Jumat, 09 September 2022

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 - Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 


Prinsip dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi dasar pelaksanaan pendidikan di  Indonesia, dimana pendidikan menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang merdeka, leluasa dalam mengembangkan kompetensi yang ada pada dirinya.

Pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan budi pekerti, menempatkan guru menjadi pribadi yang Ing Ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.

Pendidik berperan sebagai sosok dewasa yang menuntun dan mengarahkan agar peserta didik dapat menemukan jati diri peserta didiknya.

Ing Ngarsa Sung Tuladha , artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugu dan ditiru dalam kutipan dan perbuatannya.

 Ing Madya Mangun Karsa , artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya.

Tut Wuri Handayani , artinya seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus membimbing, menopang dan menunjuk arah yang benar-benar bagi hidup dan karya anak didiknya.

Pendidikan adalah dasar fundamental yang menjadi arah kemana pribadi siswa kedepan akan terbentuk. Dan guru memegang peran penting dalam hal ini.
Guru adalah sosok inspirator bagi siswa dan siswinya di mata murid guru adalah pribadi yang sempurna karena apa yang dilakukan guru akan dicontoh oleh muridnya. Menjadi inspirator, Fasilitator dan motivator untuk murid-muridnya.

Ki  Hadjar  Dewantara  (KHD)  membedakan  kata  Pendidikan  dan  Pengajaran  dalam memahami arti dan  tujuan Pendidikan.

a.  a.  Pengajaran  (onderwijs) adalah  bagian dari Pendidikan.

Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu  atau  berfaedah  untuk  kecakapan  hidup  anak  secara  lahir  dan  batin. 

b.  Pendidikan  (opvoeding)  memberi  tuntunan  terhadap  segala  kekuatan  kodrat  yang  dimiliki  anak  agar  ia  mampu  mencapai  keselamatan  dan  kebahagiaan  yang  setinggi-tingginya  baik  sebagai  seorang  manusia  maupun  sebagai  anggota  masyarakat.

Jadi menurut  KHD  (2009),  “pendidikan  dan  pengajaran  merupakan  usaha  persiapan  dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat  maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD  memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka  pendidikan  menjadi  salah  satu  kunci  utama  untuk  mencapainya.  Pendidikan  dapat  menjadi  ruang  berlatih  dan  bertumbuhnya  nilai-nilai  kemanusiaan  yang  dapat diteruskan atau diwariskan.

Pembelajaran tidak lepas juga dari asas Tri-Kon Ki Hajar Dewantara, yang terdiri dari tiga asas yang berawalan  – kon. Yaitu yaitu kontinyu, konvergen dan konsentris Kontinyu berarti belajar dilakukan secara terus menerus, konvergen berarti materi pembelajaran dari berbagai sumber dan konsentris berarti  pengembangan pendidikan yang dilakukan harus berdasarkan kepribadian kita sendiri

 Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk  bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin)  dan  menjadi  mandiri  (merdeka  lahir).  Kekuatan  diri  (kodrat)  yang  dimiliki,  menuntun  murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.




1.   Pendidikan Yang Menuntun

Pendidikan yang menuntun dapat dianalogikan sebagai seorng petani yang menanam bibit jagung. Jagung akan tumbuh subur apabila disemai pada lahan yang subur, dengan pengairan yang cukup, serta perawatan yang  baik dari pak tani, walaupun jagung tersebut berasal dari bibit yang kurang baik.

Sebaliknya sebaik apapun bibit jagung jika ditanan dilahan yang gersang, tanpa sinar matahari, tidak ada perawatan dari pak tani, maka jagung tersebut tidak akan tumbuh dengan baik.

Petani adalah guru, dan bibit jagung adalah murid. Petani tidak bisa merubah jagung menjadi padi. Petani hanya bisa merawat agar jagung tumbuh dengan baik.

2.     Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan  kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana  anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

Pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Pendidikan sat ini menuntut anak untuk tanggap dengan perkembangan tehnologi yang begitu cepat, tetapi dengan kodrat alam anak harus mampu menyesuaikan diri dan berpegang teguh terhadap kultur budaya lingkungan yang mereka miliki.

 

3.     Budi Pekerti

Budi  pekerti,  atau  watak  atau  karakter  merupakan  perpaduan  antara  gerak  pikiran,  perasaan  dan  kehendak  atau  kemauan  sehingga  menimbulkan  tenaga. Budi  pekerti  juga  dapat  diartikan  sebagai  perpaduan  antara  Cipta  (kognitif),  Karsa  (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Lebih  lanjut  KHD  menjelaskan,  keluarga  menjadi  tempat  yang  utama  dan  paling  baik  untuk  melatih  pendidikan  sosial  dan  karakter  baik  bagi  seorang  anak.  Keluarga  merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih  kecerdasan  budi-pekerti  (pembentukan  watak  individual).  Keluarga  juga  merupakan  sebuah  ekosistem  kecil  untuk  mempersiapkan  hidup  anak  dalam  bermasyarakat  dibanding dengan institusi pendidikan lainnya

Penerapan filosofi Pemikiran KHD di sekolah

Merdeka Belajar adalah cara belajar yang memberi kebebasan terhadap siswa untuk mengembangkan potensinya dengan tuntunan guru. Momong, Among, Ngemong, berdasarkan fase-fase tertentu yang menuntut peran pendidik denga nisi dan peran yang berbeda.

Beberapa penerapan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara diantaranya adalah :

a.     1. Kesepakatan Kelas

Peraturan kelas harus bersifat luas dan luwes. Peraturan harus dibuat dengan kesepakatan. Anak diberi keleluasaan dengan membuat peraturan kelas yang disepakti bersama. Apa yang mereka sampaikan adalah cerminan pemikiran yang pada akhirnya nanti bisa mereka lakukan tanpa ada paksaan.

b.    2.  Bermain peran

Sifat anak-anak adalah bermain. Permainan yang ada dilingkungan mereka salah satunya adalah gobag sodor. Ada nilai-nilai karakter di dalamnya, diantaranya adalah tanggungjawab, disiplin, Kerjasama. Pada pelajaran PJOK permainan ini bisa kita berikan. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk bermain sesuai dengan model yang berlaku dilingkungganya.

Kesimpulan dan Refleksi

1. Murid dan pembelajaran di kelas sebelum   mempelajari modul 1.1

Sebelum mempelajari modul 1.1. saya beranggapan bahwa murid seperti botol kosong yang bisa kita isi dengan apapun tanpa memperhatikan bentuk dan ukuran botol tersebut. Sesudah mempelajarimodul 1.1. saya sadar bahwa isi botol tidak akan bisa merubah bentuk dan ukuran botol. Botol sudah mempunya bentuk dan ukuran (kodrat alam) saya hanya bisa membuat tampilan botol tersebut lebih baik dan menarik. Sedangkan barang yang kitaisikan ke botol adalah materi yang sesuai dengan bentuk dan ukuran botol (kodrat jaman). Demikian juga dengan memperlakukan murid. Mereka sudah mempunyai potensi yang bisa kita bina sehingga potensi bisa tumbuh dengan maksimal.

2. Perubahan perilaku setelah mempelajari modul 1.1. Saya harus meninggalkan kegiatan menghukum siswa dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, dan saya harus melakukan pendekatan yang lebih humanis dan holistik, untuk membangun kesadaran dan karakter mereka.

 3. Penerapan tindakan dalam kelas yang  mencerminkan pemikiran KHD.

Saya akan mulai menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid, dengan melakukan refleksi pada setiap selesai kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Demikian semoga bermanfaat, saran dan masukan silakan tulis di kolom komentar,


Sumber Materi :
 Simon Petrus Rafael, M.Pd
Bahan Ajar 
Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak

I Made Sukarda
CGP Denpasar
Penerapan Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara




9 komentar:

  1. Pendidikan menurut KHD menjadi satu kesatuan dengan pengajaran, walau kesannya terpisah namun ketika menyentuh bagaimana melayani segala kodrat yang ada pada anak maka konteks kesatuan laku- nya akan terlihat melalui proses mengamong.

    BalasHapus
  2. trimkasih pak sudah memberi inspirasi

    BalasHapus
  3. Mantab pak...semoga sukses menjadi guru penggerak

    BalasHapus
  4. Alhamdullilah, semoga bisa memberi manfaat.

    BalasHapus
  5. Luar biasa Pak Sudadi. Kita sebagai pendidik harus siap meneladani filosofi Ki Hajar Dewantara. Sukses untuk Pak Sudadi!

    BalasHapus
  6. Alhamdullilah, semoga filosofi pemikiran KHD menjadi inspirasi dan motifasi kita dapat melaksanakan pembelajaran. Membawa dampak positif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekolah.
    semangat perubahan, untuk pendidikan yang lebih baik.

    BalasHapus
  7. Mantab pak tergerak, bergerak & menggerakkan 👍

    BalasHapus