Rabu, 29 November 2023

Komunitas Belajar di Sekolah (KBS)

a. Latar Belakang 

SD Negeri 1 Bangunrejo adalah satu dari dua Sekolah Dasar yang ada di Desa Bangunrejo. Berada ditepi jalan raya provinsi yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadikan sekolah ini mudah dalam aksesibilitas. Dengan berbagai jenis mata pencaharian orang tua/wali murid, mengharuskan menejemen sekolah selalu senantiasa tanggap dengan perkembangan pengetahuan yang ada dimasyarakat agar tidak ketinggalan informasi.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan kesatuan visi antara Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Persamaan visi peningkatan pembelajaran ini bisa dicapai dengan dibentuknya Komunitas Belajar Sekolah (KBS). Komunitas belajar Sekolah adalah tempat terjalinnya kerjasama antar guru dan tenaga kependidikan. Guru dapat belajar, guru pun menyepakati standar bersama seperti pembelajaran efektif, kriteria/indikator penilaian. Guru sepakat bahwa mendidik semua murid merupakan tanggung jawab Bersama. Komunitas Belajar sekolah membrikan ruang untuk saling  berbagi sesame pendidik, sehingga tidak ada legi kesenjangan keterampilan sesame pendidik. Karena didalamnya terjadi interaksi saling isi dan melengkapi terhadap kekurangan yang ada.

Pada kesempatan tertentu pembincangan mengenai pembelajaran dikelas sudah disampaikan oleh guru, misalnya pada saat-saat istirahat atau pada rapat sekolah, namun kegiatan ini sifatnya temporer dan tidak terjadwal dengan jelas, sehingga perlu dibentuk sebuah Komunitas Belajar Sekolah.

b. Tujuan

Keberadaan Komunitas Belajar Sekolah bertujuan untuk :  a) memberi motivasi belajar bagi guru untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar murid, b) memberikan kesempatan bagi semua guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Guru dapat belajar dari hasil belajar dalam komunitas dan segera menerapkannya di kelas masing-masing untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas, c) melatih keterampilan sosial, seperti berkomunikasi dan bersosialisasi dengan rekan sejawat d) meningkatkan kemampuan dan profesionalisme mengajar, e) meminimalisir ketimpangan kompetensi antar guru.

c. Rencana Kegiatan

Melihat betapa pentingnya keberadaan Komunitas Belajar di Sekolah maka saya segera membentuk KBS ini, karena komunikasi tentang pembelajaran ini sebenarnya sudah ada dan tinggal mengoptimalkan fungsinya. Pada Hari Sabtu setiap minggunya saya akan mengadakan pertemuan dengan guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Kenapa Sabtu? Alasannya adalah selama lima hari sebelumnya guru akan menginventarisir kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang dilakukan untuk disampaikan pada pertemuan komunitas pada Sabtunya. Selanjutnya pada akhir bulan ini saya akan mengundang Komite Sekolah untuk memberi masukan dan saran terhadap hasil pembelajaran yang sudah berjalan selama ini, dan secara periodik triwulan kami akan mengundang Komite Sekolah.

d. Aset Yang dimiliki Sekolah

SD Negeri 1 Bangunrejo memiliki 11 guru dan 1 tenaga kependidikan, dan 1 Kepala Sekolah, dengan 2 orang Guru Penggerak, dan komite Sekolah yang peduli terhadap kemajuan pembelajaran akan memudahkan ketercapaian tujuan pembelajaran melalui Komunitas Belajar Sekolah. Peran guru penggerak selama ini sangat membantu pergerakan perubahan dengan memaksimalkan potensi asset yang ada di sekolah, termasuk aset yang berhubungan dengan mata Pelajaran PJOK.

e. Indikatior Keberhasilan KBS

Komunitas Belajar Sekolah berjalan dengan baik jika antara guru saling memberikan gambaran pembelajaran dari kelas masing-masing dan siap untuk menerima masukan perbaikan dari guru lainnya dan selanjutnya menerapkan dikelasnya, dan menyampaikan kembali hasil pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

f. Komunitas Belajar dan Mapel PJOK

Mata pelajaran PJOK adalah mapel lintas kelas sehingga sangat adanya kerjasama yang baik dengan masing-masing guru kelas. Sehingga sebagai guru PJOK saya mengetahui karakter siswa di masing-masing kelas untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar. Dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan untpan balik dari masing-masing guru kelas. Dari sinilah saya selalu memotivasi betapa pentingnya keberadaan komunitas belajar, tidak hanya untuk mapel PJOK  secara khusu tetapi untuk peningkatan kualitas pembelajaran secara umum untuk mewujudkan pembelajaran yang benar-benar berpihak kepada siswa.


Sabtu, 25 November 2023

Model Refleksi Situasi, Makna , Aksi

 



a. Tahap Situasi

    Mempelajari modul 3. Komunitas Belajar Sekolah memberikan banyak gambaran tentang bagaimana pentingnya komunitas belajar yang ada disekolah. Beberapa catatan saya mengenai komunitas belajar dari modul ini adalah sebuah wahana yang digunakan untuk saling berbagi mengenai pembelajaran, membahas mengenai kekurangan dan kelebihan sehingga didapatkan solusi terbaik untuk pembelajaran yang lebih baik.

    Kegiatan saling berbagi ini pada faktanya sudah berjalan, namun belum tercatat sebagai sebuah komunitas untuk memeahkan masalah pembelajaran, sehingga pelaksanaanya bersifat momental  tidak terencana secara periodik. Komunitas belajar sebenarnya bukanlah hal baru, karena sudah ada KKG atau MGMP hanya ada perbedaan pada istilahnya saja.

    Komunitas belajar di sekolah menjadi bagian penting dalam sekolah, karena komunitas belajar sebuah tempat terjalinnya kerjasama antar guru dan tenaga kependidikan. Guru dapat belajar bersama (tidak terisolasi), guru pun menyepakati standar bersama seperti pembelajaran efektif, kriteria/indikator penilaian. Guru Sepakat bahwa mendidik semua murid merupakan tanggung jawab bersama. Dengan adanya komunitas belajar di sekolah, kesenjangan keterampilan antar pendidik dapat diminimalisasi, sehingga murid memiliki kualitas pengalaman belajar yang sama terlepas dari siapapun pendidiknya . 

Hal sulit yang saya hadapi adalah disekolah saya mempunyai enam kelas dengan jenjang yang berbeda, sudah barang tentu masing-masing kelas mempunyai cara mengajar yang berbeda karena harusmenyesuaikan tingkat usia dan cara berfikir peserta didik yang berbeda pula yang sudah barang tentu cara mengajar guru satu dengan yang lain mempunyai perbedaan. Berada pada kondisi seperti ini peran saya sebagai motivator agar masing-masing guru untuk saling berbagi agar saling asah,isi dan asuhsehingga tidak ada guru yang merasa terbebani masalah pembelajaran dikelasnya. Mengajak rekan sejawat untuk senantiasa menyatukan visi menciptakan pembelajran yang berpihak kepada murid, sehingga cita-cita dan harapan sesuai dengan visi dan misi sekolahbisa tercapai.

b. Tahap Makna

 Dalam kondisi seperti ini saya mencoba menjelaskan mengenai pentingnya komunitas belajar di sekolah, dibentuk sebuah wadah untuk saling memberi motivasi untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga semakin menumbuhkan minat belajar murid. Juga sebagai wadah untuk saling mendukung, berbagi pengetahuan, dan meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat melatih keterampilan sosial, seperti berkomunikasi dan bersosialisasi dengan rekan sejawat. Hal ini dapat membantu guru dalam membina hubungan yang baik dengan murid dan orang tua murid

Dari pengamatan saya selama ini guru cenderung untuk menyimpan sendiri permasalahan yang ada dikelasnya, karena bercerita tentang kelemahan merupakan hal yang harus tabu untuk dilakukan. Disini saya harus memahami karakter masing-masing guru sehingga dapat mengambil benang merah yang bisa menarik kesamaan yang ada sehingga bisa terikat menjadi satu kesatuan untuk mencapai visi pembelajaran yang berpihak kepada murid. Pada situasi ini akhirnya saya memahami bahwa kelemahan diri tidak dapat diketahui sepenuhnya oleh diri sendiri tetapi melalui refleksi dan umpan balik yang diberikan oleh orang lain. Demikian juga solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada. Semakin banyak masukan maka akan semakin baik pula hasilnya.

c. Tahapan Aksi

    Dari beberapa kesimpulan yang saya dapatkan, akhirnya saya menyadari bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah akan lebih optimal jika guru dapat berkolaborasi dengan guru lainnya. Kemitraan ini diciptakan untuk memberikan suasana belajar bersama di mana ada rasa saling ketergantungan, serta pengakuan bahwa belajar dan keberhasilan murid  adalah tanggung jawab semua guru dan tenaga kependidikan. Mengingat hal yang demikian maka saya memulai untuk memberikan makna yang sebenarnya tentang Komunitas Belajar di Sekolah. 

    Tindakan yang saya lakukan selanjutnya adalah mengajak rekan guru secara periodik dan terjadwal untuk mengadakan pertemuan untuk mebahas permasalahan pembelajaran yang ada di kelas masing-masing. Saya mulai dengan menceritakan pembelajaran yang saya lakukan, tentang kesulitan, tantangan, dan solusi yang saya lakukan, dan selanjutnya meminta masukan dari rekan sejawat. Dari saran dan masukan yang mereka berikan, saya berharap mereka akan terbuka juga untuk menceritakan proses pembelajaran yang dilakukannya sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang serasi. 

    Sebuah perubahan pasti ada tantangan, dan sebagai agen transformasi perubahan saya harus membekali diri dengan inovasi-inovasi baru yang menarik. Melalui komunitas guru penggerak saya selalu berkomunikasi dan berbagi praktik baik, juga belajar mandiri melalui platform Merdeka Mengajar. Selalu ada hal-hal baru disana yang bisa saya aplikasikan pada pembelajaran disekolah. Disini saya harus menjadi contoh untuk perubahan baik, karena jika tidak maka komunitas belajar di sekolah tidak menjadi hal yang menarik.

    Akhirnya saya berkesimpulan bahwa kolaborasi tidak hanya terbatas pada kegiatan tukar menukar dan sharing praktik baik mengajar tetapi juga dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masing-masing. Saling membantu, terbuka dalam memecahkan masalah bersama harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Perkembangan akademik murid bukan lagi menjadi tanggung jawab individu masing-masing pendidik, tetapi menjadi tanggung jawab bersama yang harus diupayakan secara berkesinambungan sehingga tercipta budaya positif di sekolah untuk pembelajran yang sebenarnya, dan benar-benar berpihak kepada kebutuhan belajar murid. 


Minggu, 09 April 2023

Koneksi Antar Materi Modul 1.4. Budaya Positif

 


Setiap sekolah mempunyai peraturan dan tata tertib yang tujuannya adalah menegakkan disiplin supaya anggota sekolah menaati tata tertib yang telah dibuat. Tata tertib dibuat dalam rangka sebagai fungsi control warga sekolah dalam pemenuhan kebutuhan dasar warga sekolah agar tidak berbenturan antara satu dengan yang lainnya.

Upaya penegakan disiplin di sekolah selalu berujung pada hukuman dan konsekwensi

Dr. William Glasser dalam Control Theory meluruskan pemahaman tentang  konsep Kontrol diantaranya adalah bahwa guru sebenarnya tidak bisa mengontrol perilaku murid, dan jika pada saat tertentu murid berbuat sesuatu atas perintah guru karena pada saat itu murid sedang mengijinkan dirinya untuk dikontrol

 Mengontrol murid dengan penguatan positif berupa bujukan, membuat kritik sehingga murid merasa bersalah, dan guru memiliki hak untuk memaksa adalah keberhasilan jangka pendek dan berakibat buruk pada jangka panjang karena kontrol yang dilakukan guru bertentangan dengan kebutuhan dasar manusia,yang akan membentuk sebuah hubungan permusuhan dan identitas gagal bagi murid.

Nilai kedisiplinan positip yang diterapkan disekolah adalah bentuk kontrol diri agar mencapai tujuan mulia yang memuat nilai-nilai kebajikan universal, yang diyakini bersama dalam rangka mencapai profil pelajar pancasila.

Nilai-nilai yang dimiliki oleh guru penggerak akan memperkuat peran  guru penggerak (modul1.2) dalam mewujudkan budaya positif disekolah. Filosofi dasar pemikiran KHD (1.1) digunakan sebagai kontrol perilaku murid, karena murid pada dasarnya sudah mempunyai keyakinan sendiri yang memerlukan pendampingan guru agar keyakinan diri tersebut  menjadi keyakinan yang universal sebagai dasar pencapaian visi guru penggerak(1.3)

Penerapan disiplin positif (1.4) dengan segitiga restitusi menguji seorang guru untuk betul-betul mampu menerapkan peran dan fungsi guru penggerak. 

Segitiga restitusi menjadikan siswa sebagai pribadi yang dihargai jati dirinya karena murid berkesempatan untuk memperbaiki kesalahan  yang dilakukannya dengan keyakinan yang dimiliki dan sesuai dengan kebajikan universal.

Untuk mencapai visi mewujudkan profil pelajar Pancasila harus dibarengi dengan lingkungan yang berbudaya positif. Menciptakan budaya positif dengan mendorong motivasi dari dalam diri murid akan lebih baik walaupun memerlukan proses panjang dari pada memberi motivasi dengan hadiah atau hukuman.

Modul 1.4 ini membawa pemahaman yang berlaku selama ini bahwa untuk menciptakan budaya positif diperlukan dorongan berupa pujian, hadiah, bahkan kritik agar murid lebih termotivasi lebih baik, dan pemberian hukuman sebagai konsekuensi dari  sebuah pelangaran. Ternyata hal tersebut dalam jangka panjang akan menjadikan murid ketergantungan dan membentuk pribadi yang gagal.

 Segitiga restitusi membuat saya menyadari bahwa sesuai dengan filosofi KHD setiap murid mempunyai keyakinan dan disinilah peran guru untuk menuntun murid menuju keyakinan universal agar murid benar-benar menemukan jatidirinya menjadi pribadi yang benar-benar utuh.

Sebuah contoh kasus ketika seorang murid laki-laki dengan sengaja memegang pipi guru perempuan didepan teman-temannya. Tentu hal yang seharusnya tidak dilakukan. Murid melakukan ini mungkin tidak menyadari bahwa hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan.

Mengetahui hal yang demikian tentu saya harus mengambil tindakan agar murid menyadari hal tersebut. Saya mencoba menerapkan tahapan-tahapan yang ada dalam segitiga restitusi. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk menggali keyakinan murid tersebut. Menuntun dalam sistem among sangat tepat, dorongan dan alasan apa yang membuat murid melakukan perbuatannya, selanjutnya diarahkan kepada tindakan yang mengacu pada kebenaran umum, dan akhirnya murid menyadari bahwa tindakannya tidak seharusnya dilakukan dan ada keinginan untuk memperbaiki kesalahan.

Dari pengalaman ini ternyata kesalahan tidak harus diakhiri dengan hukuman seperti yang selama ini saya lakukan. Pada kasus-kasus tertentu tanpa sadar dalam penanganan kasus sampai pada validasi tindakan yang salah namun ketika murid menyadari kesalahannya masih berakhir pada hukuman atau konsekuensi dengan tujuan murid tidak lagi mengulangi kesalahannya.

Penerapan budaya positif pada modul 1.4 ini memberi perubahan cara berfikir yang segnifikan, disiplin tidak harus dengan pujian atau hukuman karena akan menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang. Lima posisi kontrol dari Diane Gossen menjadi referensi penting dalam penerapan disiplin positif dan diakhiri dengan segitiga restitusi.

Pertanyaannya adalah apa yang harus saya lakukan kedepan?

Budaya positif wajib tercipta dalam sekolah maupun masyarakat. Pemahaman tentang disiplin, hukuman, konsekwensi untuk guru dan orang tua perlu ditinjau kembali. Sebagai guru penggerak saya harus mempu mengajak rekan guru untuk menerapkan budaya positif dengan menerapkan segitiga restitusi, serta sosialisasi kepada orang tua murid pada saat rapat wali murid di sekolah.

Semoga kedepan semua warga sekolah nyaman dalam iklim pembelajaran dengan nilai kebajikan yang diyakini Bersama menuju terwujudnya merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila.


Sabtu, 18 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

     


Mempelajari modul ini memberi banyak memberikan pengetahuan baru tentang bagaimana, menyusun sebuah kegiatan yang berdampak pada murid. Selama  ini,  sering sekali kita melihat bahwa program-program sekolah, hanya  menempatkan  murid-murid  sebagai  objek  dari  program-program  tersebut.  Keterlibatan murid hanya    karena   sebuah  keharusan  untuk  terlibat,  rutinitas,  kewajiban  yang  harus  dijalankan,  atau  hanya  sekedar  sebuah  kegiatan  yang  menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, kita semua tahu bahwa pengambilan makna  adalah esensi dari proses belajar itu sendiri. Pada modul ini saya mengenal student agency yang diartikan sebagai kepemimpinan murid dalam pengelolaan program sekolah. Mendorong  kepemimpinan murid dalam program sekolah menjadikan murid menjadi  individu  yang  lebih  bertanggungjawab,  berdaya,  dan  kontributif,  akan  memberikan  bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat,

Hal penting yang saya dapatkan dari mempelajari modul ini adalah adanya pemahaman baru tentang :

  1. Kepemimpinan  murid  (students  agency)  dan  kaitannya  dengan  Profil  Pelajar Pancasila
  2. Suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid.
  3. Lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid pentingnya  melibatkan  komunitas  untuk  mendukung  tumbuhnya  kepemimpinan murid.

a) Kepemimpinan murid

Secara alami murid adalah pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu untuk membangun sendiri pemahaman tentang diri, orang lain, lingkungan sekitar, dan dunia yang lebih luas, karena sebenarnya berkemampuan untuk mengambil bagian dari proises belajarnya sendiri sehingga potensi kepemimpinannya berkembang dengan baik.

b) Menumbuhkan kepemimpinan Murid

Melalui Suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid akan mengembangkan kapasitasnya menjadi pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Melalui suara (voice) murid akan mengeksporesikan gagasan melalui partisipasi aktifnya dikelas, sekolah, komunitas, dan lingkungan dimana mereka berada. Sedangkan pilihan (choice)  adalah memberi kesempatan kepada murid untuk memiliki pilahan sesuai dengan minat, memilih lingkungan belajar, pilihan untuk berlatih dalam penguasaan pengetahuan dalam pembelajaran. Sedangkan kepemilikan (ownership) adalah bagaimana murid memiliki rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi dalam proses belajar.

c) Lingkungan untuk tumbuhkembang murid

Karakteristik lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Noble et al (2008) adalah :

  1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan  emosi  yang  positif.
  2. Lingkungan yang mengembangkan  keterampilan berinteraksi sosial  secara positif, arif dan bijaksan
  3. Lingkungan yang melatih  keterampilan yang dibutuhkan  murid dalam proses  pencapaian tujuan  akademik  maupun  non-akademiknya
  4. Lingkungan  yang  melatih  murid  untuk  menerima  dan  memahami  kekuatan  diri,  sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya
  5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat  menentukan dan menindaklanjuti  tujuan, harapan atau mimpi  yang manfaat dan kebaikannya  melampaui pemenuhan kepentingan  individu, kelompok, maupun golongan
  6. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses  belajarnya sendiri.
  7. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh  murid untuk terus bangkit  di tengah kesempitan dan kesulitan

Aksi Nyata Modul 3.3 Pengelolaa Program Yang berdampak Pada Murid


Selain lingkungan yang dapat membantu tumbuhkembang murid, peran komunitas juga mengambil peran penting. Beberapa komunitas yang membawa keberadaan murid diantaranya adalah; komunitas keluarga, komunitas kelas dan antar kelas, komunitas sekolah, dan komunitas antar sekolah.

Program sekolah akan bermakna dan memberi warna proses pembelajaran murid apabila ada peran serta murid didalamnya. Memberi kesempatan murid untuk memunculkan gagasan sebelum program, memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga memiliki rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi dalam proses belajar di kegiatan tersebut.

Mengelola program yang berdampak pada murid sangat berhubungan dengan materi pada modul sebelumnya, keterkaitan dengan modul sebelumnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

    Pembelajaran yang berkualitas bisa dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekolah dan masyarakat sehingga dapat terpenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat dan bakatnya. Filosofi Ki Hajar Dewantara menampatkan murid adalah pribadi utuh yang mempunyai kodrat alam yang  memposisikan guru sebagai penuntun untuk memaksimalkan bakat dan minat yang ada pada murid disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, maka sebagai pemimpin pembelajaran, pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya bertujuan untuk merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat murid dengan merdeka belajar. Potensi dan suara murid dapat tergali dengan baik sehingga menumbuhkan rasa memiliki/kepemilikan yang tinggi dalam diri murid.

2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Salah satu peran guru penggerak adalah peminpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dapat memaksimalkan potensi murid melalui Suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid akan mengembangkan kapasitasnya menjadi pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Sehingga program yang dijalankan berdampak positif kepada murid. 

3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Visi perubahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa  yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Visi perubahan dapat dimulai dari mendorong kepemimpinan murid sehingga murid mampu membuat pilihan-ilihan, menyuarakan opini, berpartisipasi dalam komunitas belajarnya. 

4. Modul 1.4 Budaya Positif

Pengelolaan program yang yang berasal dari pendapat dan pilihan yang berasal dari murid akan mendorong tanggungjawab terhadap program kegiatan yang diikuti adalah budaya positif yang akan mengembangkan potensi kepemimpinan murid sesuai dengan kodrat, konteks , dan kebutuhannya.

5. Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid :

Kebutuhan belajar murid adalah  readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid. Kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid melalui pengelolaan program yang berdampak pada murid..

6. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional:

Penerapan pembelajaran sosial emosional akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman karena adanya program yang mengakomodasi kepentingan murid .Pengembangan pembelajaran sosial emosional akan meningkatkan kompetensi : yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab.

7. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan yang memadai. Karena keputusan akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran disekolah. Pengambilan keputusan berbasis pada nilai-nilai kebajikan akan terjadi apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menghasilkan program-program sekolah yang berdampak positif kepada murid.

8. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya guru harus bisa memaksimalkan asset yang ada. Pengelolaan asset secara maksimal akan berkontribusi besar terhadap program-program yang dilksanakan disekolah. Murid adalah asset biotik yang ada didalamnya. Keikutsertaan murid dalam merancang program sekolah wajib dilakukan karena sejatinya program dibuat untuk murid. Melalui suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid  dapat mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.

Setelah mempelajari modul calon Guru Penggerak ini saya berkesimpulan bahwa tujuan akhirnya adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui program yang berdampak positif kepada murid. Program yang berdampak positif menempatkan murid sebagai pribadi utuh yang perlu tuntunan guru yang berkemampuan sosial emosianal sehingga menghasilkan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin dengan memaksimalkan potensi asset yang ada, sehingga terjadi sinergi yang saling terkait dan saling membantu.

Dalam perencanaan program murid harus selalu diikutsertakan. Karena murid mempunyai pandangan, gagasan, perhatian, untuk berpartisipasi aktif. Melalui pilihan, murid berkesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang mendukung belajar mereka, sehingga keterlibatan mereka terhadap apa yang dipelajarinya dengan terlibat aktif menunjukkan rasa kepemilikan mereka.

Dengah demikian program sekolah yang dijalankan benar-benar berpihak pada murid, karena mereka berkontribusi dalam perencanaan, melaksanakan, dan mereka akan beradadalam kursi kemudi roses belajar mereka sendiri.


Sumber Belajar :

Pendidikan Guru Penggerak

Modul 3.3 Pengelolaan Program yang berdampak Positif pada Murid

Oleh : Oscrina Dewi Kusuma, S.Pd. ,M.Pd., Indra Sari, SH., M.Pd., Dr. Siti Suharsih, Ss.s., M.Pd.


Selasa, 07 Maret 2023

Jurnal Refleksi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 


Sekolah adalah institusi moral,  merupakan miniature dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas diri murid. Kepemimpinan Kepala sekolah berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral yang menegakkann penerapan nilai-nilai yang diyakini dan menjadi teladan bagi murid.

Peran pemimpin tidak akan terpisahkan dengan pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan tidak jarang dihadapkan pada pilihan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan (dilema etika) sedangkan pada waktu yang lain dihadapkan pada pilihan kebenaran dan kebiasaan salah (bujukan moral).  Hal utama yang tidak boleh ditinggalkan adalah keputusan harus berpihak kepada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan keputusan itu dapat dipertanggungjawabkan.

Paradigma skituasi dilemma etika, ada 4 kategori :

1.Individu lawan kelompok (individual vs community)

Dalam pardigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar dimana individu ini menjadi bagiannya.

2.Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 

Dalam paradigm aini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengkikuti aturan sepenuhnya, berlaku adil untuk semua atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.

3.Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 

Paradigma dimana pilihan antara kejujuran dan kesetiaan kepada orang lain, mengatakan sejujurnya atau melindungi teman yang sedang bermasalah.

4.Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pilihan pada terbaik untuk sekarang atau terbaik untuk masa yang akan datang.

Etika sendiri bersifat relative, tergantung pada situasi dan kondisi saat dilema terjadi, namun ada 3 prinsip yang sering membantu.

Ketiga prinsip tersebut adalah:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dalam mengambil keputusan dapa situasi dilema etika dan bujukan moral, ada 9 konsep pengambilan  dan pengujian keputusan.

1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi

4. Pengujian benar dan salah

5. Uji legal

  • Uji regulasi/standar Profesional
  • Uji intuisi
  • Uji publikasi
  • Uji panutan/idola

 6. Pengujian paradigma benar lawan benarMelakukan prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilema

8. Buat keputusan

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan


Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)

Pada refleksi dwi mingguan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan, saya akan  menggunakan model 4F(Facts, Feelings, Findings, Future). Refleksi model  4F dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan  menjadi  4P

1. Facts  (Peristiwa): 

Materi pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan memberi pengalaman baru. Sebagai pemimpin pembelajaran sering diharuskan mengambil keputusan yang nantinya berkontribusi pada terbangunnya budaya, nilai-nilai, menjadi teladan dan morlitas dalam diri semua murid. 

Ada beberapa kesulitan dalam identifikasi dan penerapan jenis permasalahan (kasus) salam 3 prinsip membuat keputusan. dan ternyata melalui forum diskusi dapat disimpulkan bahwa tidak ada prinsip yang salah atau paling benar karena identifikasi prinsip  tergantung jenis kasus, kapan terjadi, dimana dan siapa saja pihak yang terlibat didalamnya.

Nilai-nulai pembelajaran yang bisa diambil dari modul ini adalah bahwa sebelum mengambil sebuah keputuasan memerlukan beberapa kriteria dan tahapan yang harus dilalui sehingga keputusan yang diambil ada keberpihakan kepada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan universal sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2. Feelings  (Perasaan): 

Saya sangat bersemangat, Ternyata ada acara baik untuk membuat sebuah keputusan. Karena selama ini dalam membuat keputusan hanya berdasar pada beberapa pertimbangan seperlunya, tetapi dalam modul ini ada beberapa tahapan dan Langkah yang harus dilalui. Dengan tahapan dan Langkah yang ada saya merasa yakin dengan pengambilan keputusan. 

Berdasar pengalaman  penerapan dalam aksi nyata  di kelas membuktikan bahwa keputusan yang dihasilkan dapat diterima oleh semua pihak, terlihat dengan kondidi kelas yang kondusif tanpa ada persoalan baru yang menyertai.

3. Findings  (Pembelajaran): 

Banyak hal yang saya peroleh dari proses pembelajaran ini, ternyata sebuah keputusan harus melalui beberapa proses dan tahapan. Dengan memahami 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengabilan dan pengujian keputusan, akan menghasilkan keputusan terbaik yang bisa diterima semua pihak.

4. Future  (Penerapan): 

Setelah mempelajari modul ini saya akan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada setiap pengambilan keputusan. Mengajak rekan sejawat untuk memahami dan menerapkan pengambilan keputusan yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan agar tercipta pembelajarn yang kondusif, aman, dan nyaman. Karena sekolah adalah institusi moral yang  menjadi teladan dan morlitas dalam diri semua murid. 


Daftar Pustaka :

  • Program Pendidikan Guru Penggerak
  • Modul 3.1 Penga,mbilan Keputusan Berdasar Nilai-nila Kebajikan Sebagai pemimpin
  • Oleh : Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S, Diah Samsiati Rajasa, M.Sc


Senin, 06 Maret 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Ilustrasi Gambar dari :https://www.jojonomic.com/


SUDADI

CGP Angkatan 6 Kabupaten Rembang

Jurnal refleksi modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya saya akan mencoba menggunakan Model 3: Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi).

Diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985, Model ini melatih kita  melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap  topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita  berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil  refleksi yang lebih mendalam.

 Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:

1) Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi  ini harus berupa fakta; bukan opini.

Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya mulai kami pelajari pada 16 Februari 2023. Modul ini mempelajri bahwa sekolah merupakan sebuah ekosistem yang mencirikan pola hubungan yang saling keterkaitan dan  ketergantungan.  saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu

Sebuah ekosistem sekolah terbentuk sebuah interaksi antara factor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur  ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik  akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu dengan lainnya.

Faktor biotik itu diantaranya adalah Murid, Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid, masyarakat sekitar, dan Dinas terkait.

Sedangkan factor abiotic juga berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Diantaranya adalah : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Di sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada masing-masing komponen, sehingga tercipta hubungan yang saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya.

Cara pandang pemimpin pembelajaran terhadap sumber daya sekolah ini ada dua macam :

  1. Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach)
  2. Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Approach)

Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan pada hal-hal yang mengganggu, apa yang kurang dan sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki akan mendorong bagaimana kita mengatasi kekurangan tersebut dan hal ini akan berakibat pada perasaan tidak nyaman dan tidak menyadari bahwa masih ada potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pendekatan berbasis asset menekuni kekuatan berfikir positif, menemukenali potensi yang ada untuk untuk pengembangan diri. Pendekatan ni menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, dan memusatkan pada hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi untuk lebih dikembangkan.

Pendekatan berbasis asset ini selaras dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA menekankan bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat berkontribusi pada keberhasilan. Dalam inplementasinya. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.

Sekolah adalahj sebuah komunitas, dan menurut Bank of I.D.E.A.S. (2014), bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan relisient adalah sebagai berikut :

  1. Mempraktikkan dialog yang berkelanjutan dan partisipasi masyarakat
  2. Menumbuhkan komitmen terhadap tempat
  3. Membangun koneksi dan kolaborasi
  4. Mengenal dirinya sendiri danmmembangun asset yang ada,
  5. Membentuk masa depannya
  6. Bertindak dengan ide dan peluang
  7. Merangkul perubahan dan bertanggungjawab
  8. Menghasilkan kepemimpinan.

Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat dimanfaatkan dengan pendekatan berbasis asset. Modal utama berupa 7 aset adalah sebagai berikut : 

  1. Modal Manusia,
  2.  Modal Sosial, 
  3. modal politik, 
  4. modal agama dan budaya, 
  5. modal fisik, 
  6. modal lingkungan/alam,
  7.  modal finansial.

2) Topi merah: Gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya  perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.

Sangat senang. Adalah perasaan yang ada pada saat mempelajari modul ini. Beberapa hal baru yang membuka cara pendekatan berfikir yang semula pasrah dengan keadaan (deficit-based approach), menjadi paradigma berfikir dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada (Asset-Based Approach). 

Semakin bersemangat lagi pada sesi Forum Diskusi Kelompok yang secara Bersama-sama menggali potensi asset yang ada di luar sekolah. Ternyata ada banyak sekali sumber kekuatan diluar sekolah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.

Ruang kolaborasi memberikan banyak sekali pengalaman baru mengambil dari paparan yang disampaikan oleh kelompok yang berasal dari daerah lain,. Baik berupa ide-ide baru maupun kegiatan yang saat ini sedang dilakukan. Melalui penguatan dari fasilitator semakin yakin bahwa sangat penting menemukenali asset yang ada dengan dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk semakin meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermakna dan berpihak kepada murid.

3) Topi kuning: Tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.

Hal-hal positif dari topik ini adalah dengan pendekatan berfikir berbasis asset/kekuatan (Asset-Based Approach)  kita akan menjadi pemimpin pembelajaran yang senantiasa mempunyai visi kedepan untuk selalu berkembang dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah. Pendekatan berfikir berbasis asset/kekuatan (Asset-Based Approach)  akan menjalin hubungan positif dan saling ketergantungan dalam komunitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.


4) Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.

Pemimpin Pengelolaan Berbasis Sumber Daya adalah hal baru, perlu pendalaman dan perubahan paradigma berfikir bahwa asset yang ada mempunyai potensi yang bisa dimaksimalkan untuk menunjang pembelajaran, tidak semua komponen yang ada peduili dengan pendidikan disekolah, utamanya asset yang ada diluar lingkungan sekolah, perlu pendekatan intensif untuk merubahnya untuk menjadi kesepahaman meningkatkan mutu pembelajaran adalah tanggungjawab semua pihak.

5) Topi hijau: Jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.

Ide-ide yang muncul setelah mempelajari modul ini adalah dimulai darilangkah awal untuk Bersama-sama dalam komunitas sekolah untuk menemukenali asset yang ada disekolah untuk dimaksimalkan potensinya dalam penerapan pembelajaran. Langkah selanjutnya sekolah bersama-sama unsur yang ada diluar sekolah menginventarisasi asset yang ada diluar sekolah bersert potensi yang dimilikiya untuk bejkerjasama dama peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

6) Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kesimpulannya adalah sebagai sebuah ekosistem sekolah mempunya berbagai komponen yang merupakan asset yang masing-masing mempunyai kekuatan untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan sumber daya didahului dengan berfikir berbasis kekuatan sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa berfikir positif  untuk mengembangkan diri, menemukenali hal-halpositif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, memusatkan perhatian pada hal-hal yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi positif.

Dan sebagai guru penggerak adalah sebuah kewajiban bagaimana kita memulai untuk bergerak menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumberdaya sehingga tergerak untuk Bersama-sama dalam pengembangan sekolah untuk meningkatkan kualitas belajar murid.


Sabtu, 25 Februari 2023

3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya

 Sekolah adalah sebuah ekosistem yang berisi beberapa komponen yang saling berhubungan, keterkaitan dan  ketergantungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu

Sebuah ekosistem sekolah terbentuk sebuah interaksi antara factor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur  ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik  akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu dengan lainnya.

Faktor biotik itu diantaranya adalah Murid, Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid, masyarakat sekitar, dan Dinas terkait.

Sedangkan factor abiotik juga berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Diantaranya adalah : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Di sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada masing-masing komponen, sehingga tercipta hubungan yang saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya.

Cara pandang pemimpin pembelajaran terhadap sumber daya sekolah ini ada dua macam :

  1. Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach)
  2. Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Approach)

    Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan pada hal-hal yang mengganggu, apa yang kurang dan sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki akan mendorong bagaimana kita mengatasi kekurangan tersebut dan hal ini akan berakibat pada perasaan tidak nyaman dan tidak menyadari bahwa masih ada potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Pendekatan berbasis asset menekuni kekuatan berfikir positif, menemukenali potensi yang ada untuk untuk pengembangan diri. Pendekatan ni menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, dan memusatkan pada hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi untuk lebih dikembangkan.

Pendekatan berbais asset ini selaras dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA menekankan bahwa setiaporang memiliki inti positif yang dapatberkontribusi pada keberhasilan. Dalam inplementasinya. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.

Koneksi Antar Materi 

1. Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam komunitasnya untuk lebih berdayaguna sehingga dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan dengan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pengelolaan sumber daya pemimpin pembelajaran dapat menemukenali potensi-potensi kekuatan yang ada dikelas baik komponen biotik dan abiotic. Adanya saling keterkaitn dan saling menunjang satu sama lain kekuatan yang ada disekolah dan dimasyarakat dimanfaatkan sebagai pendukung. Jalinan Kerjasama dengan masyarakat akan memudahkan pencapain tujuan pembelajaran karena ada kontribusi positif.


2. Contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas

    Pengelolaan sumber daya yang tepat dimulai dari identifikasi potensi yang ada pada masing-masing asset, dari masing-masing potensi yang ada selanjutnya dikelola sesuai dengan fungsi sehingga tercipta hubungan yang saling mendukung.

Contohnya adalah kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan potensi sumber daya yang ada. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah Minat Murid. Salah satu area minat/kegemaran adalah minat kerajinan atau kriya. Selain sumber daya yang ada disekolah, kita dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dimasyarakat dengan mengundang ke sekolah untuk menjadi pembimbing dalam kegiatan ekstrakurikuler.

3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

     a. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :

    Pembelajaran yang berkualitas bisa dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekolah dan masyarakat sehingga dapat terpenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat dan bakatnya. Filosofi Ki Hajar Dewantara menampatkan murid adalah pribadi utuh yang mempunyai kodrat alam yang  memposisikan guru sebagai penuntun untuk memaksimalkan bakat dan minat yang ada pada murid disesuaikan dengan sumberdaya/asset  yang ada disekitarnya(kodrat zaman)

     b. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak 

Salah satu peran guru penggerak adalah peminpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada untuk memenuh kebutuhan belajar murid untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan memaksimalkan 7 aset yang ada di sekitar sekolah, maka guru dapat menjalankan perannya sebagai guru penggerak.

     c. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak 

Visi perubahan seperti dikutif dari : ~ Roland Barth, “Improving schools from within ” (1990) “Perubahan di  sekolah dapat  diinisiasi  oleh pihak  luar,  tetapi  perubahan yang paling penting dan berkesinambungan akan datang dari dalam.” Visi perubahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa  yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.Pemikiran pendekatan  berbasis asset akan menyelaraskan kekuatan kekuatan yang  dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah

     d. Modul 1.4 Budaya Positif

Salah satu asset yang dimiliki sekolah adalah guru dan murid. Budaya positif akan menciptakana suasana pembelajaran yang kondusif dan berpihak pada murid. Budaya positif dimulai dari cara berfikir positif dengan pendekatan berbasis asset untuk memaksimalkan potensi asset yang ada disekolah dan sekitarnya.

     e. Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 

Kebutuhan belajar murid adalah  readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid. Kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan memetakan potensi asset yang ada disekolah dan masyarakat. Potensi asset yang beragm ini dapat diaplikasikan dengan pembelajaran berdiferensiasi.

      f. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Penerapan pembelajaran sosial emosional akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman karena adanya hubungan yang selaras, saling membutuhkan dan saling mendukung asetmanusia yang ada di sekolah untuk mencapai ketercapaian kompetensi akademik di sekolah.Pengembangan pembelajaran sosial emosional akan meningkatkan kompetensi : yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab.

     g. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin 

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan yang memadai. Karena keputusan akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran disekolah. Pengambilan keputusan berbasis pada nilai-nilai kebajikan akan terjadi apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran paham betul dengan potensi dan karakter aset yang ada disekolah.

4. Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul ini saya belum mengetahui identifikasi asset yang bisa mendukung tercapainya visi dan misi sekolah. Modul ini memberikan wawasan cara berfikir dengan dua pendekatan yaitu pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-Based Approch) dan pendekatan berbasis asset/kekuatan ( Asset-Based Approach).

Pendekatan berbasis kekurangan akan membawa kita pada pemiiran bagaimana kita menutupi kekurangan yang ada atau menyelesaikan masalah yang ada, perhatian hanya pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga melupakan potensi asset yang sebenarnya bisa dimanfaatkan.

Pendekatan berbasis kekuatan berpusat pada bagaimana cara menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, memusatkan apa yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi potensi positif untuk lebih dikembangkan.

Setelah mengikuti proses pembelajaran modul terjadi perubahan dengan cara berfikir saya bahwa jangan menyerah dengan keadaan yang ada. Saya mulai menerapkan bahwa setiap asset mempunyai potensi yang bisa dikembangkan untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran.


Sumber Belajar : Program Pendidikan Guru Penggerak Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya

Penulis modul:Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd,Yuni Widiastuti, S.Si, M.Psi.T