Senin, 12 Desember 2022

Penerapan Coaching Dalam Supervisi Akademik

 



A. Pengertian Coaching

Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada  solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi  dari coachee (Grant, 1999). 

Coaching lebih kepada membantu seseorang utuk belajar dari pada mengajarinya dalam bentuk kemitraan Bersama coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional yang dimilikinya melalui proses menstimulasi dan eksplorsi pemikiran dan proses kreatif.

B. Relevansinya dengan filosofi Kihajar Dewantara

Coaching sangat efektif diterapkan dalam Pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan coaching pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat hidup sesuai dengan kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. 

Seperti seorang petani dalam menanam jagung. Petani hanya bisa memfaslitasi dengan membuat lahan yang subur,  merawat dengan baik, agar jagung tumbuh dengan baik sebagaimana kodratnya sebagai jagung

C. Coaching dalam pembelajaran

Dalam pembelajaran guru membantu murid untuk belajar dan bertumbuh. Dengan prinsip kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh murid .

Kemitraan berarti adanya kesetaraan yang mengedepankan tujuan murid yang akan dikembangkan dengan komunikasi dua arah yang memicu proses berfikir murid untuk menggali ide-ide yang berasal dari murid itu sendiri.

Dengan kehadiran penuh (presence) guru menempatkan diri dalam situasi pemikiran murid dengan fokus dengan hal-hal yang disampaikan murid tanpa memberikan asumsi, melabel (judgment) dan mengaitkan dengan pengalaman pribadi. Selanjutnya untuk memaksimalkan potensi, mengingai, merenung dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi ada dirinya, guru dapat mengajukan pertanyan berbobot dari hasil mendengarkan aktif

D. Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional

Ki Hajar Dewantara dengan sistem Among menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra setara peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa harus yang dilakukan?, Salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid.

Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.

Pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan pembelajaran social dan emosional memberikan pengalaman menarik karena memberikan dampak positif dalam peningkatan minat belajar murid, guru berkemampuan untukmemahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri, dengan kesadaran penuh (mindfulness) sehingga lebih focus menjadi pemimpin pembelajaran di kelas, bagaimana mengelola kelas dengan memahami sudut pandang dan berempati dengan murid yang mempunyai kebutuhan belajar dengan latar belakang social yag berbeda. Penulis menyadari masih banyak  kompetensi dan kemetangan pribadi yang perlu diperbaiki dengan lebih banyak belajar dan memehami lebih dalam penerapan pembelajaran social dan emosional dengan menggunakan alur S-T-O-P.

Pembelajaran social dan emosional memudahkan guru membangun kedekatan emosiaonal dengan murid sehingga memudahkan penulis menerapkan coaching dalam pembelajaran. Adanya prinsip kesetaraan dan kemitraan akan menumbuhkan kesadaran murid untuk berbagi permasalahan yang dihadapinya.

Tantangan nyata yang penulis hadapi saat ini adalah belum membudayanya coaching disekolah. Pemahaman tentang budaya coaching masih perlu ditingkatkan. Akan halnya dengan budaya supervisi akademik. Masih merupakan hal yang dianggap wahana ‘menghakimi’ seolah-olah supervise akademik  adalah kagiatan mencari kelemahan dan kekurangan yang harus dihindari.

Pengalaman masa lalu mengatakan tidak ada guru yang dengan senang hati menyambut kegiatan ini.Sebuah tantangan bagi penulis untuk merubah paradigma ini, usaha membudayakan pemikiran positif tentang supervise akademik perlu ditingkatkan dengan memberikan pemahaman sedikit demi sedikit yang sejatinya supervisi akan memberikan efek baik untuk peningkatan kualitas pembelajaran disekolah. Couching akademik adalah pendekatan terbaik yang penulis akan terapkan. Semoga mendapatkan hasil terbaik.


2 komentar: