Sejalan dengan tuntutan kewajiban jumlah beban jam mengajar bagi guru adalah 24 jam pertemuan setiap minggu, banyak sekali guru yang kini merangkap mengajar di sekolah lain demi terpenuhinya beban mengajar tersebut.
Apakah ini harus?
Jawaban yang paling tepat adalah," YA!!!!"
Kenapa?
Beban mengajar adalah kewajiban. yang tidak bisa ditawar lagi. Dan ini berlaku untuk semua guru, baik Guru Tidak Tetap ataupun PNS. untuk GTT sangat berhubungan dengan tunjangan yang diperoleh. Misalnya Tunjangan Fungsional, Honor Daerah, Bankesra Propinsi dan lain-lain.
Lalu, siapa yang masih kekurangan jam mengajar dalam satu sekolah?
Untuk SD adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Mapel Penjasorkes.
Kedua guru tersebut untuk jumlah jam tatap muka dalam satu minggu masih kurang terpenuhi. Sebagai contoh adalah guru Mapel Penjasorkes. Dalam satu minggu jumlah jam tatap muka hanya terpenuhi 21 jam. Dengan rincian 3+3+3+4+4+4,berturut-turut dari kelas terkecil. Kekurangan 3 jam tatap muka musti diambilkan dari mengempu di sekolah lain.
Ada beberapa sekolah yang tidak mempunyai guru definitif/PNS pada pelajaran tertentu, satu Mata Pelajaran
bisa diampu oleh 4 orang guru tidak termasuk GTT, karena dalam hal ini GTT
sudah tidak kebagian jam mengajar.,
Rasanya kita menjadi pribadi yang berlaku tidak
adil jika ini benar terjadi. Semoga kurikulum 2013, yang tematik Intregatif
bisa mengakomodasi kepentingan dari semua unsure pendidikan, baik, siswa,guru,
sekolah, masyarakat, dan pihak-pihak yang lain. Tentu yang paling utama adalah untuk apa dipaksakan memenuhi jumlah jam
mengajar jika akhirnya hanya untuk kepentingan guru semata
Effektifkah?
Hal yang terjadi dilapangan tidakjarang berbeda
dengan perhitungan di atas kertas. Dibeberapa tempat kemungkinan bisa terjadi
hal-hal sebagai berikut :
1.
Bagi GTT
GTT maple tersebut tidak lagi
mengajar, yang berakibat pada tidak akan didapatkannya tunjangan. Misalnya
tunjangan fungsional, tunjangan dari ABPD, tunjangan Bankesra Propinsi, dan
lain-lain.
2.
Bagi Siswa
Secara teori siswa akan senang karena tidak membosankan seiring dengan sering berganti guru. Akan tetapi jika tempat
tinggal guru pengampu jauh dari sekolah, maka jam mata pelajaran tersebut
sering kosong, karena guru lebih senang di sekolah induk.
3.
Bagi Sekolah Ampuan ( yang dirangkap
)
Pada saat ada kegiatan lomba,
anak-anak sering ‘klendran” karena
guru lebih mementingkan membina siswanya disekolah induk. Sedangkan GTT maple
lepas tangan karena merasa ada yang sudah bertanggungjawab.
4.
Bagi Sekolah Induk
Pembinaan prestasi anak kurang
maksimal, karena gurunya harus ke sekolah ampuan/rangkapan..
5. Satu guru maple bertatapmuka dengan
dua kelas dalam satu hari adalah hal yang wajar. Akan tetapi sedikit berbeda
untuk Mapel Penjasorkes. Sebagai misal: Jika satu kali tatap muka adalah 4 jam
yang dimulai dari jam 07.00, maka pelajaran akan berakhir pada 09.20. Untuk
kelas kedua jika tatap mukanya 4 jam juga, maka pelajaran akan berakhir
pada jam 11.00. Akankah siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik jika berada ditengah lapangan pada 09.20 sampai
11.00?
Hal-hal tersebut sangat mungkin
terjadi.
Dan jika sudah demikian, siapa yang
dirugikan?
Akankah demi menyelamatkan satu orang, akan merugikan lebih banyak orang?
Jadi sebenarnya guru merangkap disekolah lain untuk kepentingan siapa? Guru
bersangkutan tersenyum dengan jumlah jam mengajar yang cukup,tetapi siswa
cemberut karena hanya cukup dengan’manut’.