Perbincangan
Kurikulum 2013 memasuki babak baru, yaitu soal implementasi. Dalam berbagai
kesempatan, para guru yang ikut serta dalam kegiatan sosialisasi, menyatakan
sudah siap melaksanakan Kurikulum 2013. Menurut pihak Kemdikbud konsep
pelatihan para guru dalam menghadapi kurikulum 2013 akan dilakukan dengan
menggunakan metode master teacher. Guru-guru berprestasi dan memiliki skill
atau kemampuan mengajar yang baik akan dilatih terlebih dahulu untuk kemudian
menyampaikan ilmu yang didapat kepada guru yang lain.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dalam rangka persiapan penerapan kurikulum baru pada pertengahan Juli 2013, pelatihan guru inti dan instruktur nasional akan segera dilakukan pada bulan Mei mendatang bertepatan dengan libur tahun ajaran. Dengan demikian, guru yang mendapat kesempatan sebagai guru inti dapat menjalani pelatihan dengan baik.
Beliau juga mengatakan bahwa jadwal pelatihan kurikulum 2013 antara April dan Mei ini melalui beberapa pertimbangan yaitu guru tidak ada beban mengajar karena siswa sedang libur dan sekolah bisa digunakan sebagai tempat pelatihan sehingga tidak memakan banyak biaya.
Tiga hal yang penting dalam pelatihan guru ini adalah materi pelatihan, target guru yang dilatih, dan metode pelatihan yang digunakan. Guru yang mendapat prioritas pelatihan adalah guru kelas I, IV, VII, dan X dengan materi seputar konsep kurikulum baru.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan tetap melakukan pendampingan kepada guru yang telah mendapat pelatihan Kurikulum 2013. Pendampingan dilakukan agar proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Dari pendampingan itu pula dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) untuk mengetahui apakah perlu ada koreksi dari proses pembelajaran yang dilakukan guru kepada peserta didik.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menetapkan para guru calon peserta pelatihan implementasi kurikulum 2013. Musliar menyebutkan, untuk jenjang sekolah dasar (SD) guru sasaran pelatihan sebanyak lima orang guru per satu rombongan belajar termasuk kepala sekolah. Guru yang dilatih adalah guru kelas 1, guru kelas 4, guru agama, dan guru pendidikan jasmani di masing-masing sekolah yang sudah terpilih. “Guru sasaran adalah guru yang akan melaksanakan kurikulum itu sendiri,” katanya.
Adapun untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP) meliputi kepala sekolah, guru agama, guru pendidikan jasmani, guru seni budaya, guru IPA, guru IPS, guru bahasa Inggris, guru bahasa Indonesia, guru PKN , guru matematika, dan guru prakarya . “Mata pelajaran di SMP disederhanakan menjadi 10. Guru yang akan dilatih 11 orang guru untuk kelas VII,” kata Musliar.
Khusus untuk mata pelajaran IPS, sekolah harus memilih salah satu guru yaitu guru sejarah, guru geografi, atau guru ekonomi. Demikian juga halnya untuk mata pelajaran IPA. Selain guru, pengawas juga diberikan pelatihan. Bagi guru yang mengajar tidak hanya di kelas VII saja, tetapi juga mengajar di kelas VIII dan IX harus memprioritaskan mengajar di kelas VII terlebih dahulu.
“Sepanjang sudah semua kelas VII itu diajarnya, kalau masih belum cukup mengajar, silakan mengajar di kelas VIII, tetapi materi yang akan diajarkan di kelas VII harus didapatkan oleh murid dengan guru yang sudah kita latih tersebut,” kata Wamen.
Adapun untuk jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) jumlah guru yang dilatih minimal sebanyak lima orang termasuk kepala sekolah meliputi guru matematika, guru bahasa Indonesia, guru sejarah, dan guru bimbingan konseling (BK). “Kenapa guru BK perlu dilatih ? karena guru BK ini ke depan akan berperan besar terutama di dalam menentukan peminatan yang akan dipilih oleh siswa,” katanya.
Seperti diketahui, pada jenjang SMA tidak akan ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan bahasa seperti dilaksanakan sekarang ini. Melainkan berupa peminatan yang dipilih oleh peserta didik. Pemilihan peminatan dilakukan saat baru mulai masuk sekolah. “Pertama masuk mereka akan mendapatkan sembilan mata pelajaran pokok. Kemudian ditambah dengan empat mata pelajaran peminatannya dan dia diberikan kesempatan untuk memilih dua mata pelajaran berikutnya,” kata Musliar.
Anggaran
Kesenjangan terlihat dalam pengalokasian anggaran untuk persiapan pelaksanaan kurikulum 2013. Jika untuk buku dialokasikan Rp1 triliun lebih, untuk diklat guru yang akan menjadi ujung tombak kurikulum di lapangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan hanya menyiapkan dana sekitar Rp422 miliar.
Anggaran diklat guru ini tertuang dalam kebutuhan anggaran diklat guru yang dipaparkan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim di depan panitia kerja kurikulum DPR, di Senayan, Selasa (15/1).
Dalam dokumen desain induk kurikulum 2013 itu disebutkan, total kebutuhan guru jenjang SD 240.886 yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas I dan IV serta guru penjas dan agama. Dana yang dibutuhkan Rp120.442.950.000 dengan asumsi harga satuan diklat guru Rp500 ribu.
Untuk jenjang SMP kelas 7, dengan jumlah kebutuhan guru 342.939, butuh dana Rp171.469.500.000. "Itu kebutuhan anggarannya," kata Musliar Kasim memaparkan di depan anggota Panja kurikulum DPR.
Sementara rancangan kebutuhan anggaran pelatihan manajemen satuan pendidikan SMA 2013, sesuai dengan dana yang tersedia, dialokasikan Rp14.830.813.000. Sedangkan untuk SMK dialokasikan Rp13.272.073.000.
Nah, khusus rancangan kebutuhan pelatihan kurikulum SMA/SMK 2013 dibutuhkan anggaran Rp102.768.000.000. Rinciannya adalah pelatihan kurikulum bagi PTK SMA untuk 34.605 orang guru, butuh biaya Rp55.368.000.000.
Kalau di PTK SMK untuk 29.625 orang guru butuh biaya Rp47.400.000.000. Masing-masing dilaksanakan di sekolah selama 5 hari tanpa menginap. Sehingga total keseluruhan mencapai Rp422.783.336.000.
Metode dan Instruktur
Ada dua metode pendampingan yang disusun pemerintah, yakni pendampingan secara langsung dan pedampingan online. Pendampingan secara langsung itu lebih ke observasi yang dilakukan para guru inti. Guru inti akan mengamati dan menilai secara langsung apa kekurangan dari guru-guru itu saat mengajar.
Seperti diketahui, pemerintah akan menggunakan metode master teacher dalam diklat tersebut. Pemerintah akan menunjuk 666 orang dari kalangan dosen PLPG untuk dijadikan instruktur nasional yang akan diberi pelatihan oleh narasumber nasional.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merekrut 660 orang instruktur nasional untuk menjadi pelatih kurikulum 2013 bagi guru-guru inti. Mereka kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendikbud Syawal Gultom berasal dari dosen, widya iswara dan guru teladan yang memiliki catatan prestasi tingkat nasional.
Menurut Syawal, meski kurikulum 2013 relatif lebih mudah dibanding kurikulum 2006 tetapi pelatihan tetap dibutuhkan. Karena ada materi-materi dan ketrampilan guru yang harus dipertajam untuk melaksanakan kurikulum 2013.
“Saya yakin semua guru memiliki kemampuan mengajar sesuai tuntutan kurikulum 2013. Tetapi kita tetap harus membangkitkan motivasi para guru,” lanjutnya.
Tahapan pelatihan kurikulum 2013 akan dimulai bulan April bagi instruktur nasional, Mei bagi guru inti dan pada Juni bagi guru kelas dan mata pelajaran. Pelatihan dilakukan selama 5 hari berturut-turut atau setara dengan 52 jam.
Syawal mengingatkan bahwa pelatihan intinya adalah memperbaiki kompetensi guru. Dengan kata kunci bagaimana guru bisa mengubah sikap, ketrampilan dan pengetahuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,” tukas Syawal.
Instruktur nasional ini lanjut Syawal nantinya akan menjadi pelatih bagi 40 ribu guru inti yang merupakan perwakilan dari kabupaten/kota. Selanjutnya guru inti ini akan menjadi pelatih bagi 712 ribu guru kelas dan guru mata pelajaran di sekolah-sekolah.
Sumber : Kemdikbud dan media lainnya yang mendukung
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dalam rangka persiapan penerapan kurikulum baru pada pertengahan Juli 2013, pelatihan guru inti dan instruktur nasional akan segera dilakukan pada bulan Mei mendatang bertepatan dengan libur tahun ajaran. Dengan demikian, guru yang mendapat kesempatan sebagai guru inti dapat menjalani pelatihan dengan baik.
Beliau juga mengatakan bahwa jadwal pelatihan kurikulum 2013 antara April dan Mei ini melalui beberapa pertimbangan yaitu guru tidak ada beban mengajar karena siswa sedang libur dan sekolah bisa digunakan sebagai tempat pelatihan sehingga tidak memakan banyak biaya.
Tiga hal yang penting dalam pelatihan guru ini adalah materi pelatihan, target guru yang dilatih, dan metode pelatihan yang digunakan. Guru yang mendapat prioritas pelatihan adalah guru kelas I, IV, VII, dan X dengan materi seputar konsep kurikulum baru.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan tetap melakukan pendampingan kepada guru yang telah mendapat pelatihan Kurikulum 2013. Pendampingan dilakukan agar proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Dari pendampingan itu pula dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) untuk mengetahui apakah perlu ada koreksi dari proses pembelajaran yang dilakukan guru kepada peserta didik.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menetapkan para guru calon peserta pelatihan implementasi kurikulum 2013. Musliar menyebutkan, untuk jenjang sekolah dasar (SD) guru sasaran pelatihan sebanyak lima orang guru per satu rombongan belajar termasuk kepala sekolah. Guru yang dilatih adalah guru kelas 1, guru kelas 4, guru agama, dan guru pendidikan jasmani di masing-masing sekolah yang sudah terpilih. “Guru sasaran adalah guru yang akan melaksanakan kurikulum itu sendiri,” katanya.
Adapun untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP) meliputi kepala sekolah, guru agama, guru pendidikan jasmani, guru seni budaya, guru IPA, guru IPS, guru bahasa Inggris, guru bahasa Indonesia, guru PKN , guru matematika, dan guru prakarya . “Mata pelajaran di SMP disederhanakan menjadi 10. Guru yang akan dilatih 11 orang guru untuk kelas VII,” kata Musliar.
Khusus untuk mata pelajaran IPS, sekolah harus memilih salah satu guru yaitu guru sejarah, guru geografi, atau guru ekonomi. Demikian juga halnya untuk mata pelajaran IPA. Selain guru, pengawas juga diberikan pelatihan. Bagi guru yang mengajar tidak hanya di kelas VII saja, tetapi juga mengajar di kelas VIII dan IX harus memprioritaskan mengajar di kelas VII terlebih dahulu.
“Sepanjang sudah semua kelas VII itu diajarnya, kalau masih belum cukup mengajar, silakan mengajar di kelas VIII, tetapi materi yang akan diajarkan di kelas VII harus didapatkan oleh murid dengan guru yang sudah kita latih tersebut,” kata Wamen.
Adapun untuk jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) jumlah guru yang dilatih minimal sebanyak lima orang termasuk kepala sekolah meliputi guru matematika, guru bahasa Indonesia, guru sejarah, dan guru bimbingan konseling (BK). “Kenapa guru BK perlu dilatih ? karena guru BK ini ke depan akan berperan besar terutama di dalam menentukan peminatan yang akan dipilih oleh siswa,” katanya.
Seperti diketahui, pada jenjang SMA tidak akan ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan bahasa seperti dilaksanakan sekarang ini. Melainkan berupa peminatan yang dipilih oleh peserta didik. Pemilihan peminatan dilakukan saat baru mulai masuk sekolah. “Pertama masuk mereka akan mendapatkan sembilan mata pelajaran pokok. Kemudian ditambah dengan empat mata pelajaran peminatannya dan dia diberikan kesempatan untuk memilih dua mata pelajaran berikutnya,” kata Musliar.
Anggaran
Kesenjangan terlihat dalam pengalokasian anggaran untuk persiapan pelaksanaan kurikulum 2013. Jika untuk buku dialokasikan Rp1 triliun lebih, untuk diklat guru yang akan menjadi ujung tombak kurikulum di lapangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan hanya menyiapkan dana sekitar Rp422 miliar.
Anggaran diklat guru ini tertuang dalam kebutuhan anggaran diklat guru yang dipaparkan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim di depan panitia kerja kurikulum DPR, di Senayan, Selasa (15/1).
Dalam dokumen desain induk kurikulum 2013 itu disebutkan, total kebutuhan guru jenjang SD 240.886 yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas I dan IV serta guru penjas dan agama. Dana yang dibutuhkan Rp120.442.950.000 dengan asumsi harga satuan diklat guru Rp500 ribu.
Untuk jenjang SMP kelas 7, dengan jumlah kebutuhan guru 342.939, butuh dana Rp171.469.500.000. "Itu kebutuhan anggarannya," kata Musliar Kasim memaparkan di depan anggota Panja kurikulum DPR.
Sementara rancangan kebutuhan anggaran pelatihan manajemen satuan pendidikan SMA 2013, sesuai dengan dana yang tersedia, dialokasikan Rp14.830.813.000. Sedangkan untuk SMK dialokasikan Rp13.272.073.000.
Nah, khusus rancangan kebutuhan pelatihan kurikulum SMA/SMK 2013 dibutuhkan anggaran Rp102.768.000.000. Rinciannya adalah pelatihan kurikulum bagi PTK SMA untuk 34.605 orang guru, butuh biaya Rp55.368.000.000.
Kalau di PTK SMK untuk 29.625 orang guru butuh biaya Rp47.400.000.000. Masing-masing dilaksanakan di sekolah selama 5 hari tanpa menginap. Sehingga total keseluruhan mencapai Rp422.783.336.000.
Metode dan Instruktur
Ada dua metode pendampingan yang disusun pemerintah, yakni pendampingan secara langsung dan pedampingan online. Pendampingan secara langsung itu lebih ke observasi yang dilakukan para guru inti. Guru inti akan mengamati dan menilai secara langsung apa kekurangan dari guru-guru itu saat mengajar.
Seperti diketahui, pemerintah akan menggunakan metode master teacher dalam diklat tersebut. Pemerintah akan menunjuk 666 orang dari kalangan dosen PLPG untuk dijadikan instruktur nasional yang akan diberi pelatihan oleh narasumber nasional.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merekrut 660 orang instruktur nasional untuk menjadi pelatih kurikulum 2013 bagi guru-guru inti. Mereka kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendikbud Syawal Gultom berasal dari dosen, widya iswara dan guru teladan yang memiliki catatan prestasi tingkat nasional.
Menurut Syawal, meski kurikulum 2013 relatif lebih mudah dibanding kurikulum 2006 tetapi pelatihan tetap dibutuhkan. Karena ada materi-materi dan ketrampilan guru yang harus dipertajam untuk melaksanakan kurikulum 2013.
“Saya yakin semua guru memiliki kemampuan mengajar sesuai tuntutan kurikulum 2013. Tetapi kita tetap harus membangkitkan motivasi para guru,” lanjutnya.
Tahapan pelatihan kurikulum 2013 akan dimulai bulan April bagi instruktur nasional, Mei bagi guru inti dan pada Juni bagi guru kelas dan mata pelajaran. Pelatihan dilakukan selama 5 hari berturut-turut atau setara dengan 52 jam.
Syawal mengingatkan bahwa pelatihan intinya adalah memperbaiki kompetensi guru. Dengan kata kunci bagaimana guru bisa mengubah sikap, ketrampilan dan pengetahuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,” tukas Syawal.
Instruktur nasional ini lanjut Syawal nantinya akan menjadi pelatih bagi 40 ribu guru inti yang merupakan perwakilan dari kabupaten/kota. Selanjutnya guru inti ini akan menjadi pelatih bagi 712 ribu guru kelas dan guru mata pelajaran di sekolah-sekolah.
Sumber : Kemdikbud dan media lainnya yang mendukung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar