Minggu, 28 Oktober 2012

NAFAS SUMPAH PEMUDA MASIHKAN ADA?

KONGGRES PEMUDA (Tempo.CO.)

Hari ini Minggu, 28 Oktober 2012, adalah Hari Sumpah Pemuda. Pada 84 tahun silam Para pemuda kita berkumpul, menyatakan tekadnya bersatu, menjadi bangsa yang satu, Bangsa Indonesia yang merdeka. Kala itu Konggres yang diketuai Sugondo Djoyopuspito menyamakan visi dan misi pemuda untukIndonesia yang satu. Lagu Indonesia, Bahasa Indonesia, serta tanah air yang satu, tanah Indonesia.
                               
Delapan dasawarsa bukanlah waktu yang pendek, semangat nafas konggres pemuda pun sedikit demi sedikit terkikis oleh jaman. Bahkan hari inipun diantara kita sama sekali tidak  terlintas moment sumpah pemuda ini. Tak ada yang salah dan yang perlu disalahkan. Akan tetapi jika para pemuda waktu itu jika masih hidup sampai sekarang mungkin mereka akan menangis sejadi-jadinya melihat, dan mendengar apa yang dilakukan generasinya yang tak peduli lagi dengan semangat kebangsaan.

Sedikit mengenang tokoh pemuda pada konggres pemuda II ( seperti dikutip dari TEMPO.CO hari ini )  bebarapa pemuda yang berperan besar diantaranya :

 1.      W.R. Supratman
Menciptakan lagu Indonesia Raya. Yang gaungkan untuk pertama kalinya pada konggres Pemuda II , walaupuin dalam tekanan Politieke Inlichtingen Dienst  yang mengintai konggres. 
Wage Rudolf Supratman ini meninggal pada 17 Agustus 1938 pada usia sekitar 35 tahun, akibat kesehatannta yang menurun setelah diinterograsi Politieke Inlichtingen Dienst.

2.      Amir Sjarifoeddin Harahap.
Lahir di Medan 27 April 1907, menempuh bangku sekolah dasardimedan kemudian melanjutykan sekolahnya di Leiden Belanda, kembalinya ketanah air melanjutkan Pendidikan di sekolah Hukum di Jakarta berasrtama di Clubgebouw, jalan kramat Raya 106 Jakarta Pusat.
Pada konggres Pemuda II, Amir datang sebagai wakil dari Jong Bataks Bond, dan berperan sebagai bendahara.
Kehidupan politik Amir tak berhenti di Kongres Pemuda II. Pada 1938, ia juga terlibat di Kongres Bahasa. Dan ketika Jepang datang, Amir memilih beroposisi. Ia memimpin gerakan bawah tanah yang dibiayai Van der Plass Karena sikap politiknya itu, Jepang membekuk Amir. Ia pun dijatuhi hukuman mati pada Januari 1943. Untung, berkat campur tangan Soekarno dan Hatta, hukuman itu tak terlaksana
                                                                      
3.      Mohammad Hatta
bersekolah di Sekolah Dagang Rotterdam, atau Rotterdamse Handelshogeschool. Pada 1921 Hatta bergabung dengan organisasi Indische yang kemudian berubah menjadi Indonesische Vereniging. Seperti dikutip Majalah Tempo, Hatta ke Belanda dan bertemu seniornya Nazir Pamuntjak. Ketika itu Nazir baru lulus ujian negara untuk mata kuliah bahasa Yunani dan Latin, dan menjadi mahasiswa di fakultas Hukum di Leiden. Hatta memimpin organisasi Indonesische Vereniging periode 1926-1930, periode terlama karena sebelumnya setiap ketua hanya menjabat setahun sekali. Ada empat pokok perjuangan yang melandasi mereka: persatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi, dan swadaya.
Demi Indonesia mereka semua berkorban, berjuang, bangga dengan bangsanya.
Sedikit mengenang, dan jika kita korelasikan dengan keadaan sekarang, apa yang musti kita banggakan?
a.      Cukupkah kita bangga dengan kegiatan ‘nyangkruk’ , ngopi, dengan penjual yang kemayu?
b.      Mungkin kita akan dengan bangga ketika bercerita habis menekik si Miras sekian botol dengan ditunggui ‘peka’ yang menggoda?
c.       Barangkali kita juga ‘dipaksa’ untuk bangga melihat para pemuda (pejabat?)  yang dengan lihainya menyembunyikan uang rakyat untuk pribadinya.
d.      Bahkan kita juga musti berbangga hati dan rela ketika mengetahui para penegak hukum di negeri ini yang saling tuntut untuk mencari kemenangan yang sebenarnya sama sekali tidak perlu. (sama-sama orangnya Negara kok minta ganti rugi yang berasal dari uang Negara juga, lucu to?)
Rupanya nafas kebangsaan kita semakin parau, kecil, tersengal-sengal. kemerdekaan Indonesia masih jauh, kita terlalu sibuk dengan diri sendiri, sementara  bangsa lain masuk mencari keuntungan dengan ‘ menjajah’ kita dengan hasil industrinya. Jika sekarang kita bangga memakai merk luiar negeri, mungkin  anak-anak kita akan lebih bangga dengan mengakui diri sebagai warga Negara lain. Jika ini terjadi akan kemanakah INDONESIA???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar