Idul Fitri adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim seluruh jagad. Ada kebahagiaan dan kemenangan dimana dalam satu bulan sebelumnya telah melaksanakan ibadah puasa.
Persiapan menyambut Idul Fitri wajib kita lakukan tentu dengan hal yang wajar sesuai dengan kemampuan. Diakhir Bulan Ramadhan ini sangat berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Pasar dan pusat perbelanjaan penuh dengan pembeli, seolah akan menyambut tamu istimewa, kita memerlukan sebuah penampilan yang berbeda. Mulai dari bersih-bersih rumah, menambah penampilan rumah, baju baru dan bahan-bahan makanan dengan volume pembelian yang melebihi dari kebiasaan.
Perilaku konsumtif yang selama ini menjadi kebiasaan, dilaksanakan pada waktu yang bersamaan akan merubah perilaku pasar. Indikator perubahan perilaku pasar ini adalah kenaikan harga kebutuhan pokok yang jauh di atas kebiasaan. Kitapun seolah lupa akan kemampuan yang kita miliki, semua terlena dengan euforia yang berlebihan dengan melupakan makna yang sebenarnya.
Perilaku serba instan yang sudah membudaya mempunyai kontribusi yang besar yang akan mempersulit keadaan. Saling serobot, tidak menghormati kepentingan orang lain. Keadaan yang sering kita lihat ketika kita akan mengisi BBM di POM, antri formulir di kantor Samsat, bahkan ketika menunggu giliran di tukang cukur. Seolah tak tak ada waktu lain kitapun lebih senang berdesak-desakan daripada antri dengan rapi.
Seringkita mendengar dan melihat ketika ada pembagian zakat, atau 'angpao dari golongan mampu, bisa dipastikan ada korban. Ada yang terinjak-injak, lemas sesak nafas karena berdesak-desakan. agaknya disiplin antri dengan sabar masih jauh dari kita.
Seringkita mendengar dan melihat ketika ada pembagian zakat, atau 'angpao dari golongan mampu, bisa dipastikan ada korban. Ada yang terinjak-injak, lemas sesak nafas karena berdesak-desakan. agaknya disiplin antri dengan sabar masih jauh dari kita.
Jika kita semua mau bersabar dan tidak berlebihan, maka kerugian yang lebih besar akan berkurang. Seperti pengalamaan seorang rekan yang melakukan ibadah Haji beberapa tahun yang lalu. Teman ini menceritakan bahwa jika ada sekelompok jemaah yang paling semrawut dan tidak bisa diatur, bisa dipastikan itu adalah jemaah dari kita, Indonesia. Kita cenderung tidak mematuhi aturan petugas, dan yang barangkali korban terbanyak dari musibah Terowongan Mina beberapa tahun yang lalu adalah jemaah kita.
Tanggal 8 dan 9 Agustus nanti adalah awal dari angka-angka kalender yang ada pada Bulan Agustus. masih ada tanggal lain sampai dengan angka 31. Bahkan sesudahnya masih ada bulab September, dan bulan-bulan berikutnya.
Maksud yang ingin kami sampaikan adalah Idul Fitri bukan akhir dari segalanya. Ada makna yang lebih penting dari sekedar tenggelam dengan euforia yang berlebihan.
Merayakan kemenangan dengan berbagi dengan kaum du'afa adalah lebih utama, saling bermaaf-maafan, dan bersilaturomi dengan sanak saudara.
Marilah kita menyambut kari kemenangan nanti dengan perilaku yang wajar, sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Esok masih panjang, di tahun yang akan datangpun maasih ada Hari Raya Idul Fitri.
Lebaran tidak harus dengan sesuatu yang serba baru.
Untuk rekan-rekan yang akan mudik janganlah membawa barang yang berlebihan, jaga kondisi badan, danm bersabar.
Akhirnya selamat Haari Raya Idul Fitri,
Minal aidzin wal Faizin,
Mohon maaf lahir bathin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar