses pengajaran seluruh mata pelajarannya memakai Bahasa Inggris harus mengikuti kurikulum yang baru ini (Okezone, 10/10/2012).

Ini tentu merupakan sesuatu yang pahit kita rasakan, dimana ketika geliat semangat mulai meningkat, kuda-kuda telah terpasang, dan langkah-langkah baru siap diayunkan, tiba-tiba semua harus terhenti sebelum mencapai garis finish. Dimana suara orang-orang yang mengusulkan ide awal tersebut? Mengapa dibiarkan terhenti jika ia dianggap dapat memberi kontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa? Sudahkah dianalisa secara dalam mengenai dampak yang akan muncul? Tulisan ini ingin menegaskan tentang pentingnya program tersebut untuk tetap dilaksanakan dengan mengajak semua pihak untuk flashback, memahami manfaat, dan memikirkan dampak terhadap penghentiannya. 

Kita ketahui bahwa kebijakan tentang memasukkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sesuai dengan kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Kemudian, kebijakan ini disusul oleh SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 SD (Depdiknas). Dasar Kebijakan tersebut adalah adanya kebutuhan keterampilan berbahasa Inggris untuk ikut berpartisipasi dalam era komunikasi dan globalisasi, serta untuk transfer ilmu, baik dalam bahasaInggris lisan (ceramah, diskusi, presentasi) atau tertulis (membaca referensi, menulis laporan, dan sebagainya). Jika itu yang menjadi tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa penghentian program Bahasa Inggris SD yang telah disuarakan tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang hendak mencetak para insan yang berpikir dan bersikap global. Bagaimana hendak menciptakan generasi yang punya daya saing global jika Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi tidak diperkenalkan lebih awal.

Tentu sangat disayangkan langkah buru-buru yang diambil oleh pemerintah mengenai hal tersebut karena tidak ada dasar pemikiran yang jelas yang dijadikan acuan untuk itu. Jika persoalannya semata-mata karena bahasa Inggris dapat mengganggu perkembangan bahasa ibunya anak-anak yaitu Bahasa Indonesia, maka alasan yang diberikan sangat lemah sekali. Karena justru dengan mengenalkan bahasa Inggris kepada anak sejak dini akan membantu mereka memahami bahwa ada bahasa lain selain bahasa ibu. Disamping hal tersebut dapat mengembangkan fungsi kognitif mereka. Prof.Kasihani E. Suyanto, M.A, P.hD. dalam acara pengukuhan Guru Besarnya mengatakan bahwa anak usia 10 tahun (kelas 4 SD) sedang dalam proses berubah yang tadinya “egosentris” ke hubungan timbal balik atau “reciprocity” sehingga bila pengajaran bahasa asing dimulai lebih dini maka hal ini akan memicu keterampilan kognitif. Selain itu, tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa mempelajari bahasa asing dapat mempengaruhi akuisisi bahasa ibu anak saat mereka sudah menguasai bahasa itu. Siswa kelas 4 SD bisa dikategorikan pada kelompok anak yang sudah menguasai bahasa Indonesia dengan baik karena mereka sudah bisa berbicara, mendengar, membaca, dan menulis. Artinya, ketika di saat bersamaan mereka juga harus belajar bahasa Inggris, maka itu tidak akan mempengaruhi penguasaan bahasa Indonesia mereka. 

Dari sisi neuro physiology, ada studi tentang perberkembangan kemampuan otak secara aplikatif, disebutkan bahwa pada tahun ke sembilan sampai tahun ke dua belas seorang anak mampu memfokuskan dalam belajar berbicara, A Specialist in learning to speak, oleh karena itu ketika seorang anak telah mencapai umur sekian akan mampu belajar dua atau tiga bahasa sekaligus secara baik. Selain itu, sebuah penelitian lain menegaskan bahwa anak ketika belajar lebih dari satu bahasa pada masa dini, kemampuannya dalam menyerap bahasa lebih baik dari pada di usia dewasa. 

Apalagi jika persoalannya hanya mengenai keberadaan Bahasa Inggris yang diasumsikan dapat menghilangkan rasa nasionalisme anak-anak. Menurut hemat penulis, masalah nasionalisme merupakan masalah character building, jauh dari permasalahan akibat belajar bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris. Terlalu sempit sudut pandang kita jika menjadikan hal tersebut sebuah alasan agar pembelajaran bahasa Inggris tak perlu digalakkan sejak SD. Asumsi demikian hanyalah berupa sentimen primordial terhadap budaya barat yang mungkin konatasinya selalu keburukan karakter masyarakatnya, yang juga belum tentu benar adanya. Bagaimana dengan pembelajaran bahasa Arab? Sama sekali tidak pernah dipermasalahkan karena yang dimunculkan adalah stigma kebaikan, bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama. Padahal kenyataannya ia dipakai bukan untuk agama an sich. Kita mesti berpikir pair bahwa bahasa hanyalah sebuah alat komunikasi, tidak akan pernah melunturkan nilai-nilai apapun, termasuk nasionalisme. Daripada itu ketika di satu sisi pembelajaran bahasa Inggris harus digalakkan, di sisi lain rasa kebanggaan terhadap bahasa Indonesia dan nasionalisme harus dikuatkan melalui kegiatan-kegiatan character building.

Namun yang kita kawatirkan disini adalah jika penghentian program ini hanya merupakan cuci tangan pemerintah untuk menutupi “aib” terhadap pembelajaran bahasa di SD yang selama ini berjalan tanpa arah yang pasti. Kita ketahui bahwa pendidikan bahasa Inggris di sekolah dasar sangat miskin. Status subjek hanya subjek lokal. Ini tidak termasuk dalam mata pelajaran nasional, subyek penting. Bahasa Inggris di sekolah dasar tidak memiliki kurikulum yang jelas dan silabus. Dan itu diajarkan oleh inkompetensi dan guru wajar tanpa pengecualian. Guru tidak memiliki sertifikat kelulusan bahasa Inggris. Jelasnya, pembelajaran bahasa Inggris sejauh ini tidak mencapai output yang optimal. 

Jika demikian maksud dari kemunculan kebijakan yang baru ini, maka hal ini merupakan pengabaian dari banyaknya manfaat yang sebenarnya bisa dipetik dari pelaksanaan program tersebut. Menurut I Made Sukamerta dalam penelitian tesisnya tentang implementasi kebijakan pembelajaran bahasa Inggris pada sekolah dasar di kota Denpasar, bahwa makna implementasi kebijakan pengajaran bahasa Inggris sejak SD akan bermanfaat bagi siswa dalam menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Di samping itu pula, kebijakan pengajaran bahasa Inggris SD berarti telah memenuhi tuntutan era globalisasi dan kemajuan dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Bisa dibayangkan jika pemerintah kembali kepada kebijakan dimana pembelajaran bahasa Inggris baru dimulai di bangku SMP, maka artinya anak-anak akan kehilangan exposure untuk belajar bahasa asing tersebut hampir selama 3 tahun. Sungguh sangat disayangkan. Padahal, seperti yang dikatakan oleh Prof. Kasihani E. Suyanto, M.A, P.hD, meskipun semua lulusan SMU/SMK/MA telah belajar bahasa Inggris selama 6 tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa setelah 6 tahun belajar bahasa Inggris, lulusan belum dapat memanfaatkan keterampilan berbahasa Inggrisnya pada waktu mereka belajar di perguruan tinggi. Itulah kenapa program tersebut harus dimulai lebih dini, minimal dari kelas empat SD, sehingga jangka waktu belajar bahasa asing ini menjadi lebih lama bagi anak-anak.

Selain mengenai beberapa permasalahan diatas, penghentian program pembelajaran bahasa Inggris di SD bisa memberikan banyak dampak negatif, antara lain: Pertama, memunculkan stigma buruk dari masyarakat bahwa pemerintah tidak konsisten dengan kebijakannya sendiri, ganti menteri ganti kurikulum. Selain pemerintah seakan tidak memberikan kesempatan buat anak untuk mengembangkan diri sejak dini dalam penguasaan bahasa asing. Kedua, mengkerdilkan bahasa Inggris di mata orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Persepsi yang sudah terbentuk di masyarakat bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Orangtua siswa sangat mendukung pemberian pelajaran bahasa Inggris sejak awal. Bahkan harapan orangtua pada umumnya adalah supaya pemberian pelajaran bahasa Inggris diberikan bukan dari kelas empat, melainkan dari kelas satu. Jika program tersebut terhenti, tentu akan meresahkan mereka. Ketiga, sedikit banyak mengganggu program sekolah yang sudah berupaya melaksanakan berbagai macam penguatan berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris sebagai muatan lokal wajib di sekolah. Keempat, melemahkan peran dan fungsi LPTK-LPTK yang sudah menjalankan program-program tertentu, misalnya penyiapan program bahasa Inggris untuk anak-anak secara khusus pada program studi bahasa Inggris mereka dan mengganggu pelaksanaan kerjasama mereka dalam penyediaan tenaga pengajar bahasa Inggris bagi SD yang selama ini berlangsung. Terakhir, merugikan lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris yang sejauh ini telah banyak membantu masyarakat dalam mengembangkan kecakapan berbahasa Inggris. Ketika animo orang tua turun terhadap kepentingan pembelajaran bahasa Inggris buat putra-putri mereka, maka bisa mengkecilkan pangsa pasar lembaga-lembaga tersebut yang sejauh ini banyak diisi oleh para siswa PAUD dan SD. 

Kita berharap bahwa pendidikan bahasa Inggris di Indonesia khususnya di sekolah dasar tetap dipertahankan karena banyak memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Penulis tetap berpikir bahwa penguasaan bahasa Inggris harus dicapai lebih awal. Ini akan sangat terlambat jika bahasa Inggris diperkenalkan di SMP. Namun, kita harus berbenah, tidak mengulangi langkah keliru ketika pertama kali kebijakan tentang pendidikan bahasa Inggris di sekolah dasar ini diluncurkan. Semua harus disiapkan secara matang, sehingga tidak asal-asalan.

Meskipun akhirnya kebijakan pemerintah sudah bulat untuk tidak memasukkan Bahasa Inggris pada kurikulum mendatang, maka sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh anggota komite III DPD , agar pemerintah tetap membuat alternatif lain supaya siswa tetap dapat menguasai Bahasa Inggris karena sifatnya sudah menjadi bahasa pergaulan internasional (Okezone, 10/10/2012). Jika tidak demikian, penguasaan bahasa Inggris masyarakat kita akan lemah, sehingga tidak mampu memegang kendali dalam komunikasi global dan bangsa kita pun semakin tertinggal.

*) Artikel ini dikirim oleh penulis ke SekolahDasar.Net 

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/10/artikel-tidak-ada-lagi-bahasa-inggris-sd.html#ixzz2AUxCOxGq

7 Mata Pelajaran untuk SD di Kurikulum Baru 2013


Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengubah kurikulum KTSP 2006 dengan kurikulum baru yang akan mulai berlaku 2013 sudah bisa dipastikan akan benar terjadi. Kurikulum pendidikan nasional yang saat ini masih digodok dan jadwalnya akan Februari 2013 nanti terjadi penyederhanaan jumlah mata pelajaran.

Kurikulum pendidikan nasional dengan konsep penyederhanaan jumlah mata pelajaran terus digodok bersama tim dari pemerintah pusat dan sejumlah pakar pendidikan. Hampir dipastikan untuk siswa sekolah dasar (SD) hanya akan ada 7 mata pelajaran dari 11 mata pelajaran sebelumnya diajarkan di bangku sekolah dasar.

Seperti dikatakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suyanto yang dikutip dari Kompas (02/10). Inilah 7 mata pelajaran yang akan diajarkan untuk siswa SD di kurikulum pendidikan baru 2013:
1. Pendidikan Agama
2. Bahasa Indonesia
3. PPKn
4. Matematika
5. Kesenian
6. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan
7. Pengetahuan Umum

Khusus untuk mata pelajaran IPA dan IPS, Kemendikbud menilai kedua mata pelajaran itu belum perlu dipisahkan untuk jenjang SD. Diwacanakan, keduanya akan dilebur menjadi satu mata pelajaran bernama Pengetahuan Umum yang memiliki muatan yang terintegrasi dengan jenjang SMP dan SMA.

Sebelumnya Suyanto juga menyampaikan jumlah mata pelajaran di SD untuk kurikulum pendidikan baru ini akan lebih disederhanakan, tetapi muatannya lebih mendalam. Hal ini berbeda dengan kondisi mata pelajaran di SD saat ini yang cakupannya terlalu luas, tetapi tidak sebanding dengan isi materinya.

Kemendikbud memilih mata pelajaran yang lebih mengedepankan pembentukan sikap dan mengandung dasar-dasar mata pelajaran yang memiliki substansi pengembangan wawasan umum. 
Kurikulum baru ini akan mulai disosialisasikan dan diuji publik sebelum Februari 2013, dan mulai berlaku pada tahun ajaran 2013-2014. Bagaimana komentar Bapak Ibu Guru dengan penyerderhanaan mata pelajaran di SD dengan menjadi 7 mata pelajaran saja? Tulis saja di kolom komentar! 



Selasa, 23 Oktober 2012

Pendidikan Karakter Menuju Pembelajaran Yang Inklusif

            Pendidikan seperti yang diamanatkan dalam Pasal 31 UUD 1945, adalah hak dari semua warga negara Indonesia dan merupakan kewajiban dari Pemerintah untuk memfasilitasi dan menyediakan kelengkapan sarana dan Prasarananya. Kebijakan Pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan sembilan tahun yang disemangati oleh seruan internasional Education For All yang dipelopori UNESCO, sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum Dakar., Sinegal tahun 2000. yang  senafas pula dengan UU No. 20 tahun 2003, tentang pendidikan Nasional.

Berbagai upaya telah dilakukan dari penyediaan lembaga yang standart 'biasa' sampai pada Sekolah RSBI. Demikian juga untuk peserta didik dari anak-anak normal maupun Anak yang berkebutuhan Khusus(ABK) Pengelolaan anggaran di APBN pun tidak main-main,  20% anggaran untuk pendidikan bukanlah jumlah yang sedikit, yang barang tentu didalamnya untuk sarana dan prasarana dan peningkatan kualitas dan perbaikan kesejahteraan guru.

Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa, karena dari pendidikanlah karakter bangsa terbentuk. Masih hangat dalam ingatan, bahwa dibeberapa dekade terakhir  kurikulum pendidikan kita sangat 'peduli' dengan pembentukan karakter bangsa. tentu kita semua takkan lupa dengan mata Pelajaran PMP, PSPB sampai pada pembekalan Penataran P4 bagi siswa baru. yang merupakan pengenalan nilai-nilai yang diharapkan nantinya dapat terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan kita saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan  kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat diubah.
Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan   yang dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yang dianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.

a. Memahami karakter Anak

Sedikit bergeser dari tema di atas, ( penulis merasa terlalu berat......, biar dipikirkan oleh tuan-tuan yang berwenang ),mari  kita bahas yang ringan-ringan saja...

  Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini. anak pada masa-masa awal sekolah merupakan individu yang masih mampu mengembangkan kecerdasannya. Mereka tidak bisa diatur dengan kepentingan orang lain. semakin banyak aturan dan larangan, maka semakin banyak pula ia akan kehilangan potensi diri dan kreatifitas. Seseorang tidak akan menjadi manusia yang sejati dan utuh jika sebelumnya dia tidak menjadi sorang anak sejati dan utuh. Dunia anak-anak tentu tidak sama dengan duania dewasa . Pendidikan disekolahpun dirancang sesuai dengan perkembangaan anak.

Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Kesulitan-kesulitan yang dialamipun tidaklah sama. Kesulitan yang sering ditemuai adalah :

 1. Kesulitan pra akademik, yang sering kita temukan adalah anak tidak mampu nmelakukan gerakan tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelainan pada tubuh.. Manifestasinya berupa disfasia  verbal (bicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat).

2. Kesulitan Belajar Akademik. Kesulitan belajar ini diantaranya,         -  kesuliutan membaca(Disleksia),
 -  kesulitan dalammenulis (disgrafia),
 -  kesulitan dalanm berhitung (diskalkulia), 
-   banyakpula  ditemui anakyang berpotensu unggul secara intelektual, namun tidak bisa mewujudkannya dalam prestasi belajar.yang dalam bahasa sehari-hari disebut minder, namun para ahli menyebutnya underachiever.

Underachiever dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis, atau dari kebiasaan kita yang dengan mudah memberi label tertentu kepada mereka. (misalnya : jelek, bodoh, dan lain-lain,)
Lingkungan sekolah juga sangat besar pengaruhnya, sebagai akibat dari bentuk interaksi komunikasi guru dan siswa yang kurang tepat.
Selain sekolah dan keluarga, Lingkungan masyarakat juga sangat besar pengaruhnya, jika anak selalu dalam tekanan dan terancam, anak akan mengalami rasa takut yang luar biasa.

b. Metode Pembelajaran

Dengan memahami karakter anak, dalam proses pembelajaran tentunya kita harus menggunakan strategi daan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak, jika kita menginginkan materi terserap dengan baik oleh anak. Beberapa model pembelajaran yang sering digunakan diantaranya :


 1. Model PAKEM
    Model PAKEM sangat cocok dengan kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi. Bentuk orientasinya adalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa, kreatif, efektif dan dalaam suasana pembelajaran yang menyenangkan.

2.Model Pembelajaran Tematik.
Pembelajaran yang tematik merupakaan pembelajaran terpadu yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu pembelajaran. Siswa di ajak memahami konsep-konseop yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung, dan menghubungkannya dengan konseo lain yang sudah mereka pelajari.

3. Model Pembelajaran Kolaborasi.
Colaborative Learning, merupakaan model pembelajaran yang menumbuhkan para siswa bekerjasama  dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama.

4. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memungkinkan anak berkorelasi antara pelajaran yang diterima dengan pengalaman sehari-hari yang dialami.

Dengan memahami karakter masing-masing siswa,kita bisa memilih model pembelajran yang lebih ideal dan cocok. model pembelajran diatas adalah contoh sebagian kecil, yang sangat memungkinkan kita mempunyai konsep model sendiri yang lebih  mudah diterima oleh siswa.

Dengan model pembelajaran yang tepat, dengan materi yang pas,maka karakter bisa dibentuk,yang pada akhirnya menjadi pribadi yang berimbang. dengan kemampuan akademik yang tinggi dibarengi dengan moral dan akhlak mulia,akan membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Bukan bangsa yang semakin terpuruk dengan perilaku anak-anak bangsanya yang hanya mementingkan kepentingan pribadi daan kelompoknya.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Selamat Idul Fitri 1433 H


Bulan Puasa telah kita jalani. Ada yang berbeda di penghujung bulan ini. Yakni 1 syawal 1433 H. yang berarti hari kemenangan bagi kita yang dalam satu bulan ini menjalani ibadah Puasa dengan memperbanyak ibadah yang pahalanya mendapat keistimewaan jika dibanding dengan bulan-bulan lain. Penetapan 1 Syawal jatuh pada Minggu, 19 Agustus 2012 melalui siding isbat yang dipimpion langsung Menteri Agama, Bapak
            Kita semua tentu mengakui ada perlakuan khusus menghadapi ini. Mulai dari bersih-bersih rumah, mempercantik tampilan rumah, yang jauh berusaha mudik untuk bertemu sanak family di kampung, yang berkecukupuan memberi  santunan kepada yang dhuafa, pangusaha memberi THR kepada karyawannya, dan untuk setiap pribadi diwajibkan untuk Zakat Fitrah. Tak sedikit tenaga dan materi demi menyambut hari kemenangan yang fitrah ini ( bagi yang jauh dari keluarga dan mudik).
            Semua muslim bergembira, kembali bersih dari dosa, saling bersilaturrohim dan saling memaafkan antara satu dengan  yang lain, bahkan sering terjadi terjalinnya kembali hubungan kekeluargaan yangn sebelumnya renggang atau tidak saling mengetahui sebelumnya.
            Alhamdullilah kita masih diberi kesempatan bertemu dengan Ramadhan dan Syawal tahun ini. Marilah kita sambut dengan rasa syukur. Tentu tak ada salahnya sebagai rasa syukur itu kita wujudkan dengan sedikit berbeda, tak ada salahnya jika kegembiraan dan melepas kangen dengan teman-teman kita rayakan, asal saja tidak berlebihan dan pelanggaran. Karena sesuatu yang berlebihan tidak akan memberi manfaat, karena dihari yang bahagia ini jangan sampai menyakiti diri dengan perilaku yang berlebihan, bahkan sampai berurusan dengan  pihak berwajib.
Mungkin cara masing-masing pribadi atau kelompok berbeda, ada yang kebut-kebutan di jalan, ada yang berniat takbir keliling dengan kendaraan besar namun setelah dijalan bukan gema takbir yang berkumandang melainkan alunan music dangdut koplo yang menghentak keras, ada yang berkelompok dengan mencekik botol miras,  ada yang dengan sederhana takbir di Masjid atau Mushalla yang kesemuanya bertujuan merayakan ‘kemenangan’  sekali lagi tergantung bagaimana kita memaknai.
            Akhirnya minal aidzin walfsidzin, atas segala kesalahan dan khilaf semoga kita selalu didalam ridho Allah Swt. Semoga kita kembali menjadi pribadi yang bersih dari segala dosa yang telah kita perbuat. Mari saling memaafkan……….

Minggu, 22 Juli 2012

Ramadhan - Mendadak Religius........

         Wulan poso teko maneh. Kaya srengenge sing saben dini nyapa, Wulan  Ramadhan saiki ugo teko. Ana sebagian sing nyambut kanti seneng, ana sing nyambut kanti  'biasa' bae kaya  rutinitas sing musti dilakoni, malahan ana ugo sing ora perduli babar blas.

         Kabeh kuwi tergantung saka pribadine dhewe-dhewe, Kanggone muslim Ramadhan kuwi wulan kang becik,  wulan sing paling becik kanggo nggawe amal kabecikan sing sak akeh-akehe,  sebab kabeh syetan lagi dibendu ana ing neraka ben ora ngganggu menungso olehe ngibadah.

        Ngenani bab iki Pemerintah ugo menehi perhatian sing khusus -ya kaya biasane tahun-tahun kapungkur - trus njaluk kesadarane warga supaya ngurmati sasi iki, warung-warung panganan aja bukak awan, nek kepekso bukak ya kudu ditutupi, ora ngrokok ing ngarepe umum,  malahan panggonan hiburan malam supaya tutup sauntoro. Gak kaetinggalan kabeh TV, koran, majalah, temane mung nuansa Ramadhan. Para awak intertainment pada nggawe acara sing nuansa Religi, age-age nggawe lagu sing religi, para artis sing biasa pamer awak dumadakan nganggo sandangan sing brukut, kabeh pada ngetokke apik, sarwo alim.

      Kabeh kuwi apik, mbalike ning awake dhewe-dhewe, mugo-mugo bae ing wulan sing kebak barokah iki      kabeh pada entuk ganjaran, syukur-syukur tingkah laku becik ing wulan iki bisa digawa ana wulan-wulan sak teruse. sing saiki seneng ngamal ya gelem ngamal terus nek nduweni rejeki, sing dumadakan ngganggo jilbab yo diteruske, mung nek saiki ana pemimpin sing ngapusi rakyate yo ojo diteruske, apa maneh sing isih seneng korupsi aja malah saya ndadi.

      Sing paling baku Wulan Ramadhan gumantung saka pribadine dhewe-dhewe arep di maknani apa, monggo kerso. muga-muga kita kabeh tansah eling lan eling, sebab sak bejo-bejone wong sing lali isih bejo wong sing eling. Nglakoni poso ora mung ngempet dahar karo ngombe, ning ya kudu iso ngempet hawa nafsune, ora bubar buko terus balas dendam sak anane di dahar. Poso kuwi ora identik karo dahar sing sarwo enak, kaya Riaya Idul Fitri ( kanggo bocah cilik-cilik) identik karo klambi anyar.

        Babar blas gak nduweni maksud 'nggurui' kanca-kanca kebeh,  mung sakkedare ngelingke awakke sing nulis artikel iki supaya wulan poso iki nduweni arti sanajan mung saktitik,,, tletik.....

Mugo-mugo bae kita kabeh dadi umat sing tansah eling............

......Matur suwun ............