'Tas hitam dari kulit buaya
Selamat pagi berkata Bapak Oemar Bakrie
Ini hari kopi aku rasa nikmat sekali
Tas hitam dari kulit buaya
mari kita pergi memberi pelajaran ilmu pasti
itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
laju sepeda kumbang di jalan berlubang
selalu begitu sejak jaman jepang
............................................................"
Sepenggal bait lagu yang kita semua tak asing lagi. Yang tak tahu lagu ini pokoke kebangetan. Alias gak gaul babar blas... he..he,.. sorry..bagi yang ngrasa... Hal yang kita tangkap jika kita mendengar perihal Guru Oemar Bakrie adalah seorang sosok paruh baya yang dengan telaten menekuni profesinya walau dengan segala fasilitas yang serba minim, dengan tanggung jawab yang besar, gajipun tak cukup untuk menopang kebutuhan dalam sebulan. Jika ada tetangga yang beli kulkas, cukup dengan menelan ludah, jika ada tetangga yang membeli TV, cukup dengan numpang nonton....Tak ada yang tertarik untuk menjadi Oemar Bakrie, sama sekali, " lha piye gajine bae mung thithik, pilih nyambut gawe liyane bae."
Oemar Bakrie... oh Oemar Bakrie... tapi itu tempoe doeloe !!
Jaman telah berubah!!
Umar Bakrie kini menjadi idola, wong tuo sing nduwe anak gadispun sama sekali tak keberatan jika akan diperistri Umar Bakrie. Umar Bakri kini berbenah, berubah wajah, menjadi sosok perjaka ganteng, dengan gaji yang besar, dengan Mega Pro-nya yang anyar... wah...wah sapa sing ora pengen...
Sekolah guru pun laris manis, layaknya gula yang dirubung semut. Tak cukup sekolah reguler kelas jauh pun kian populer... wah....wah....beaya mahal tak jadi soal.
Si Udin anak si tukang penthol kelilingpun tak mau ketinggalan, demi selembar ijazah ia rela banting tulang, walau makan sering kurang, hanya satu tujuan... Jadi Umar Bakri !!!
Waktupun berlalu, ijazah sudah di tangan. Harapan kian dekat. Udin pun mencari tempat wiyata bakti. Wah.....wah.... ternyata sulit, minta ampuuun nnn tak ada tempat yang kosong, maklum Udin hanyalah anak seorang tukang penthol, tak ada yang mau membantu..
Si Udin pun dirumah sambil menanti kalau ada seleksi penerimaan CPNS. Hari demi hari terlewat, waktuyang ditunggupun tiba, ada kabar gembira.
Seleksi CPNS!
Udin pun bersiap segala persyaratan dipenuhi, Belajarpun siang malam.
Soal-soal dikerjakan dengan mudah, paling tidak menurut pangakuannya..
Namun ..... saat pengumuman, kekecewaan belum mau beranjak darinya. Diulang-ulang nama demi nama dari atas kebawah berharap ada keajaiban, diulang dan ulang..... tak terasa mata pedas.. ternyata namanya tidak ada...... wah...wah.....
Dengan langkah gontai Udin pulang...kecewa.... harapan kian sirna ketika di jalan ia mendengar kabar bahwa yang diterima adalah peserta yang dengan sukses bisa mengerjakan pasal nomor 80 kosong enam sampai dengan 100 kosong enam.. wah....wah.....
Serasa berjalan di padang pasir yang luas, dia merasa dirinya kecil....keciiiiiiiiiiiiiiiil sekali.... apalagi untuk pasal-pasal yang barusan ia dengar... jauh sekali untuk seorang anak tukang penthol....
"Ah.... ternyata bukan mudah untuk menjadi seorang 'Umar Bakrie' mungkinkah aku mimpi untuk selamanya? Kapan? " Bersandar ia didinding gedhekya yang mau ambrol sambil sesekali menepuk kening.
Angin semilir belakang rumahnya membawanya terlelap.
Pagi itu dengan pakaian rapi dengan tas di tangan iapun mau berangkat bekerja... ah akhirnya bisa juga aku jadi Umar Bakrie. Dengan langkah pasti, kaki diayun.
Sreeetrttt blugggg.. jatuh...iapun terjaga......
Ternyata hanya mimpi...
Seolah tak terjadi apa-apa iapun ke ladang mencari pakan sapinya yang sudah mbengak-mbengok kelaparan. wah.....wah......
Diantara langkah kaki yang gontai ia berharap ada perubahan jaman yang berfihak pada 'orang kecil ' sepertinya, sehingga dengan kepintaran otaknya ia bisa menjadi seorang Umar Bakrie sejati!
*) Gambar Ilustrasi : Derap Guru Edisi November 2009 hal.12
Wah....nyindir aku...ki
BalasHapusSELAMAT ATAS SEGALA SESUATUNYA,YANG TERPENTING KITA EKSIS
BalasHapusBakat juga menulis cerita, belajar dimana?
BalasHapusWalah Ki, Lha wong mung niru-niru dari Blogkosuto kok...
BalasHapus