Sabtu, 25 Februari 2023

3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya

 Sekolah adalah sebuah ekosistem yang berisi beberapa komponen yang saling berhubungan, keterkaitan dan  ketergantungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu

Sebuah ekosistem sekolah terbentuk sebuah interaksi antara factor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur  ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik  akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu dengan lainnya.

Faktor biotik itu diantaranya adalah Murid, Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid, masyarakat sekitar, dan Dinas terkait.

Sedangkan factor abiotik juga berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Diantaranya adalah : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Di sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada masing-masing komponen, sehingga tercipta hubungan yang saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya.

Cara pandang pemimpin pembelajaran terhadap sumber daya sekolah ini ada dua macam :

  1. Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach)
  2. Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Approach)

    Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan pada hal-hal yang mengganggu, apa yang kurang dan sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki akan mendorong bagaimana kita mengatasi kekurangan tersebut dan hal ini akan berakibat pada perasaan tidak nyaman dan tidak menyadari bahwa masih ada potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Pendekatan berbasis asset menekuni kekuatan berfikir positif, menemukenali potensi yang ada untuk untuk pengembangan diri. Pendekatan ni menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, dan memusatkan pada hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi untuk lebih dikembangkan.

Pendekatan berbais asset ini selaras dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA menekankan bahwa setiaporang memiliki inti positif yang dapatberkontribusi pada keberhasilan. Dalam inplementasinya. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.

Koneksi Antar Materi 

1. Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam komunitasnya untuk lebih berdayaguna sehingga dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan dengan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pengelolaan sumber daya pemimpin pembelajaran dapat menemukenali potensi-potensi kekuatan yang ada dikelas baik komponen biotik dan abiotic. Adanya saling keterkaitn dan saling menunjang satu sama lain kekuatan yang ada disekolah dan dimasyarakat dimanfaatkan sebagai pendukung. Jalinan Kerjasama dengan masyarakat akan memudahkan pencapain tujuan pembelajaran karena ada kontribusi positif.


2. Contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas

    Pengelolaan sumber daya yang tepat dimulai dari identifikasi potensi yang ada pada masing-masing asset, dari masing-masing potensi yang ada selanjutnya dikelola sesuai dengan fungsi sehingga tercipta hubungan yang saling mendukung.

Contohnya adalah kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan potensi sumber daya yang ada. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah Minat Murid. Salah satu area minat/kegemaran adalah minat kerajinan atau kriya. Selain sumber daya yang ada disekolah, kita dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dimasyarakat dengan mengundang ke sekolah untuk menjadi pembimbing dalam kegiatan ekstrakurikuler.

3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

     a. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :

    Pembelajaran yang berkualitas bisa dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekolah dan masyarakat sehingga dapat terpenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat dan bakatnya. Filosofi Ki Hajar Dewantara menampatkan murid adalah pribadi utuh yang mempunyai kodrat alam yang  memposisikan guru sebagai penuntun untuk memaksimalkan bakat dan minat yang ada pada murid disesuaikan dengan sumberdaya/asset  yang ada disekitarnya(kodrat zaman)

     b. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak 

Salah satu peran guru penggerak adalah peminpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada untuk memenuh kebutuhan belajar murid untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan memaksimalkan 7 aset yang ada di sekitar sekolah, maka guru dapat menjalankan perannya sebagai guru penggerak.

     c. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak 

Visi perubahan seperti dikutif dari : ~ Roland Barth, “Improving schools from within ” (1990) “Perubahan di  sekolah dapat  diinisiasi  oleh pihak  luar,  tetapi  perubahan yang paling penting dan berkesinambungan akan datang dari dalam.” Visi perubahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa  yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.Pemikiran pendekatan  berbasis asset akan menyelaraskan kekuatan kekuatan yang  dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah

     d. Modul 1.4 Budaya Positif

Salah satu asset yang dimiliki sekolah adalah guru dan murid. Budaya positif akan menciptakana suasana pembelajaran yang kondusif dan berpihak pada murid. Budaya positif dimulai dari cara berfikir positif dengan pendekatan berbasis asset untuk memaksimalkan potensi asset yang ada disekolah dan sekitarnya.

     e. Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 

Kebutuhan belajar murid adalah  readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid. Kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan memetakan potensi asset yang ada disekolah dan masyarakat. Potensi asset yang beragm ini dapat diaplikasikan dengan pembelajaran berdiferensiasi.

      f. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Penerapan pembelajaran sosial emosional akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman karena adanya hubungan yang selaras, saling membutuhkan dan saling mendukung asetmanusia yang ada di sekolah untuk mencapai ketercapaian kompetensi akademik di sekolah.Pengembangan pembelajaran sosial emosional akan meningkatkan kompetensi : yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab.

     g. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin 

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan yang memadai. Karena keputusan akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran disekolah. Pengambilan keputusan berbasis pada nilai-nilai kebajikan akan terjadi apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran paham betul dengan potensi dan karakter aset yang ada disekolah.

4. Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul ini saya belum mengetahui identifikasi asset yang bisa mendukung tercapainya visi dan misi sekolah. Modul ini memberikan wawasan cara berfikir dengan dua pendekatan yaitu pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-Based Approch) dan pendekatan berbasis asset/kekuatan ( Asset-Based Approach).

Pendekatan berbasis kekurangan akan membawa kita pada pemiiran bagaimana kita menutupi kekurangan yang ada atau menyelesaikan masalah yang ada, perhatian hanya pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga melupakan potensi asset yang sebenarnya bisa dimanfaatkan.

Pendekatan berbasis kekuatan berpusat pada bagaimana cara menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, memusatkan apa yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi potensi positif untuk lebih dikembangkan.

Setelah mengikuti proses pembelajaran modul terjadi perubahan dengan cara berfikir saya bahwa jangan menyerah dengan keadaan yang ada. Saya mulai menerapkan bahwa setiap asset mempunyai potensi yang bisa dikembangkan untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran.


Sumber Belajar : Program Pendidikan Guru Penggerak Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya

Penulis modul:Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd,Yuni Widiastuti, S.Si, M.Psi.T


2 komentar: