Ilustrasi Gambar dari :https://www.jojonomic.com/ |
SUDADI
CGP Angkatan 6 Kabupaten Rembang
Jurnal refleksi modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya saya akan mencoba menggunakan Model 3: Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi).
Diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985, Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam.
Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:
1) Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.
Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya mulai kami pelajari pada 16 Februari 2023. Modul ini mempelajri bahwa sekolah merupakan sebuah ekosistem yang mencirikan pola hubungan yang saling keterkaitan dan ketergantungan. saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu
Sebuah ekosistem sekolah terbentuk sebuah interaksi antara factor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu dengan lainnya.
Faktor biotik itu diantaranya adalah Murid, Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid, masyarakat sekitar, dan Dinas terkait.
Sedangkan factor abiotic juga berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Diantaranya adalah : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Di sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada masing-masing komponen, sehingga tercipta hubungan yang saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya.
Cara pandang pemimpin pembelajaran terhadap sumber daya sekolah ini ada dua macam :
- Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach)
- Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Approach)
Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan pada hal-hal yang mengganggu, apa yang kurang dan sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki akan mendorong bagaimana kita mengatasi kekurangan tersebut dan hal ini akan berakibat pada perasaan tidak nyaman dan tidak menyadari bahwa masih ada potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan berbasis asset menekuni kekuatan berfikir positif, menemukenali potensi yang ada untuk untuk pengembangan diri. Pendekatan ni menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, dan memusatkan pada hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi untuk lebih dikembangkan.
Pendekatan berbasis asset ini selaras dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA menekankan bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat berkontribusi pada keberhasilan. Dalam inplementasinya. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.
Sekolah adalahj sebuah komunitas, dan menurut Bank of I.D.E.A.S. (2014), bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan relisient adalah sebagai berikut :
- Mempraktikkan dialog yang berkelanjutan dan partisipasi masyarakat
- Menumbuhkan komitmen terhadap tempat
- Membangun koneksi dan kolaborasi
- Mengenal dirinya sendiri danmmembangun asset yang ada,
- Membentuk masa depannya
- Bertindak dengan ide dan peluang
- Merangkul perubahan dan bertanggungjawab
- Menghasilkan kepemimpinan.
Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat dimanfaatkan dengan pendekatan berbasis asset. Modal utama berupa 7 aset adalah sebagai berikut :
- Modal Manusia,
- Modal Sosial,
- modal politik,
- modal agama dan budaya,
- modal fisik,
- modal lingkungan/alam,
- modal finansial.
2) Topi merah: Gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.
Sangat senang. Adalah perasaan yang ada pada saat mempelajari modul ini. Beberapa hal baru yang membuka cara pendekatan berfikir yang semula pasrah dengan keadaan (deficit-based approach), menjadi paradigma berfikir dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada (Asset-Based Approach).
Semakin bersemangat lagi pada sesi Forum Diskusi Kelompok yang secara Bersama-sama menggali potensi asset yang ada di luar sekolah. Ternyata ada banyak sekali sumber kekuatan diluar sekolah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.
Ruang kolaborasi memberikan banyak sekali pengalaman baru mengambil dari paparan yang disampaikan oleh kelompok yang berasal dari daerah lain,. Baik berupa ide-ide baru maupun kegiatan yang saat ini sedang dilakukan. Melalui penguatan dari fasilitator semakin yakin bahwa sangat penting menemukenali asset yang ada dengan dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk semakin meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermakna dan berpihak kepada murid.
3) Topi kuning: Tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.
Hal-hal positif dari topik ini adalah dengan pendekatan berfikir berbasis asset/kekuatan (Asset-Based Approach) kita akan menjadi pemimpin pembelajaran yang senantiasa mempunyai visi kedepan untuk selalu berkembang dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah. Pendekatan berfikir berbasis asset/kekuatan (Asset-Based Approach) akan menjalin hubungan positif dan saling ketergantungan dalam komunitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.
Pemimpin Pengelolaan Berbasis Sumber Daya adalah hal baru, perlu pendalaman dan perubahan paradigma berfikir bahwa asset yang ada mempunyai potensi yang bisa dimaksimalkan untuk menunjang pembelajaran, tidak semua komponen yang ada peduili dengan pendidikan disekolah, utamanya asset yang ada diluar lingkungan sekolah, perlu pendekatan intensif untuk merubahnya untuk menjadi kesepahaman meningkatkan mutu pembelajaran adalah tanggungjawab semua pihak.
5) Topi hijau: Jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.
Ide-ide yang muncul setelah mempelajari modul ini adalah dimulai darilangkah awal untuk Bersama-sama dalam komunitas sekolah untuk menemukenali asset yang ada disekolah untuk dimaksimalkan potensinya dalam penerapan pembelajaran. Langkah selanjutnya sekolah bersama-sama unsur yang ada diluar sekolah menginventarisasi asset yang ada diluar sekolah bersert potensi yang dimilikiya untuk bejkerjasama dama peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
6) Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kesimpulannya adalah sebagai sebuah ekosistem sekolah mempunya berbagai komponen yang merupakan asset yang masing-masing mempunyai kekuatan untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan sumber daya didahului dengan berfikir berbasis kekuatan sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa berfikir positif untuk mengembangkan diri, menemukenali hal-halpositif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, memusatkan perhatian pada hal-hal yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi positif.
Dan sebagai guru penggerak adalah sebuah kewajiban bagaimana kita memulai untuk bergerak menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumberdaya sehingga tergerak untuk Bersama-sama dalam pengembangan sekolah untuk meningkatkan kualitas belajar murid.
Sangat bermanfaat...inspirator
BalasHapusTerima kasih Bu, semoga bermanfaat
Hapus