tag:blogger.com,1999:blog-33258578873727185682024-03-12T16:32:13.861-07:00Nuansa PendidikanWahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.comBlogger287125tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-1400462407518158622023-11-29T04:13:00.000-08:002023-11-29T04:24:11.967-08:00Komunitas Belajar di Sekolah (KBS)<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSU625FjFuKh3qx5unZmhJkpSL-1U6_t7sUsNZOBClivdNKRP1sIBROdknWNBVL1rrAlRRdvJ8731xK8iA3m1lY5_rdx_8dtukEsNa-7yLyI50nI_Dqy8LJiwQ_SygMRvHI_qkyT_MfQIpJqC5AHg6-87b1j1D5sw3pMZwjtQC7rpm9LYkQjRUwjUvcXA/s1256/Screenshot%202023-11-29%20191216.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="425" data-original-width="1256" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSU625FjFuKh3qx5unZmhJkpSL-1U6_t7sUsNZOBClivdNKRP1sIBROdknWNBVL1rrAlRRdvJ8731xK8iA3m1lY5_rdx_8dtukEsNa-7yLyI50nI_Dqy8LJiwQ_SygMRvHI_qkyT_MfQIpJqC5AHg6-87b1j1D5sw3pMZwjtQC7rpm9LYkQjRUwjUvcXA/w585-h197/Screenshot%202023-11-29%20191216.png" width="585" /></a></div><p></p><p><span style="font-size: medium;"><b>a.<span style="white-space: pre;"> </span>Latar Belakang </b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">SD Negeri 1 Bangunrejo adalah satu dari dua Sekolah Dasar yang ada di Desa Bangunrejo. Berada ditepi jalan raya provinsi yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadikan sekolah ini mudah dalam aksesibilitas. Dengan berbagai jenis mata pencaharian orang tua/wali murid, mengharuskan menejemen sekolah selalu senantiasa tanggap dengan perkembangan pengetahuan yang ada dimasyarakat agar tidak ketinggalan informasi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan kesatuan visi antara Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Persamaan visi peningkatan pembelajaran ini bisa dicapai dengan dibentuknya Komunitas Belajar Sekolah (KBS). Komunitas belajar Sekolah adalah tempat terjalinnya kerjasama antar guru dan tenaga kependidikan. Guru dapat belajar, guru pun menyepakati standar bersama seperti pembelajaran efektif, kriteria/indikator penilaian. Guru sepakat bahwa mendidik semua murid merupakan tanggung jawab Bersama. Komunitas Belajar sekolah membrikan ruang untuk saling berbagi sesame pendidik, sehingga tidak ada legi kesenjangan keterampilan sesame pendidik. Karena didalamnya terjadi interaksi saling isi dan melengkapi terhadap kekurangan yang ada.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Pada kesempatan tertentu pembincangan mengenai pembelajaran dikelas sudah disampaikan oleh guru, misalnya pada saat-saat istirahat atau pada rapat sekolah, namun kegiatan ini sifatnya temporer dan tidak terjadwal dengan jelas, sehingga perlu dibentuk sebuah Komunitas Belajar Sekolah.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>b.<span style="white-space: pre;"> </span>Tujuan</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Keberadaan Komunitas Belajar Sekolah bertujuan untuk : a) memberi motivasi belajar bagi guru untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar murid, b) memberikan kesempatan bagi semua guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Guru dapat belajar dari hasil belajar dalam komunitas dan segera menerapkannya di kelas masing-masing untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas, c) melatih keterampilan sosial, seperti berkomunikasi dan bersosialisasi dengan rekan sejawat d) meningkatkan kemampuan dan profesionalisme mengajar, e) meminimalisir ketimpangan kompetensi antar guru.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>c.<span style="white-space: pre;"> </span>Rencana Kegiatan</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Melihat betapa pentingnya keberadaan Komunitas Belajar di Sekolah maka saya segera membentuk KBS ini, karena komunikasi tentang pembelajaran ini sebenarnya sudah ada dan tinggal mengoptimalkan fungsinya. Pada Hari Sabtu setiap minggunya saya akan mengadakan pertemuan dengan guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Kenapa Sabtu? Alasannya adalah selama lima hari sebelumnya guru akan menginventarisir kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang dilakukan untuk disampaikan pada pertemuan komunitas pada Sabtunya. Selanjutnya pada akhir bulan ini saya akan mengundang Komite Sekolah untuk memberi masukan dan saran terhadap hasil pembelajaran yang sudah berjalan selama ini, dan secara periodik triwulan kami akan mengundang Komite Sekolah.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>d.<span style="white-space: pre;"> </span>Aset Yang dimiliki Sekolah</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">SD Negeri 1 Bangunrejo memiliki 11 guru dan 1 tenaga kependidikan, dan 1 Kepala Sekolah, dengan 2 orang Guru Penggerak, dan komite Sekolah yang peduli terhadap kemajuan pembelajaran akan memudahkan ketercapaian tujuan pembelajaran melalui Komunitas Belajar Sekolah. Peran guru penggerak selama ini sangat membantu pergerakan perubahan dengan memaksimalkan potensi asset yang ada di sekolah, termasuk aset yang berhubungan dengan mata Pelajaran PJOK.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>e.<span style="white-space: pre;"> </span>Indikatior Keberhasilan KBS</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Komunitas Belajar Sekolah berjalan dengan baik jika antara guru saling memberikan gambaran pembelajaran dari kelas masing-masing dan siap untuk menerima masukan perbaikan dari guru lainnya dan selanjutnya menerapkan dikelasnya, dan menyampaikan kembali hasil pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>f.<span style="white-space: pre;"> </span>Komunitas Belajar dan Mapel PJOK</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Mata pelajaran PJOK adalah mapel lintas kelas sehingga sangat adanya kerjasama yang baik dengan masing-masing guru kelas. Sehingga sebagai guru PJOK saya mengetahui karakter siswa di masing-masing kelas untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar. Dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan untpan balik dari masing-masing guru kelas. Dari sinilah saya selalu memotivasi betapa pentingnya keberadaan komunitas belajar, tidak hanya untuk mapel PJOK secara khusu tetapi untuk peningkatan kualitas pembelajaran secara umum untuk mewujudkan pembelajaran yang benar-benar berpihak kepada siswa.</span></p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-50174772385453147982023-11-25T08:42:00.000-08:002023-11-25T08:42:11.909-08:00Model Refleksi Situasi, Makna , Aksi<p style="text-align: justify;"><b> </b></p><p style="text-align: justify;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_Xk7uqVPuyerUyiERr6zY7aaj7MoQt2eUzHbZmXFauaflpjtH-KRzX8gRgZMXNdA8gDSUsYurgUUZ_JR9qYHE_-e7wvlvUcSmCL7Mw1ylO-DCLNn1pCU0h3bIIXU_HqkQh2rJKEEQk0CqS_QW5WhIfHItJyroDs9uS7TtgssKDMREa3157UCBv02vBQ/s1600/IMG-20220514-WA0007.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="420" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_Xk7uqVPuyerUyiERr6zY7aaj7MoQt2eUzHbZmXFauaflpjtH-KRzX8gRgZMXNdA8gDSUsYurgUUZ_JR9qYHE_-e7wvlvUcSmCL7Mw1ylO-DCLNn1pCU0h3bIIXU_HqkQh2rJKEEQk0CqS_QW5WhIfHItJyroDs9uS7TtgssKDMREa3157UCBv02vBQ/w561-h420/IMG-20220514-WA0007.jpg" width="561" /></a></b></div><b><br /><span style="font-size: medium;"><br /></span></b><p></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: medium;">a.<span style="white-space: pre;"> </span>Tahap Situasi</span></b></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Mempelajari modul 3. Komunitas Belajar Sekolah memberikan banyak gambaran tentang bagaimana pentingnya komunitas belajar yang ada disekolah. Beberapa catatan saya mengenai komunitas belajar dari modul ini adalah sebuah wahana yang digunakan untuk saling berbagi mengenai pembelajaran, membahas mengenai kekurangan dan kelebihan sehingga didapatkan solusi terbaik untuk pembelajaran yang lebih baik.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Kegiatan saling berbagi ini pada faktanya sudah berjalan, namun belum tercatat sebagai sebuah komunitas untuk memeahkan masalah pembelajaran, sehingga pelaksanaanya bersifat momental tidak terencana secara periodik. Komunitas belajar sebenarnya bukanlah hal baru, karena sudah ada KKG atau MGMP hanya ada perbedaan pada istilahnya saja.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Komunitas belajar di sekolah menjadi bagian penting dalam sekolah, karena komunitas belajar sebuah tempat terjalinnya kerjasama antar guru dan tenaga kependidikan. Guru dapat belajar bersama (tidak terisolasi), guru pun menyepakati standar bersama seperti pembelajaran efektif, kriteria/indikator penilaian. Guru Sepakat bahwa mendidik semua murid merupakan tanggung jawab bersama. Dengan adanya komunitas belajar di sekolah, kesenjangan keterampilan antar pendidik dapat diminimalisasi, sehingga murid memiliki kualitas pengalaman belajar yang sama terlepas dari siapapun pendidiknya . </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Hal sulit yang saya hadapi adalah disekolah saya mempunyai enam kelas dengan jenjang yang berbeda, sudah barang tentu masing-masing kelas mempunyai cara mengajar yang berbeda karena harusmenyesuaikan tingkat usia dan cara berfikir peserta didik yang berbeda pula yang sudah barang tentu cara mengajar guru satu dengan yang lain mempunyai perbedaan. Berada pada kondisi seperti ini peran saya sebagai motivator agar masing-masing guru untuk saling berbagi agar saling asah,isi dan asuhsehingga tidak ada guru yang merasa terbebani masalah pembelajaran dikelasnya. Mengajak rekan sejawat untuk senantiasa menyatukan visi menciptakan pembelajran yang berpihak kepada murid, sehingga cita-cita dan harapan sesuai dengan visi dan misi sekolahbisa tercapai.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>b.<span style="white-space: pre;"> </span>Tahap Makna</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Dalam kondisi seperti ini saya mencoba menjelaskan mengenai pentingnya komunitas belajar di sekolah, dibentuk sebuah wadah untuk saling memberi motivasi untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga semakin menumbuhkan minat belajar murid. Juga sebagai wadah untuk saling mendukung, berbagi pengetahuan, dan meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat melatih keterampilan sosial, seperti berkomunikasi dan bersosialisasi dengan rekan sejawat. Hal ini dapat membantu guru dalam membina hubungan yang baik dengan murid dan orang tua murid</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="white-space: normal;"><span style="font-size: medium;"><span style="white-space: pre;"> </span>Dari pengamatan saya selama ini guru cenderung untuk menyimpan sendiri permasalahan yang ada dikelasnya, karena bercerita tentang kelemahan merupakan hal yang harus tabu untuk dilakukan. Disini saya harus memahami karakter masing-masing guru sehingga dapat mengambil benang merah yang bisa menarik kesamaan yang ada sehingga bisa terikat menjadi satu kesatuan untuk mencapai visi pembelajaran yang berpihak kepada murid. Pada situasi ini akhirnya saya memahami bahwa kelemahan diri tidak dapat diketahui sepenuhnya oleh diri sendiri tetapi melalui refleksi dan umpan balik yang diberikan oleh orang lain. Demikian juga solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada. Semakin banyak masukan maka akan semakin baik pula hasilnya.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><b>c.<span style="white-space: pre;"> </span>Tahapan Aksi</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Dari beberapa kesimpulan yang saya dapatkan, akhirnya saya menyadari bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah akan lebih optimal jika guru dapat berkolaborasi dengan guru lainnya. Kemitraan ini diciptakan untuk memberikan suasana belajar bersama di mana ada rasa saling ketergantungan, serta pengakuan bahwa belajar dan keberhasilan murid adalah tanggung jawab semua guru dan tenaga kependidikan. Mengingat hal yang demikian maka saya memulai untuk memberikan makna yang sebenarnya tentang Komunitas Belajar di Sekolah. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Tindakan yang saya lakukan selanjutnya adalah mengajak rekan guru secara periodik dan terjadwal untuk mengadakan pertemuan untuk mebahas permasalahan pembelajaran yang ada di kelas masing-masing. Saya mulai dengan menceritakan pembelajaran yang saya lakukan, tentang kesulitan, tantangan, dan solusi yang saya lakukan, dan selanjutnya meminta masukan dari rekan sejawat. Dari saran dan masukan yang mereka berikan, saya berharap mereka akan terbuka juga untuk menceritakan proses pembelajaran yang dilakukannya sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang serasi. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Sebuah perubahan pasti ada tantangan, dan sebagai agen transformasi perubahan saya harus membekali diri dengan inovasi-inovasi baru yang menarik. Melalui komunitas guru penggerak saya selalu berkomunikasi dan berbagi praktik baik, juga belajar mandiri melalui platform Merdeka Mengajar. Selalu ada hal-hal baru disana yang bisa saya aplikasikan pada pembelajaran disekolah. Disini saya harus menjadi contoh untuk perubahan baik, karena jika tidak maka komunitas belajar di sekolah tidak menjadi hal yang menarik.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span> </span>Akhirnya saya berkesimpulan bahwa kolaborasi tidak hanya terbatas pada kegiatan tukar menukar dan sharing praktik baik mengajar tetapi juga dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masing-masing. Saling membantu, terbuka dalam memecahkan masalah bersama harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Perkembangan akademik murid bukan lagi menjadi tanggung jawab individu masing-masing pendidik, tetapi menjadi tanggung jawab bersama yang harus diupayakan secara berkesinambungan sehingga tercipta budaya positif di sekolah untuk pembelajran yang sebenarnya, dan benar-benar berpihak kepada kebutuhan belajar murid. </span></p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-57460805769379847932023-04-09T08:30:00.000-07:002023-04-09T08:30:01.152-07:00Koneksi Antar Materi Modul 1.4. Budaya Positif<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPPV8To21zYvox8NWbBMBsgRtSel08L04t-b9_VJ_JDX3sgofLr-Hhwgsgx2XSNZF7nNfql-m6NEym-7KnlKhNxBQgBzapiMAaLb8kyF9BOeaRcugKLAJNVmU-VLXrFhUzUylfOTsmTQdDmwlq2oyeEl-M2KKKogD2LVjeeI4AvGoL_ME9INomwlcx/s1896/Screenshot%202023-04-09%20222851.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="959" data-original-width="1896" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPPV8To21zYvox8NWbBMBsgRtSel08L04t-b9_VJ_JDX3sgofLr-Hhwgsgx2XSNZF7nNfql-m6NEym-7KnlKhNxBQgBzapiMAaLb8kyF9BOeaRcugKLAJNVmU-VLXrFhUzUylfOTsmTQdDmwlq2oyeEl-M2KKKogD2LVjeeI4AvGoL_ME9INomwlcx/w561-h285/Screenshot%202023-04-09%20222851.png" width="561" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Setiap sekolah mempunyai peraturan dan tata tertib yang tujuannya adalah menegakkan disiplin supaya anggota sekolah menaati tata tertib yang telah dibuat. Tata tertib dibuat dalam rangka sebagai fungsi control warga sekolah dalam pemenuhan kebutuhan dasar warga sekolah agar tidak berbenturan antara satu dengan yang lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Upaya penegakan disiplin di sekolah selalu berujung pada hukuman dan konsekwensi</p><p style="text-align: justify;">Dr. William Glasser dalam Control Theory meluruskan pemahaman tentang konsep Kontrol diantaranya adalah bahwa guru sebenarnya tidak bisa mengontrol perilaku murid, dan jika pada saat tertentu murid berbuat sesuatu atas perintah guru karena pada saat itu murid sedang mengijinkan dirinya untuk dikontrol</p><p style="text-align: justify;"> Mengontrol murid dengan penguatan positif berupa bujukan, membuat kritik sehingga murid merasa bersalah, dan guru memiliki hak untuk memaksa adalah keberhasilan jangka pendek dan berakibat buruk pada jangka panjang karena kontrol yang dilakukan guru bertentangan dengan kebutuhan dasar manusia,yang akan membentuk sebuah hubungan permusuhan dan identitas gagal bagi murid.</p><p style="text-align: justify;">Nilai kedisiplinan positip yang diterapkan disekolah adalah bentuk kontrol diri agar mencapai tujuan mulia yang memuat nilai-nilai kebajikan universal, yang diyakini bersama dalam rangka mencapai profil pelajar pancasila.</p><p style="text-align: justify;">Nilai-nilai yang dimiliki oleh guru penggerak akan memperkuat peran guru penggerak (modul1.2) dalam mewujudkan budaya positif disekolah. Filosofi dasar pemikiran KHD (1.1) digunakan sebagai kontrol perilaku murid, karena murid pada dasarnya sudah mempunyai keyakinan sendiri yang memerlukan pendampingan guru agar keyakinan diri tersebut menjadi keyakinan yang universal sebagai dasar pencapaian visi guru penggerak(1.3)</p><p style="text-align: justify;">Penerapan disiplin positif (1.4) dengan segitiga restitusi menguji seorang guru untuk betul-betul mampu menerapkan peran dan fungsi guru penggerak. </p><p style="text-align: justify;">Segitiga restitusi menjadikan siswa sebagai pribadi yang dihargai jati dirinya karena murid berkesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukannya dengan keyakinan yang dimiliki dan sesuai dengan kebajikan universal.</p><p style="text-align: justify;">Untuk mencapai visi mewujudkan profil pelajar Pancasila harus dibarengi dengan lingkungan yang berbudaya positif. Menciptakan budaya positif dengan mendorong motivasi dari dalam diri murid akan lebih baik walaupun memerlukan proses panjang dari pada memberi motivasi dengan hadiah atau hukuman.</p><p style="text-align: justify;">Modul 1.4 ini membawa pemahaman yang berlaku selama ini bahwa untuk menciptakan budaya positif diperlukan dorongan berupa pujian, hadiah, bahkan kritik agar murid lebih termotivasi lebih baik, dan pemberian hukuman sebagai konsekuensi dari sebuah pelangaran. Ternyata hal tersebut dalam jangka panjang akan menjadikan murid ketergantungan dan membentuk pribadi yang gagal.</p><p style="text-align: justify;"> Segitiga restitusi membuat saya menyadari bahwa sesuai dengan filosofi KHD setiap murid mempunyai keyakinan dan disinilah peran guru untuk menuntun murid menuju keyakinan universal agar murid benar-benar menemukan jatidirinya menjadi pribadi yang benar-benar utuh.</p><p style="text-align: justify;">Sebuah contoh kasus ketika seorang murid laki-laki dengan sengaja memegang pipi guru perempuan didepan teman-temannya. Tentu hal yang seharusnya tidak dilakukan. Murid melakukan ini mungkin tidak menyadari bahwa hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan.</p><p style="text-align: justify;">Mengetahui hal yang demikian tentu saya harus mengambil tindakan agar murid menyadari hal tersebut. Saya mencoba menerapkan tahapan-tahapan yang ada dalam segitiga restitusi. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk menggali keyakinan murid tersebut. Menuntun dalam sistem among sangat tepat, dorongan dan alasan apa yang membuat murid melakukan perbuatannya, selanjutnya diarahkan kepada tindakan yang mengacu pada kebenaran umum, dan akhirnya murid menyadari bahwa tindakannya tidak seharusnya dilakukan dan ada keinginan untuk memperbaiki kesalahan.</p><p style="text-align: justify;">Dari pengalaman ini ternyata kesalahan tidak harus diakhiri dengan hukuman seperti yang selama ini saya lakukan. Pada kasus-kasus tertentu tanpa sadar dalam penanganan kasus sampai pada validasi tindakan yang salah namun ketika murid menyadari kesalahannya masih berakhir pada hukuman atau konsekuensi dengan tujuan murid tidak lagi mengulangi kesalahannya.</p><p style="text-align: justify;">Penerapan budaya positif pada modul 1.4 ini memberi perubahan cara berfikir yang segnifikan, disiplin tidak harus dengan pujian atau hukuman karena akan menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang. Lima posisi kontrol dari Diane Gossen menjadi referensi penting dalam penerapan disiplin positif dan diakhiri dengan segitiga restitusi.</p><p style="text-align: justify;">Pertanyaannya adalah apa yang harus saya lakukan kedepan?</p><p style="text-align: justify;">Budaya positif wajib tercipta dalam sekolah maupun masyarakat. Pemahaman tentang disiplin, hukuman, konsekwensi untuk guru dan orang tua perlu ditinjau kembali. Sebagai guru penggerak saya harus mempu mengajak rekan guru untuk menerapkan budaya positif dengan menerapkan segitiga restitusi, serta sosialisasi kepada orang tua murid pada saat rapat wali murid di sekolah.</p><p style="text-align: justify;">Semoga kedepan semua warga sekolah nyaman dalam iklim pembelajaran dengan nilai kebajikan yang diyakini Bersama menuju terwujudnya merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-34419699860719399262023-03-18T21:16:00.006-07:002023-04-02T08:18:55.506-07:00Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid<p style="text-align: justify;"> <span> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfn6AzuJsTtxwSPm4T9HcTjFB8ge1S8lTfo3T-rJKQdF-7t4-ZnCkljZAAwpQqGyruAvcC6fZRrmfFtQ9TWVOSfq_7zqURVTi5u9PBLPBSnS0EhxqS0d9IFMBR1Vk7xD4dKq5iOKSILQqsAcwGeRhSds8-7FOQZ6aK1s6jAhnFPhYmrUg0KKbs380b/s3264/20230206_080235.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2448" data-original-width="3264" height="332" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfn6AzuJsTtxwSPm4T9HcTjFB8ge1S8lTfo3T-rJKQdF-7t4-ZnCkljZAAwpQqGyruAvcC6fZRrmfFtQ9TWVOSfq_7zqURVTi5u9PBLPBSnS0EhxqS0d9IFMBR1Vk7xD4dKq5iOKSILQqsAcwGeRhSds8-7FOQZ6aK1s6jAhnFPhYmrUg0KKbs380b/w442-h332/20230206_080235.jpg" width="442" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Mempelajari modul ini memberi banyak memberikan pengetahuan baru tentang bagaimana, menyusun sebuah kegiatan yang berdampak pada murid. Selama ini, sering sekali kita melihat bahwa program-program sekolah, hanya menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut. Keterlibatan murid hanya karena sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, kita semua tahu bahwa pengambilan makna adalah esensi dari proses belajar itu sendiri. Pada modul ini saya mengenal student agency yang diartikan sebagai kepemimpinan murid dalam pengelolaan program sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah menjadikan murid menjadi individu yang lebih bertanggungjawab, berdaya, dan kontributif, akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat,</p><p style="text-align: justify;">Hal penting yang saya dapatkan dari mempelajari modul ini adalah adanya pemahaman baru tentang :</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Kepemimpinan murid <i>(students agency)</i> dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila</li><li>Suara <i>(voice)</i>, pilihan<i> (choice),</i> dan kepemilikan<i> (ownership) </i>murid dalam konsep kepemimpinan murid.</li><li>Lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.</li></ol><p></p><p style="text-align: justify;"><b>a) Kepemimpinan murid</b></p><p style="text-align: justify;">Secara alami murid adalah pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu untuk membangun sendiri pemahaman tentang diri, orang lain, lingkungan sekitar, dan dunia yang lebih luas, karena sebenarnya berkemampuan untuk mengambil bagian dari proises belajarnya sendiri sehingga potensi kepemimpinannya berkembang dengan baik.</p><p style="text-align: justify;"><b>b) Menumbuhkan kepemimpinan Murid</b></p><p style="text-align: justify;">Melalui Suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid akan mengembangkan kapasitasnya menjadi pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Melalui suara (voice) murid akan mengeksporesikan gagasan melalui partisipasi aktifnya dikelas, sekolah, komunitas, dan lingkungan dimana mereka berada. Sedangkan pilihan (choice) adalah memberi kesempatan kepada murid untuk memiliki pilahan sesuai dengan minat, memilih lingkungan belajar, pilihan untuk berlatih dalam penguasaan pengetahuan dalam pembelajaran. Sedangkan kepemilikan (ownership) adalah bagaimana murid memiliki rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi dalam proses belajar.</p><p style="text-align: justify;"><b>c) Lingkungan untuk tumbuhkembang murid</b></p><p style="text-align: justify;">Karakteristik lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Noble et al (2008) adalah :</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.</li><li>Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksan</li><li>Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya</li><li>Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya</li><li>Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan</li><li>Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.</li><li>Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan</li></ol><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/9P2emEBJpTY" width="320" youtube-src-id="9P2emEBJpTY"></iframe></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Aksi Nyata Modul 3.3 Pengelolaa Program Yang berdampak Pada Murid</div><br /><div><br /></div><p></p><p style="text-align: justify;">Selain lingkungan yang dapat membantu tumbuhkembang murid, peran komunitas juga mengambil peran penting. Beberapa komunitas yang membawa keberadaan murid diantaranya adalah; komunitas keluarga, komunitas kelas dan antar kelas, komunitas sekolah, dan komunitas antar sekolah.</p><p style="text-align: justify;">Program sekolah akan bermakna dan memberi warna proses pembelajaran murid apabila ada peran serta murid didalamnya. Memberi kesempatan murid untuk memunculkan gagasan sebelum program, memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga memiliki rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi dalam proses belajar di kegiatan tersebut.</p><p style="text-align: justify;"><span style="white-space: pre;"> </span>Mengelola program yang berdampak pada murid sangat berhubungan dengan materi pada modul sebelumnya, keterkaitan dengan modul sebelumnya dapat dijabarkan sebagai berikut :</p><p style="text-align: justify;"><b>1. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara</b></p><p style="text-align: justify;"><span> </span>Pembelajaran yang berkualitas bisa dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekolah dan masyarakat sehingga dapat terpenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat dan bakatnya. Filosofi Ki Hajar Dewantara menampatkan murid adalah pribadi utuh yang mempunyai kodrat alam yang memposisikan guru sebagai penuntun untuk memaksimalkan bakat dan minat yang ada pada murid disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, maka sebagai pemimpin pembelajaran, pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya bertujuan untuk merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat murid dengan merdeka belajar. Potensi dan suara murid dapat tergali dengan baik sehingga menumbuhkan rasa memiliki/kepemilikan yang tinggi dalam diri murid.</p><p style="text-align: justify;"><b>2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak</b></p><p style="text-align: justify;">Salah satu peran guru penggerak adalah peminpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dapat memaksimalkan potensi murid melalui Suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid akan mengembangkan kapasitasnya menjadi pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Sehingga program yang dijalankan berdampak positif kepada murid. </p><p style="text-align: justify;"><b>3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak</b></p><p style="text-align: justify;">Visi perubahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Visi perubahan dapat dimulai dari mendorong kepemimpinan murid sehingga murid mampu membuat pilihan-ilihan, menyuarakan opini, berpartisipasi dalam komunitas belajarnya. </p><p style="text-align: justify;"><b>4. Modul 1.4 Budaya Positif</b></p><p style="text-align: justify;">Pengelolaan program yang yang berasal dari pendapat dan pilihan yang berasal dari murid akan mendorong tanggungjawab terhadap program kegiatan yang diikuti adalah budaya positif yang akan mengembangkan potensi kepemimpinan murid sesuai dengan kodrat, konteks , dan kebutuhannya.</p><p style="text-align: justify;"><b>5. Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid :</b></p><p style="text-align: justify;">Kebutuhan belajar murid adalah readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid. Kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid melalui pengelolaan program yang berdampak pada murid..</p><p style="text-align: justify;"><b>6. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional:</b></p><p style="text-align: justify;">Penerapan pembelajaran sosial emosional akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman karena adanya program yang mengakomodasi kepentingan murid .Pengembangan pembelajaran sosial emosional akan meningkatkan kompetensi : yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab.</p><p style="text-align: justify;"><b>7. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :</b></p><p style="text-align: justify;">Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan yang memadai. Karena keputusan akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran disekolah. Pengambilan keputusan berbasis pada nilai-nilai kebajikan akan terjadi apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menghasilkan program-program sekolah yang berdampak positif kepada murid.</p><p style="text-align: justify;"><b>8. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya</b></p><p style="text-align: justify;">Sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya guru harus bisa memaksimalkan asset yang ada. Pengelolaan asset secara maksimal akan berkontribusi besar terhadap program-program yang dilksanakan disekolah. Murid adalah asset biotik yang ada didalamnya. Keikutsertaan murid dalam merancang program sekolah wajib dilakukan karena sejatinya program dibuat untuk murid. Melalui suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dapat mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.</p><p style="text-align: justify;">Setelah mempelajari modul calon Guru Penggerak ini saya berkesimpulan bahwa tujuan akhirnya adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui program yang berdampak positif kepada murid. Program yang berdampak positif menempatkan murid sebagai pribadi utuh yang perlu tuntunan guru yang berkemampuan sosial emosianal sehingga menghasilkan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin dengan memaksimalkan potensi asset yang ada, sehingga terjadi sinergi yang saling terkait dan saling membantu.</p><p style="text-align: justify;"><span style="white-space: pre;"> </span>Dalam perencanaan program murid harus selalu diikutsertakan. Karena murid mempunyai pandangan, gagasan, perhatian, untuk berpartisipasi aktif. Melalui pilihan, murid berkesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang mendukung belajar mereka, sehingga keterlibatan mereka terhadap apa yang dipelajarinya dengan terlibat aktif menunjukkan rasa kepemilikan mereka.</p><p style="text-align: justify;">Dengah demikian program sekolah yang dijalankan benar-benar berpihak pada murid, karena mereka berkontribusi dalam perencanaan, melaksanakan, dan mereka akan beradadalam kursi kemudi roses belajar mereka sendiri.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sumber Belajar :</p><p style="text-align: justify;"><i>Pendidikan Guru Penggerak</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Modul 3.3 Pengelolaan Program yang berdampak Positif pada Murid</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Oleh : Oscrina Dewi Kusuma, S.Pd. ,M.Pd., Indra Sari, SH., M.Pd., Dr. Siti Suharsih, Ss.s., M.Pd.</i></p><div><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-56134275242268596252023-03-07T05:10:00.005-08:002023-03-07T05:23:16.767-08:00Jurnal Refleksi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSMTvZ6we4YyHwKRXMLJ-GmiD-fItvkeOzaJek8Xls0knEzlszZ-3WClBQfYYUcWTxyKybbvCSkM8eHt3GYKu3L6r3DPx0AoPxVopuKB5XPSr4YwRje9z40Qdjflt6_hXD881J7Q4kStX609l_1Jw5jbYTaSPWbJ3r2RENNy7N6CD7BKUFDZ9skM8H/s718/4f.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="544" data-original-width="718" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSMTvZ6we4YyHwKRXMLJ-GmiD-fItvkeOzaJek8Xls0knEzlszZ-3WClBQfYYUcWTxyKybbvCSkM8eHt3GYKu3L6r3DPx0AoPxVopuKB5XPSr4YwRje9z40Qdjflt6_hXD881J7Q4kStX609l_1Jw5jbYTaSPWbJ3r2RENNy7N6CD7BKUFDZ9skM8H/w385-h291/4f.png" width="385" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Sekolah adalah institusi moral, merupakan miniature dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas diri murid. Kepemimpinan Kepala sekolah berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral yang menegakkann penerapan nilai-nilai yang diyakini dan menjadi teladan bagi murid.</p><p style="text-align: justify;">Peran pemimpin tidak akan terpisahkan dengan pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan tidak jarang dihadapkan pada pilihan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan (dilema etika) sedangkan pada waktu yang lain dihadapkan pada pilihan kebenaran dan kebiasaan salah (bujukan moral). Hal utama yang tidak boleh ditinggalkan adalah keputusan harus berpihak kepada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan keputusan itu dapat dipertanggungjawabkan.</p><p style="text-align: justify;"><b>Paradigma skituasi dilemma etika, ada 4 kategori :</b></p><p style="text-align: justify;"><b>1.Individu lawan kelompok <i>(individual vs community)</i></b></p><p style="text-align: justify;">Dalam pardigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar dimana individu ini menjadi bagiannya.</p><p style="text-align: justify;"><b>2.Rasa keadilan lawan rasa kasihan <i>(justice vs mercy) </i></b></p><p style="text-align: justify;">Dalam paradigm aini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengkikuti aturan sepenuhnya, berlaku adil untuk semua atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.</p><p style="text-align: justify;"><b>3.Kebenaran lawan kesetiaan <i>(truth vs loyalty) </i></b></p><p style="text-align: justify;">Paradigma dimana pilihan antara kejujuran dan kesetiaan kepada orang lain, mengatakan sejujurnya atau melindungi teman yang sedang bermasalah.</p><p style="text-align: justify;"><b>4.<span style="white-space: pre;">J</span>angka pendek lawan jangka panjang <i>(short term vs long term)</i></b></p><p style="text-align: justify;">Pilihan pada terbaik untuk sekarang atau terbaik untuk masa yang akan datang.</p><p style="text-align: justify;"><b>Etika sendiri bersifat relative, tergantung pada situasi dan kondisi saat dilema terjadi, namun ada 3 prinsip yang sering membantu.</b></p><p style="text-align: justify;">Ketiga prinsip tersebut adalah:</p><p></p><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)</li><li style="text-align: justify;">Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)</li><li style="text-align: justify;">Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)</li></ol><p></p><p style="text-align: justify;"><b>Dalam mengambil keputusan dapa situasi dilema etika dan bujukan moral, ada 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan.</b></p><p style="text-align: justify;">1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan</p><p style="text-align: justify;">2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini</p><p style="text-align: justify;">3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi</p><p style="text-align: justify;">4. Pengujian benar dan salah</p><p style="text-align: justify;">5. Uji legal</p><p></p><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><p style="text-align: left;"></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Uji regulasi/standar Profesional</li><li style="text-align: justify;">Uji intuisi</li><li style="text-align: justify;">Uji publikasi</li><li style="text-align: justify;">Uji panutan/idola</li></ul></blockquote><p style="text-align: justify;"> 6. Pengujian paradigma benar lawan benarMelakukan prinsip resolusi</p><p style="text-align: justify;">7. Investigasi opsi trilema</p><p style="text-align: justify;">8. Buat keputusan</p><p style="text-align: justify;">9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan</p><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Model 1: 4F <i>(Facts, Feelings, Findings, Future)</i></b></p><p style="text-align: justify;">Pada refleksi dwi mingguan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan, saya akan menggunakan model 4F(Facts, Feelings, Findings, Future). Refleksi model 4F dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P</p><p style="text-align: justify;"><b>1.<span style="white-space: pre;"> </span>Facts (Peristiwa): </b></p><p style="text-align: justify;">Materi pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan memberi pengalaman baru. Sebagai pemimpin pembelajaran sering diharuskan mengambil keputusan yang nantinya berkontribusi pada terbangunnya budaya, nilai-nilai, menjadi teladan dan morlitas dalam diri semua murid. </p><p style="text-align: justify;">Ada beberapa kesulitan dalam identifikasi dan penerapan jenis permasalahan (kasus) salam 3 prinsip membuat keputusan. dan ternyata melalui forum diskusi dapat disimpulkan bahwa tidak ada prinsip yang salah atau paling benar karena identifikasi prinsip tergantung jenis kasus, kapan terjadi, dimana dan siapa saja pihak yang terlibat didalamnya.</p><p style="text-align: justify;">Nilai-nulai pembelajaran yang bisa diambil dari modul ini adalah bahwa sebelum mengambil sebuah keputuasan memerlukan beberapa kriteria dan tahapan yang harus dilalui sehingga keputusan yang diambil ada keberpihakan kepada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan universal sehingga dapat dipertanggungjawabkan.</p><p style="text-align: justify;"><b>2.<span style="white-space: pre;"> </span>Feelings (Perasaan): </b></p><p style="text-align: justify;">Saya sangat bersemangat, Ternyata ada acara baik untuk membuat sebuah keputusan. Karena selama ini dalam membuat keputusan hanya berdasar pada beberapa pertimbangan seperlunya, tetapi dalam modul ini ada beberapa tahapan dan Langkah yang harus dilalui. Dengan tahapan dan Langkah yang ada saya merasa yakin dengan pengambilan keputusan. </p><p style="text-align: justify;">Berdasar pengalaman penerapan dalam aksi nyata di kelas membuktikan bahwa keputusan yang dihasilkan dapat diterima oleh semua pihak, terlihat dengan kondidi kelas yang kondusif tanpa ada persoalan baru yang menyertai.</p><p style="text-align: justify;"><b>3.<span style="white-space: pre;"> </span>Findings (Pembelajaran): </b></p><p style="text-align: justify;">Banyak hal yang saya peroleh dari proses pembelajaran ini, ternyata sebuah keputusan harus melalui beberapa proses dan tahapan. Dengan memahami 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengabilan dan pengujian keputusan, akan menghasilkan keputusan terbaik yang bisa diterima semua pihak.</p><p style="text-align: justify;"><b>4.<span style="white-space: pre;"> </span>Future (Penerapan): </b></p><p style="text-align: justify;">Setelah mempelajari modul ini saya akan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada setiap pengambilan keputusan. Mengajak rekan sejawat untuk memahami dan menerapkan pengambilan keputusan yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan agar tercipta pembelajarn yang kondusif, aman, dan nyaman. Karena sekolah adalah institusi moral yang menjadi teladan dan morlitas dalam diri semua murid. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p>Daftar Pustaka :</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li><i>Program Pendidikan Guru Penggerak</i></li><li><i>Modul 3.1 Penga,mbilan Keputusan Berdasar Nilai-nila Kebajikan Sebagai pemimpin</i></li><li><i>Oleh : Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S, Diah Samsiati Rajasa, M.Sc</i></li></ul><p></p><div><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-7600858215317806402023-03-06T04:35:00.002-08:002023-03-06T04:35:18.858-08:00Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya<p style="text-align: justify;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMWfPTeSJl6XoI426K0JRvRGGLFv1EN5HTn5oDYOvBOCE82f5ck-iZspzZRN5D3MltkuTD7o9I1CLmH9aHiaOgOwLQwECSQSKeSu28HslJwtBYpEwHteQN0D8ej5bsYo8mWzQKORDVnZnF_Gk8gTRASCUoGimB-OgNx5CRyAHMqXzm1KuRCGuUpFHG/s909/Model%206%20topi.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="597" data-original-width="909" height="289" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMWfPTeSJl6XoI426K0JRvRGGLFv1EN5HTn5oDYOvBOCE82f5ck-iZspzZRN5D3MltkuTD7o9I1CLmH9aHiaOgOwLQwECSQSKeSu28HslJwtBYpEwHteQN0D8ej5bsYo8mWzQKORDVnZnF_Gk8gTRASCUoGimB-OgNx5CRyAHMqXzm1KuRCGuUpFHG/w441-h289/Model%206%20topi.png" width="441" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Ilustrasi Gambar dari :https://www.jojonomic.com/</i></td></tr></tbody></table><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;"><b>SUDADI</b></p><p style="text-align: center;"><i>CGP Angkatan 6 Kabupaten Rembang</i></p><p style="text-align: justify;">Jurnal refleksi modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya saya akan mencoba menggunakan Model 3: <i>Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi).</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985, Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam.</i></p><p style="text-align: justify;"> Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:</p><p style="text-align: justify;"><b>1)<span style="white-space: pre;"> </span>Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.</b></p><p style="text-align: justify;">Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya mulai kami pelajari pada 16 Februari 2023. Modul ini mempelajri bahwa sekolah merupakan sebuah ekosistem yang mencirikan pola hubungan yang saling keterkaitan dan ketergantungan. saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu</p><p style="text-align: justify;">Sebuah ekosistem sekolah terbentuk sebuah interaksi antara factor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu dengan lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Faktor biotik itu diantaranya adalah Murid, Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid, masyarakat sekitar, dan Dinas terkait.</p><p style="text-align: justify;">Sedangkan factor abiotic juga berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Diantaranya adalah : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah itu sendiri.</p><p style="text-align: justify;">Di sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada masing-masing komponen, sehingga tercipta hubungan yang saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Cara pandang pemimpin pembelajaran terhadap sumber daya sekolah ini ada dua macam :</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Pendekatan berbasis kekurangan <i>(deficit-based approach)</i></li><li>Pendekatan Berbasis Aset <i>(Asset-Based Approach)</i></li></ol><p></p><p style="text-align: justify;">Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan pada hal-hal yang mengganggu, apa yang kurang dan sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki akan mendorong bagaimana kita mengatasi kekurangan tersebut dan hal ini akan berakibat pada perasaan tidak nyaman dan tidak menyadari bahwa masih ada potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.</p><p style="text-align: justify;">Pendekatan berbasis asset menekuni kekuatan berfikir positif, menemukenali potensi yang ada untuk untuk pengembangan diri. Pendekatan ni menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, dan memusatkan pada hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi untuk lebih dikembangkan.</p><p style="text-align: justify;">Pendekatan berbasis asset ini selaras dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA menekankan bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat berkontribusi pada keberhasilan. Dalam inplementasinya. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.</p><p style="text-align: justify;">Sekolah adalahj sebuah komunitas, dan menurut Bank of I.D.E.A.S. (2014), bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan relisient adalah sebagai berikut :</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Mempraktikkan dialog yang berkelanjutan dan partisipasi masyarakat</li><li>Menumbuhkan komitmen terhadap tempat</li><li>Membangun koneksi dan kolaborasi</li><li>Mengenal dirinya sendiri danmmembangun asset yang ada,</li><li>Membentuk masa depannya</li><li>Bertindak dengan ide dan peluang</li><li>Merangkul perubahan dan bertanggungjawab</li><li>Menghasilkan kepemimpinan.</li></ol><p></p><p style="text-align: justify;">Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat dimanfaatkan dengan pendekatan berbasis asset. Modal utama berupa 7 aset adalah sebagai berikut : </p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Modal Manusia,</li><li> Modal Sosial, </li><li>modal politik, </li><li>modal agama dan budaya, </li><li>modal fisik, </li><li>modal lingkungan/alam,</li><li> modal finansial.</li></ol><p></p><p style="text-align: justify;">2<b>)<span style="white-space: pre;"> </span>Topi merah: Gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.</b></p><p style="text-align: justify;">Sangat senang. Adalah perasaan yang ada pada saat mempelajari modul ini. Beberapa hal baru yang membuka cara pendekatan berfikir yang semula pasrah dengan keadaan <i>(deficit-based approach),</i> menjadi paradigma berfikir dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada <i>(Asset-Based Approach).</i> </p><p style="text-align: justify;">Semakin bersemangat lagi pada sesi Forum Diskusi Kelompok yang secara Bersama-sama menggali potensi asset yang ada di luar sekolah. Ternyata ada banyak sekali sumber kekuatan diluar sekolah yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.</p><p style="text-align: justify;"><span style="white-space: pre;"> </span>Ruang kolaborasi memberikan banyak sekali pengalaman baru mengambil dari paparan yang disampaikan oleh kelompok yang berasal dari daerah lain,. Baik berupa ide-ide baru maupun kegiatan yang saat ini sedang dilakukan. Melalui penguatan dari fasilitator semakin yakin bahwa sangat penting menemukenali asset yang ada dengan dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk semakin meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermakna dan berpihak kepada murid.</p><p style="text-align: justify;"><b>3)<span style="white-space: pre;"> </span> Topi kuning: Tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.</b></p><p style="text-align: justify;">Hal-hal positif dari topik ini adalah dengan pendekatan berfikir berbasis asset/kekuatan (Asset-Based Approach) kita akan menjadi pemimpin pembelajaran yang senantiasa mempunyai visi kedepan untuk selalu berkembang dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah. Pendekatan berfikir berbasis asset/kekuatan (Asset-Based Approach) akan menjalin hubungan positif dan saling ketergantungan dalam komunitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>4)<span style="white-space: pre;"> </span>Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.</b></p><p style="text-align: justify;">Pemimpin Pengelolaan Berbasis Sumber Daya adalah hal baru, perlu pendalaman dan perubahan paradigma berfikir bahwa asset yang ada mempunyai potensi yang bisa dimaksimalkan untuk menunjang pembelajaran, tidak semua komponen yang ada peduili dengan pendidikan disekolah, utamanya asset yang ada diluar lingkungan sekolah, perlu pendekatan intensif untuk merubahnya untuk menjadi kesepahaman meningkatkan mutu pembelajaran adalah tanggungjawab semua pihak.</p><p style="text-align: justify;"><b>5)<span style="white-space: pre;"> </span>Topi hijau: Jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.</b></p><p style="text-align: justify;">Ide-ide yang muncul setelah mempelajari modul ini adalah dimulai darilangkah awal untuk Bersama-sama dalam komunitas sekolah untuk menemukenali asset yang ada disekolah untuk dimaksimalkan potensinya dalam penerapan pembelajaran. Langkah selanjutnya sekolah bersama-sama unsur yang ada diluar sekolah menginventarisasi asset yang ada diluar sekolah bersert potensi yang dimilikiya untuk bejkerjasama dama peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.</p><p style="text-align: justify;"><b>6)<span style="white-space: pre;"> </span>Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.</b></p><p style="text-align: justify;">Kesimpulannya adalah sebagai sebuah ekosistem sekolah mempunya berbagai komponen yang merupakan asset yang masing-masing mempunyai kekuatan untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan sumber daya didahului dengan berfikir berbasis kekuatan sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa berfikir positif untuk mengembangkan diri, menemukenali hal-halpositif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, memusatkan perhatian pada hal-hal yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi positif.</p><p style="text-align: justify;">Dan sebagai guru penggerak adalah sebuah kewajiban bagaimana kita memulai untuk bergerak menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumberdaya sehingga tergerak untuk Bersama-sama dalam pengembangan sekolah untuk meningkatkan kualitas belajar murid.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-18891207186268398632023-02-25T10:32:00.007-08:002023-02-25T17:40:39.203-08:003.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya<p style="text-align: justify;"> Sekolah adalah sebuah ekosistem yang berisi beberapa komponen yang saling berhubungan, keterkaitan dan ketergantungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu</p><p style="text-align: justify;">Sebuah ekosistem sekolah terbentuk sebuah interaksi antara factor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu dengan lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Faktor biotik itu diantaranya adalah Murid, Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid, masyarakat sekitar, dan Dinas terkait.</p><p style="text-align: justify;">Sedangkan factor abiotik juga berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Diantaranya adalah : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah itu sendiri.</p><p style="text-align: justify;">Di sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada masing-masing komponen, sehingga tercipta hubungan yang saling terkait dan menunjang satu dengan lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Cara pandang pemimpin pembelajaran terhadap sumber daya sekolah ini ada dua macam :</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Pendekatan berbasis kekurangan <i>(deficit-based approach)</i></li><li>Pendekatan Berbasis Aset<i> (Asset-Based Approach)</i></li></ol><p></p><p style="text-align: justify;"><span> </span>Pendekatan berbasis kekurangan akan memusatkan pada hal-hal yang mengganggu, apa yang kurang dan sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki akan mendorong bagaimana kita mengatasi kekurangan tersebut dan hal ini akan berakibat pada perasaan tidak nyaman dan tidak menyadari bahwa masih ada potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.</p><p style="text-align: justify;"><span> </span>Pendekatan berbasis asset menekuni kekuatan berfikir positif, menemukenali potensi yang ada untuk untuk pengembangan diri. Pendekatan ni menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, dan memusatkan pada hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi untuk lebih dikembangkan.</p><p style="text-align: justify;">Pendekatan berbais asset ini selaras dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA menekankan bahwa setiaporang memiliki inti positif yang dapatberkontribusi pada keberhasilan. Dalam inplementasinya. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi.</p><p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: medium;">Koneksi Antar Materi </span></b></p><p style="text-align: justify;"><b><i>1.<span style="white-space: pre;"> </span>Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.</i></b></p><p style="text-align: justify;">Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam komunitasnya untuk lebih berdayaguna sehingga dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan dengan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan pembelajaran.</p><p style="text-align: justify;">Dalam pengelolaan sumber daya pemimpin pembelajaran dapat menemukenali potensi-potensi kekuatan yang ada dikelas baik komponen biotik dan abiotic. Adanya saling keterkaitn dan saling menunjang satu sama lain kekuatan yang ada disekolah dan dimasyarakat dimanfaatkan sebagai pendukung. Jalinan Kerjasama dengan masyarakat akan memudahkan pencapain tujuan pembelajaran karena ada kontribusi positif.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><i><b>2. Contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas</b></i>. </p><p style="text-align: justify;"><span> </span>Pengelolaan sumber daya yang tepat dimulai dari identifikasi potensi yang ada pada masing-masing asset, dari masing-masing potensi yang ada selanjutnya dikelola sesuai dengan fungsi sehingga tercipta hubungan yang saling mendukung.</p><p style="text-align: justify;">Contohnya adalah kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan potensi sumber daya yang ada. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah Minat Murid. Salah satu area minat/kegemaran adalah minat kerajinan atau kriya. Selain sumber daya yang ada disekolah, kita dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dimasyarakat dengan mengundang ke sekolah untuk menjadi pembimbing dalam kegiatan ekstrakurikuler.</p><p style="text-align: justify;"><i><b>3.<span style="white-space: pre;"> </span>Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.</b></i></p><p style="text-align: justify;"><b> a.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :</b></p><p style="text-align: justify;"><span> </span>Pembelajaran yang berkualitas bisa dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekolah dan masyarakat sehingga dapat terpenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat dan bakatnya. Filosofi Ki Hajar Dewantara menampatkan murid adalah pribadi utuh yang mempunyai kodrat alam yang memposisikan guru sebagai penuntun untuk memaksimalkan bakat dan minat yang ada pada murid disesuaikan dengan sumberdaya/asset yang ada disekitarnya(kodrat zaman)</p><p style="text-align: justify;"><b> b.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak </b></p><p style="text-align: justify;">Salah satu peran guru penggerak adalah peminpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada untuk memenuh kebutuhan belajar murid untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan memaksimalkan 7 aset yang ada di sekitar sekolah, maka guru dapat menjalankan perannya sebagai guru penggerak.</p><p style="text-align: justify;"><b> c.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 1.3 Visi Guru Penggerak </b></p><p style="text-align: justify;">Visi perubahan seperti dikutif dari : ~ Roland Barth, <i>“Improving schools from within ”</i> (1990) <i>“Perubahan di sekolah dapat diinisiasi oleh pihak luar, tetapi perubahan yang paling penting dan berkesinambungan akan datang dari dalam.”</i> Visi perubahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.Pemikiran pendekatan berbasis asset akan menyelaraskan kekuatan kekuatan yang dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah</p><p style="text-align: justify;"><b> d.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 1.4 Budaya Positif</b></p><p style="text-align: justify;">Salah satu asset yang dimiliki sekolah adalah guru dan murid. Budaya positif akan menciptakana suasana pembelajaran yang kondusif dan berpihak pada murid. Budaya positif dimulai dari cara berfikir positif dengan pendekatan berbasis asset untuk memaksimalkan potensi asset yang ada disekolah dan sekitarnya.</p><p style="text-align: justify;"><b> e.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid </b></p><p style="text-align: justify;">Kebutuhan belajar murid adalah readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid. Kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi dengan memetakan potensi asset yang ada disekolah dan masyarakat. Potensi asset yang beragm ini dapat diaplikasikan dengan pembelajaran berdiferensiasi.</p><p style="text-align: justify;"><b> f.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional</b></p><p style="text-align: justify;">Penerapan pembelajaran sosial emosional akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman karena adanya hubungan yang selaras, saling membutuhkan dan saling mendukung asetmanusia yang ada di sekolah untuk mencapai ketercapaian kompetensi akademik di sekolah.Pengembangan pembelajaran sosial emosional akan meningkatkan kompetensi : yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab.</p><p style="text-align: justify;"><b> g.<span style="white-space: pre;"> </span>Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin </b></p><p style="text-align: justify;">Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan yang memadai. Karena keputusan akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran disekolah. Pengambilan keputusan berbasis pada nilai-nilai kebajikan akan terjadi apabila guru sebagai pemimpin pembelajaran paham betul dengan potensi dan karakter aset yang ada disekolah.</p><p style="text-align: justify;"><b><i>4.<span style="white-space: pre;"> </span>Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.</i></b></p><p style="text-align: justify;">Sebelum mempelajari modul ini saya belum mengetahui identifikasi asset yang bisa mendukung tercapainya visi dan misi sekolah. Modul ini memberikan wawasan cara berfikir dengan dua pendekatan yaitu pendekatan berbasis kekurangan/masalah <i>(deficit-Based Approch)</i> dan pendekatan berbasis asset/kekuatan <i>( Asset-Based Approach).</i></p><p style="text-align: justify;">Pendekatan berbasis kekurangan akan membawa kita pada pemiiran bagaimana kita menutupi kekurangan yang ada atau menyelesaikan masalah yang ada, perhatian hanya pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga melupakan potensi asset yang sebenarnya bisa dimanfaatkan.</p><p style="text-align: justify;">Pendekatan berbasis kekuatan berpusat pada bagaimana cara menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir, memusatkan apa yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi potensi positif untuk lebih dikembangkan.</p><p style="text-align: justify;">Setelah mengikuti proses pembelajaran modul terjadi perubahan dengan cara berfikir saya bahwa jangan menyerah dengan keadaan yang ada. Saya mulai menerapkan bahwa setiap asset mempunyai potensi yang bisa dikembangkan untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><i>Sumber Belajar : </i><i>Program Pendidikan Guru Penggerak </i><i>Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Penulis modul:</i><i>Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd,</i><i>Yuni Widiastuti, S.Si, M.Psi.T</i></p><div><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-90646021410580143462023-02-12T06:22:00.008-08:002023-02-12T06:56:27.631-08:00Koneksi Antar Materi 3.1.a.8.1.Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Seorang Pemimpin<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk-ibj2sB2B2K5O0HTfzZ0GX3QL_JdL1P0fESlkuQeQSqT7fjjRqA-Qp3mGYJ2-508cWW48PEk1VJSY88_UYQ2KForViOBlxuC6AdvLqGb1mV6t7qNpJhxsQhY61k57P9CQ9MbpHvKAmAMRAiZHOun5MziQtx4JlCuT_GLXO3bRDgBL0QsWhR6iJmb/s943/Koneksi%20Anatar%20Materi.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="509" data-original-width="943" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk-ibj2sB2B2K5O0HTfzZ0GX3QL_JdL1P0fESlkuQeQSqT7fjjRqA-Qp3mGYJ2-508cWW48PEk1VJSY88_UYQ2KForViOBlxuC6AdvLqGb1mV6t7qNpJhxsQhY61k57P9CQ9MbpHvKAmAMRAiZHOun5MziQtx4JlCuT_GLXO3bRDgBL0QsWhR6iJmb/w518-h280/Koneksi%20Anatar%20Materi.png" width="518" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Tiloka memberikan ruang bagi perserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu menempatkan dirinya dan orang lain ( merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir), kekuatan diri ( kodrat) yang dimiliki, cakap mengatur hidupnya tanpa diperintah orang lain.</p><p style="text-align: justify;">Pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan budi pekerti, menempatkan guru menjadi pribadi yang Ing Ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Guru harus mampu menjadi orang tua, dan sahabat. Guru harus menjadi contoh yang digugu dan ditiru, selalu berada ditengah peserta didiknya untuk memberikan semangat dan ide untuk berkarya serta selalu mendorong menuju tujuan yang benar.</p><div style="text-align: justify;"><div><i>“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)</i></div><div><br /></div><div>Pendidikan adalah sebuah proses sintematis dan terencana. Sebagai pendidik dan sebagai orang tua kita tidak hanya fokus memberi materi pembelajaran dan mengasah kecerdasan intelegensi anak, tetapi juga mengajarkan bagaimana mereka mengasah dan menerapkan kecerdasan spritual, agar mampu membedakan baik dan buruk, penuh kasih sayang, berkarakter. agar memiliki kecerdasan emosional, intelegensi, dan sosial.</div><div><br /></div><div>Guru adalah penuntun muridnya untuk memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya, dan sebagai pemimpin pembelajaran segala keputusan yang diambil harus selalu ada keberpihakan kepada murid, mengandung kebenaran yang universal dan dapat dipertanggungjawabkan.</div><div><br /></div><div>Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel</div><div><br /></div><div><b> <i>“ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.</i>” </b></div><div><br /></div><div>Dapat diartikan bahwa Pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter, norma -norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita ukir seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.</div><div><div>Guru adalah pendidik yang mempunyai kompetensi diri yang ideal, mengerti dan mampu melaksanakan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru.</div><div>Selanjutnya dengan kompetensi yang dimiliki tersebut, guru bisa menjadi pemimpin pembelajaran di kelasnya, membentuk kepemimpinan murid, menjalin kerjasama dengan lingkungan dan menjadi penggerak pada komunitas dimana dia berada</div></div><div><br /></div><div>Ki Hajar Dewantara dengan sistem Among menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra setara peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa harus yang dilakukan?, Salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid.</div><div><br /></div><div><div>Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.</div><div><br /></div><div>Pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan pembelajaran social dan emosional memberikan pengalaman menarik karena memberikan dampak positif dalam peningkatan minat belajar murid, guru berkemampuan untuk memahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri, dengan kesadaran penuh (mindfulness) sehingga lebih focus menjadi pemimpin pembelajaran di kelas, bagaimana mengelola kelas dengan memahami sudut pandang dan berempati dengan murid yang mempunyai kebutuhan belajar dengan latar belakang social yag berbeda, sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun sebagai Kepala Sekolah dalam dalam setiap pengambilan keputusan selalu ada keberpihakan kepada murid, mengandung kebenaran universal dan nilai-nilai keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Baik secara moral maupun secara hukum.</div></div><div><br /></div><div>Kesimpulan dan Rangkuman dari pembelajaran proses perjalanan pembelajaran saya sampai dengan modul 3.1. Pengambilan Keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan adalah sebagai berikut :</div><div><br /></div><div><div><b>1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?</b></div><div><br /></div><div>Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Tiloka memberikan ruang bagi perserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu menempatkan dirinya dan orang lain ( merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir), kekuatan diri ( kodrat) yang dimiliki, cakap mengatur hidupnya tanpa diperintah orang lain. Sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mampu memenuhi kebutuhan belajar murid sehingga pada setiap pengambilan keputusan selalu berpihak pada murid mengandung kebenaran unversal dan dapat dipertanggungjawabkan.</div><div><br /></div><div><b>2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?</b></div><div><br /></div><div>Proses pengambilan keputusan harus berdasar pada keterampilan sosial emosional sehingga dapat menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab, dengan kompetensi kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self management), menumbuhkan empati (social awareness) dan bagaimana menghargai orang lain (relationship skills) akan menjadikan pribadi yang dapat memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah dan murid-murid. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tercermin dalam keteladanan dan kebijakan yang diambil dalam setiap pengambilan keputusan.</div></div><div><br /></div><div><div><b>3.Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan atas pengambilan keputusan tersebut Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.</b></div><div><br /></div><div>Keterampilan coaching wajib dimilikioleh guru sebagai pendidik. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh fasilitator sangat efektif membantu pemahaman saya dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran untuk dapat diterapkan di sekolah. Teknik coaching dengan kemitraan membuat adanya kesetaraan menimbulkan rasa nyaman pada diri coachee </div><div><br /></div><div>sehingga coachee lebih leluasa untuk menyampaikan semua pendapat dan memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya, dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi pendengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. </div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><div><b>4.Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? </b></div><div><br /></div><div>Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan.. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan kesadaran sosial emosional guru merasakan apa yang dibutuhkan murid, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan selalu berpihak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan berpedoman pada 4 paradigma dilema etika, berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan. </div></div><div><br /></div><div><div><b>5.Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? </b></div><div><br /></div><div>Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan keterampilan sosial emosional akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika atau bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang berpihak kepada murid, mengandung kebenaran yang universal dan dapat dipertanggungjawabkan.</div></div><div><br /></div><div><div><b>6.Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?</b></div><div><br /></div><div>Keputusan yang tepat akan diterima oleh semua pihak akan menciptakan kondisi lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang kita ambil akan dijunjung tinggi dan dilaksanakan sehingga berdampak pada situasi sekolahyang kondusif sehinggatercipta pembelajaran yang aman dan nyaman bagi siswa. Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan potensinya. </div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><div><b>7.Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? </b></div><div><br /></div><div>Prinsip penyelesaian dilema etika: 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), 2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), adalah prisip yang bisa digunakan sebagai perinsip penyelasaian kasus dilema etika, tidakada prinsip yang paling baik tergantung jenis kasus, tempat, siapa yang terlibat didalamnya dan waktu kasus itu terjadi.Yang pasti adalah setiap keputusan selalui ada pihak yang belum tarakomodir kepentingannya. Dan inilah yang menjadi tantangan. Namun dengan 4 paradigma dilema etika, dengan 3 prinsip pengambilan keputusan, serta 9 konsep pengambilandan pengujian keputusan akan merubah paradigma pengambilan keputusan dilingkungan saya.</div></div><div><br /></div><div><br /></div><div><div><b>8.Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? </b></div><div><br /></div><div>Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid adalah mengacu kepada kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang berpihak pada pemenuhan kebutuhan belajar murid, diharapkan murid akan bertumbuh sesuai dengan minat dan bakatnya, akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. </div></div><div><br /></div><div><b>9.Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? </b></div><div><br /></div><div>Setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak kepada murid, baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Guru adalah pribadi utuh yang menjadi contoh bagi murid-muridnya, bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, walaupun adakalanya berbenturan dengan peraturan yang telah disepakati, namun yang utamanya adalah keputusan itu berpihak kepada murid sebagaimana tujuan peraturan itu dibuat.</div><div><br /></div><div><div>10.Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? </div><div><br /></div><div>Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dengan berpedoman pada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak, mengacu pada kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif sekolah. Kemampuan sosial emosional juga sangat penting dalam pengambilan keputusan Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan belajar siswa karena dengan pembelajaran berdiferensiasi, kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. </div></div><div><br /></div><div><div><b>11.Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? </b></div><div><br /></div><div>Dalam modul ini saya mempelajari konsep paradigma pengambilan keputusan ada 4, yaitu: <i>Individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan belas kasihan jangka pendek lawan jangka panjang,</i> 3 prinsip pengambilan keputusan <i>(berfikir berbasis akhir, berfikir berbasi aturan, berfikir berbasis rasa peduli)</i>, dan 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan <i>(mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), pengujian paradigma benar atau salah, prinsip pengambilan keputusan, investigasi tri lema, buat keputusan, meninjau kembali keputusan dan refleksikan</i></div></div><div><br /></div><div>Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah bahwa ternyata ada proses yang sangat Panjang sebelum sebuah keputusan itu ada. Ada keterkaitan unsur lain yang harus dipertimbangkan, sehingga keputusan yang dihasilkan benar-benar mengandung kebenaran universal dan dapat dipertanggungjawabkan.</div><div><br /></div><div><b><br /></b></div><div><div><b>12.Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?</b></div><div><br /></div><div> Sebelum mempelajari modul ini saya pernahmengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilemma, namun keputusan itu tidak melaluikajian-kajian khusus, berbeda dengan sekarang setelah mempelajari modul ini, harus mengacu pada 4 paradigma dilemma etika, dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan.</div><div><br /></div><div><b>13.Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?</b></div><div><br /></div><div> Mempelajari konsep ini membawa dampak yang luar biasa pada diri saya, sebelum belajar modul ini keputusan saya ambil berdasarkan pertimbangan seperlunya saja, bagaimana enaknya saja, sehingga adakalanya keputusan tersebut menimbulkan suasana tidak baik. Tetapi dengan mempelajari modul ini saya lebihyakin dalam membuat keputusan, karena ada tahapan-tahapan pengujian yang bisa digunakan sebelum keputusan dibuat. </div><div><b>14.Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?</b></div><div><br /></div><div> Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Sebagai Kepala Sekolah akan sangat membantu dalam pembuatan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak. Ada keberpihakan kepada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tercipta lingkungan poembelajaran yang kondusif, aman nyaman, untuk siswa.</div></div><div><br /></div></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-56240710419054712272023-01-21T06:39:00.007-08:002023-01-30T05:05:51.854-08:00Perencanaan Berbasis Data<p><b> </b></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii5jOz30DeBOFuJBLqG9Tuv9Et90QAMvwJ1W0dVQ_nKhPkVo5pTZl0eXLDxfh6iCSf39CPhaQZ2SVO5QU8G_xEsDTGJ7F1VDuYktnHjV7dA8b1bDlN4QqTByve3iCoSRJ-y9eFbnCAkdyPj38hWPSvRgebUvl7-4_nzqem5nATfSmwvAI48L0PiXr5/s1705/RP.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="865" data-original-width="1705" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii5jOz30DeBOFuJBLqG9Tuv9Et90QAMvwJ1W0dVQ_nKhPkVo5pTZl0eXLDxfh6iCSf39CPhaQZ2SVO5QU8G_xEsDTGJ7F1VDuYktnHjV7dA8b1bDlN4QqTByve3iCoSRJ-y9eFbnCAkdyPj38hWPSvRgebUvl7-4_nzqem5nATfSmwvAI48L0PiXr5/w547-h278/RP.png" width="547" /></a></div><b><br /></b><p></p><p><b>Apa itu Perencanaan Berbasis Data (PBD)?</b></p><p>Perencanaan Berbasis Data (PBD) adalah bentuk pemanfaatan data pada platform Rapor Pendidikan sebagai bentuk intervensi satuan maupun dinas pendidikan maupun pemerintah daerah terhadap mutu dan capaian pendidikannya dan bertujuan untuk mencapai peningkatan serta perbaikan mutu pendidikan yang berkesinambungan.</p><div><div><b>Tujuan</b></div><div><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span>Perencanaan Berbasis Data (PBD) bertujuan untuk memberikan perbaikan pembelanjaan anggaran serta pembenahan sistem pengelolaan satuan pendidikan yang efektif, akuntabel dan konkret. Selain itu, Perencanaan Berbasis Data (PBD) juga disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan atau dinas berdasarkan identifikasi masalah yang berasal dari data pada platform Rapor Pendidikan, yang kemudian mendorong satuan pendidikan dan dinas pendidikan untuk melakukan pembenahan melalui penyusunan kegiatan peningkatan capaian berdasarkan hasil identifikasi dan refleksi terhadap capaian di Rapor Pendidikan dan kondisi lapangan. Terdapat 3 langkah sederhana dalam proses Perencanaan Berbasis Data (PBD), yaitu Identifikasi, Refleksi, dan Benahi (IRB)</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;"><b>Mangapa Perencanaan Berbasis Data?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Salah satu tantangan dalam peningkatan kualitas satuan pendidikan adalah mengubah pola pikir dalam menyusun perencanaan program pembelajaran bahwa perencanaan tanpa berdasarkan data yang akurat bisa jadi tidak benar-benar membenahi akar masalah yang sebenarnya. </div><div style="text-align: justify;">Misalnya kemampuan literasi yang rendah tak selalu disebabkan kurangnya jumlah koleksi buku di sekolah bisa jadi meskipun pengadaan buku terus dilakukan setiap tahun ternyata kemampuan literasi siswa belum menunjukkan peningkatan yang berarti.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Kemudian bagaimana sekolah dapat mencari akar masalah dan merencanakan kegiatan yang tepat sasaran berbasis data atau PBD?</div><div style="text-align: justify;"> PBD adalah proses perencanaan yang menyeluruh dan berkesinambungan dimulai dari mengidentifikas permasalahan yang ada di satuan pendidikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan .</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Melalui PBD satuan pendidikan didorong untuk mengubah kebiasaan dari mengambil keputusan berdasarkan asumsi menjadi berdasarkan data dan fakta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> Melakukan PBD ibarat memotret berbagai titik yang perlu dibenahi dan dikembangkan sepanjang proses perencanaan. Potret tersebut membantu satuan pendidikan untuk melihat secara holistik sehingga terhindar dari keputusan yang kurang tepat </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bahwa kemampuan literasi tidak semata-mata disebabkan oleh jumlah koleksi buku di perpustakaan melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi. Hal tersebut tidak akan terpotret tanpa adanya perencanaan berbasis data. </div><div style="text-align: justify;">Kegiatan yang bida dilakukan adalah peningkatan kapasitas guru, implementasi asesmen dalam pembelajaran literasi, atau penguatan peran perpustakaan melalui berbagai kegiatan literasi. PBD mendorong satuan pendidikan untuk membuat keputusan berdasarkan data-data yang ada dan membicarakannya dengan berbagai pemangku kepentingan. </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian perencanaan tak sekedar memasukkan daftar kegiatan atau penambahan sarana dan prasarana. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Tujuan Perencanaan</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><span> </span>Tujuan pendidikan Indonesia adalah mewujudkan profil pelajar Pancasila. Untuk mencapai profil pelajar Pancasila satuan pendidikan perlu melalui peta jalan berupa kurikulum. Sebagai peta jalan kurikulum adalah alat untuk menentukan bagaimana satuan pendidikan mencapai tujuan pendidikan, yaitu profil pelajar Pancasila. </div><div style="text-align: justify;">Kurikulum bukan hanya tentang pembelajaran di kelas saja tapi juga soal pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan secara utuh untuk memastikan kualitas pengelolaan dan perencanaan pendidikan,. kita perlu membuat perencanaan </div><div style="text-align: justify;">Untuk membuat perencanaan satuan pendidikan kita perlu data, yang berasal dari raport pendidikan. <span style="white-space: pre;"> </span>Data pada rapor berasal dari asesmen nasional, inilah potret satuan pendidikan dengan data tersebut kita sudah memiliki data awal untuk mendeteksi berbagai keperluan sebagai bekal membuat perencanaan. Dengan membuat perencanaan berbasis data kita telah ikut berperan untuk mewujudkan tujuan endidikan </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Siklus Perencanaan </b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Dalam perencanaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan : data, identifikasi, refleksi, dan benahi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><b>Data</b>, kita perlu data penting tentang hal-hal penting, </li><li><b>Identifikasi :</b> Membaca dan mengamati data-data yang ada dan mengidentifikasi masalah yang muncul.</li><li><b>Refleksi :</b> dari data yang telah diidentifikasi kita dapat menemukan akar masalahnya</li><li><b>Benahi </b>: berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan akar masalahnya, maka perencanaan untuk tindakan perbaikan dapat dilakukan.</li></ol></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="291" src="https://www.youtube.com/embed/eC6cH9LowIM" width="558" youtube-src-id="eC6cH9LowIM"></iframe></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengapa encana itu harus dilakukan. Bagaimana cara melakukannya, kemudian apa dampak baik dari rencana itu dalam profesi kita sebagai kepala satuan pendidikan?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span> </span>Perencanaan diperlukan untuk terus membenahi dan meningkatkan layanan pendidikan agar semakin berpihak kepada peserta didik. Perencanaan yang efektif adalah perencanaan yang mampu meningkatkan kekuatan dan membenahi kekurangan. </div><div style="text-align: justify;">Dari mana kita tahu kekuatan dan kelemahan satuan pendidikan kita? Tentu saja dari rapor pendidikan. Ketika lapor pendidikan digunakan dalam perencanaan maka kita sedang melakukan Perencanaan Berbasis Data.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b> Bagaimana perencanaan berbasis data atau PBB dilakukan?</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><span> </span> Perencanaan dilakukan dengan mengacu kepada rapor pendidikan. Dapat terlihat indikator layanan pendidikan apa saja yang telah tercapai dan indikator apa saja yang masih perlu dibenahi. Ketika kita menghargai data-data yang telah kita miliki dan menggunakannya dalam perencanaan, dampaknya akan sangat besar. </div><div style="text-align: justify;"> <span style="white-space: pre;"> </span>Kita sudah menjadi bagian dalam memastikan terwujudnya pendidikan berkualitas untuk seluruh rakyat Indonesia. Perencanaan berbasis data adalah sebuah perubahan kebiasaan. Perencanaan berbasis data mendorong satuan pendidikan menyusun kegiatan peningkatan capaian pembelajaran berdasarkan bukti. </div><div style="text-align: justify;"> Langkah yang perlu dilakukan di dalam perencanaan berbasis data ada tiga yaitu melakukan identifikasi, refleksi, dan benahi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Identifikasi</b> berdasarkan capaian setiap indikator yang ditampilkan di dalam laporan pendidikan diperhatikan indikator mana yang capaiannya perlu ditingkatkan </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Langkah kedua refleksi</b> dilakukan dengan mencari tahu akar permasalahan dari indikator yang capaiannya masih rendah dalam tahapan identifikasi </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Langkah ketiga Benahi </b> ini dilakukan melalui perumusan program dan kegiatan sebagai solusi untuk mengatasi akar masalah. Hasil dari identifikasi refleksi inilah yang nantinya akan dirumuskan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) sekolah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Sumber Data</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"> Semua data tersebut telah terolah dengan valid dan reliable. Hasil pengolahan data tersebut telah berada di dalam rapor pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa sumber data utama PBD adalah rapor Pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"> Di dalam proses perencanaan satuan pendidikan tidak hanya memanfaatkan sumber data yang telah tersedia di rapor pendidikan melainkan satuan pendidikan juga dapat menggunakan sumber data tambahan. Sumber data tambahan, Kepala Sekolah dapat menggali data tambahan berdasarkan observasi wawancara survei ataupun diskusi bersama murid guru dan warga sekolah lainnya untuk memperkuat data yang telah kita miliki dari Rapor Pendidikan. hasil dari data tambahan tersebut sangatlah membantu satuan pendidikan dalam membuat perencanaan program.</div><div style="text-align: justify;"> Di rapor pendidikan dapat digunakan oleh satuan pendidikan untuk melakukan refleksi diri dalam menyusun perencanaan selanjutnya perencanaan yang sudah disusun dapat dilaksanakan oleh setiap satuan Pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"> Harapannya setelah dilakukannya evaluasi internal dan merencanakan pembenahan kualitas capaian pembelajaran di setiap satuan pendidikan menunjukkan peningkatan. Pada akhirnya rapor pendidikan pun dapat menunjukkan perubahan yang lebih baik di setiap tahun ajaran. </div><div style="text-align: justify;"> Ternyata untuk melakukan perencanaan berbagai data di satuan pendidikan Sumber data utamanya adalah rapor pendidikan jika satuan pendidikan membutuhkan data tambahannya maka dapat dengan mudah dikumpulkan dari warga sekolah </div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-4884940314446887212023-01-14T08:49:00.010-08:002023-01-21T09:37:11.687-08:00Mengapa Kurikulum Harus Berubah?<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDhdjR_hIKoKT7bn8LGXKRyHOq19UH7MpQQ1RsOA4uDMmdAu8AqP1-6GqnrX2Dq1-5qe0eCVDQrUS0hjspZMKXezjFlr6GG2Mdsq6FWp0-Sdy-2A7pYP8RqQdIVl4-VGFwbWxDnuvHB9ZdkJpoRLY1ckDF0fVyftjW3vpbD1Bzk_6ZR2Ycu2fs0RZq/s318/kurikulum.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="159" data-original-width="318" height="284" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDhdjR_hIKoKT7bn8LGXKRyHOq19UH7MpQQ1RsOA4uDMmdAu8AqP1-6GqnrX2Dq1-5qe0eCVDQrUS0hjspZMKXezjFlr6GG2Mdsq6FWp0-Sdy-2A7pYP8RqQdIVl4-VGFwbWxDnuvHB9ZdkJpoRLY1ckDF0fVyftjW3vpbD1Bzk_6ZR2Ycu2fs0RZq/w566-h284/kurikulum.jpg" width="566" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Kurukulum adalah kumpulan atau suatu sistem rencana dan pengaturan mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam kegiatan belajar mengajar</p><p style="text-align: justify;">Dikutip dari Wikipedia :</p><p style="text-align: justify;">Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.</p><p style="text-align: justify;">Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja</p><p style="text-align: justify;">Kurikulum dimaknai sebagai keseluruhan pengalaman belajar murid, titik awal sampai titik akhir pengalaman belajar. </p><div><div style="text-align: justify;"><b>Peran dan fungsi kurikulum:</b></div><div style="text-align: justify;"><ol><li>mewariskan nilai dan budaya masyarakat yang relevan </li><li>mengembangkan sesuatu yang dibutuhkan saat ini dan masa depan</li><li>menilai dan memilih sesuatu yang relevan atau kontekstual sebagai kontrol sosial</li></ol></div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Mengapa Kurikulum Harus Berubah?</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan zamannya, kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau di adaptasi sesuai konsep dan karakteristik murid demi membangun kompetensi sesuai kebutuhan mereka ini dan masa depan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cara Belajar siswa kita pun sekarang mengalami perubahan jika dahulu referensu sumber belajaradalah perpustakaan dan buku paket, sekarang mereka dengan mudah mencari materi pembelajaran dengan akses internet. Pandangan mereka tentang masa depanpun mengalami perubahan. Jika ditanya soal cita-cita mereka berkeinginan menjadi tentara, dokter, guru, sekarang bergeser menjad- programer komputer, menciptakan aplikasi game, atau youtuber.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Ki Hajar Dewantara : Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"> Demi menuntun kodrat murid-murid guru harus terus menyesuaikan dengan kebutuhan, belajar terus untuk mengikuti dan memahami trend kehidupan murid . </div><div style="text-align: justify;">Kehidupan selalu dinamis, untuk menjawab tantangan zaman kurikulum tidak dapat dipergunakan dalam satu waktu terus-menerus karena dunia terus berubah, maka dunia pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun dan mendidik generasi harus pula turut berubah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Mengapa Kurikulum Perlu beradaptasi?</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Kurikulum yang ditetapkan secara Nasional tidak bisa diterapkan disemua daerah yang mempunyau kultur budaya, kondisi alam yang berbeda. Kurikulum perlu diadaptasi sesuai dengan kondisi geografis dan latar belakang budaya, dan sosiologi dimana sekolah berada. Kurikulum pada sekolah didaerah perkebunan tentu tidak sama dengan kurikulum didaerah pedesaan yang mayoritas penduduknya sebagai nelayan. Demikian juga dengan sekolah yang berada diperkotaan dengan lingkungan industry disekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/AwJcc7DFWyg" width="320" youtube-src-id="AwJcc7DFWyg"></iframe></div><br /><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan disusun berdasarkan kurtur budaya, letak geografis, dan kebutuhan masyarakat. </div><div style="text-align: justify;">Siswa perlu dilibatkan dalam pembuatan kurikulum. Perlu survey sebekum menentukan kigiatan ekstrakurikuler misalnya, agar relevan dengan kondisi masyarakat setempat. Peran serta masyarakat juga perlu dilibatkan, misalnya narasumber keahlian yang dimilikinya untuk memperkuat projek Profil Pelajar Pancasila</div><div style="text-align: justify;">Program peningkatan kompetensi guru juga harus ada dalam penyusunan kurikulum agar selalu mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan zaman.</div><div style="text-align: justify;">Prinsip penyusunan kurikulum harus berpusat pada murid, kontekstual, essensial, dan juga akuntabel, melibatkan berbagai pemangku kepentingan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kesimpulannya adalah walaupun Kemendikbud ristek sudah menyiapkan contoh kurikulum operasional sebagai inspirasi dan pembelajaran tapi bukan berarti kita tidak bisa mengembangkannya mari kita kembangkan sesuai dengan konteks satuan pendidikan masing-masing dokumen kurikulum operasional satuan pendidikan sangat dinamis mengikuti perubahan dan kebutuhan. </div><div style="text-align: justify;"> Dokumen ini dapat diperbaharui secara berkesinambungan menjadi referensi dalam keseharian, direfleksikan dan terus dikembangkan </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana, apakah kita sudah siap menyusun dan mengembangkan kurikulum dalam pembelajaran Selamat guru hebat salam dan bahagia</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-25034201217813704532022-12-15T05:15:00.004-08:002022-12-15T05:15:49.659-08:00Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik Model 4C<p><b> </b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYj2AYug4Hvt99Yyl27MT0Au071KYv5Rm6g1OkVaABuGjUVlIee1zfkFdeb3vbc2Bu0hUEDNbyWfE9gK2apBLYkJ-59I7AucwF7VBaH5P8HtRO-YlsxxJ1bz1gGvn_02yVVgLmyif5ixYm8Wd0IzYAPuXkTjRN95JWwxAHCbeGhzJFs-0OkNoU-YS5/s944/alur%20TIRTA.bmp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="478" data-original-width="944" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYj2AYug4Hvt99Yyl27MT0Au071KYv5Rm6g1OkVaABuGjUVlIee1zfkFdeb3vbc2Bu0hUEDNbyWfE9gK2apBLYkJ-59I7AucwF7VBaH5P8HtRO-YlsxxJ1bz1gGvn_02yVVgLmyif5ixYm8Wd0IzYAPuXkTjRN95JWwxAHCbeGhzJFs-0OkNoU-YS5/w429-h217/alur%20TIRTA.bmp" width="429" /></a></b></div><b><br /></b><p></p><p><b>Connection : Keterkaitan materi dengan peran saya sebagai Calon Guru Penggerak</b></p><p style="text-align: justify;">Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik adalah materi baru dan sangat menari bagi saya. Mempelajari materi ini mengubah paradigma berfikir saya mengenai supervise akademik. Supervisi akademik yang saya anggap sebagai wahana ‘menghakimi’ seolah-olah supervise akademik adalah kagiatan mencari kelemahan dan kekurangan yang harus dihindari. Pengalaman masa lalu mengatakan tidak ada guru yang dengan senang hati menyambut kegiatan ini.</p><p style="text-align: justify;">Melalui modul ini saya ketahui bahwa supervisi akademik bertujuan untuk mengembangkan kualitas prosesbelajar dikelas. Prinsio dan paradigma berfikir coaching sangat relevan digunakan dalam supervise akdemik karena didalamnya ada semangat memberdayakan dan bukan mengevaluasi. Sebelumnya guru yang akan diberdayakan mengetahui tujuan dan hasil yang diharapkan melalui kolaborasi, konsultasi dan evaluasi. Dan akhirnya saya tiba pada pemahaman bahwa supervise adalah hal yang menarik, menyenangkan yang bisa dijadikan tolok ukur untuk menignkatkan kompetensi sebagai guru, baik kompetensi kepribadian, paedagogik, social maupun kompetensi professional.</p><p style="text-align: justify;">Pertanyaanya adalah adakah kaitannya dengan peran saya sebahag Calon Guru Penggerak?</p><p style="text-align: justify;">Sebagai seorang guru saya berperan menuntun murid-murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya sebagaimana filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Sementara prinsip coaching adalah adanya jalinan hubungan kemitraan yang setara melalui proses kreatif untuk memaksimalkan potensi. Dan praktik coaching ini bisa saya terapkan untuk murid maupun rekan sejawat dalam suasana yang kolaboratif, flrksibel dan bermakna.</p><p style="text-align: justify;"><b>Challenge – Ide, Materi atau pendapat dari nara sumber yang berbeda dengan yang saya jalani selama ini</b></p><p style="text-align: justify;">Coaching adalah proses memaksimalkan potensi pribadi dan professional seseorang dengan proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi dengan asas pengembangan kemitraan, terjalinnya komunikasi dua arah, memicu proses berfikir coahee, sehingga mendorong coachee menghasilkan ide-ide baru dan menghasilkan rencana tindak lanjut .</p><p style="text-align: justify;">Seperti dikutip dari Modul 2.3 Couching Untuk Supervise Akademik,”Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).</p><p style="text-align: justify;">Coaching memiliki prinsip dan tujuan untuk memberdayakan, membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya. Disinilah yang membedakan bentuk-bentuk pengembangan diri lainya seperti mentoring, konselling, fasilitasi, atau training.</p><p style="text-align: justify;">Sebuah contoh dalam mentoring, seorang mentor membagikan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya, dari tidak tahu menjadi tahu, sedangkan coaching, seorang coach menuntun cochee menemukan ide-ide baru untuk mengatasi tantangan atau tujuan yang dihadapi.</p><p style="text-align: justify;">Dengan kata lain dalam mentoring seorang coach membagikan pengetahuan, keterampilan sedangkan pada coaching, coach menuntun coachee untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya menuju pada perubahan yang diinginkannya..</p><p style="text-align: justify;">Paradigma berfikir coaching sangat diperlukan seorang coach dalam mengembangkan rekan guru dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki sebagai pribadi yang otonom. Paradigma berfikir coaching tersebut adalah :Fokus pada coachee,bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan</p><p style="text-align: justify;">Fokus pada coachee artinya bahwa coach fokus pada topik yang dibawakan, apa yang perlu dikuasai untuk mencapai tujuan, sehingga melalui percakapan yang kreatif dan bermakna dapat membawa kemajuan. Bersikap terbuka, tidak menghakimi, melabel (judgment), berasumsi, atau mengaitkan dengan pengalaman pribadi, tetap menunjukkan rasa keingintahuan yang besar terhadap keinginan dan ide-ide coachee. Coach juga harus memiliki kesadaran diri yang kuat, dan bagaimana melihat peluang baru untuk mendorong coachee fokus pada solusi.</p><p style="text-align: justify;">Perilaku saya selama ini ternyata belum mencerminkan paradigma pemikiran coaching. Dalam pembelajaran saya lebih banyak memberikan materi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan belajar murid, kurang fokus dalam pembelajaran dikelas karena masih terbawa persoalan pribadi sebelumnya sehingga kurang tebuka, sering melabel, dan kurang sabar dalam menghadapi murid yang melakukan pelanggaran.</p><p style="text-align: justify;"><b>Concept – konsep utama yang penting untuk terus dibawa selama menjadi calon guru Penggerak atau guru</b></p><p style="text-align: justify;">Sebagaimana peran guru penggerak coacing menempatkan posisi coach yang setara dengan coachee, menuntun, tidak memaksakan, atau mengajari, tetapi lebih kepada membawa coachee menemukan sendiri solusi menuju peningkatan kompetensi sesuai dengan keinginan melalui penggalian ide-ide kreatif .</p><p style="text-align: justify;">International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan professional coachee.</p><p style="text-align: justify;">Dalam berinteraksi dengan murid atau rekan sejawat dalam memberdayakan, ada 3 prinsip : Kemitraan, Proses kreatif, Memaksimalkan potensi. Tiga kata kunci ini adalah prinsip yang harus kita terapkan selama menjadi calon guru penggerak bahkan menjadi guru , sebagai agen atau pemimpin perubahan, sehingga dapat berkolaborasi, interaksi, komunikasi baik dengan guru maupun murid dalam rangka memberdayakan orang lain menuju perubahan yang lebih baik.</p><p style="text-align: justify;">Selain prinsip coaching hal penting yang dipelajari dalam modul ini adalah Kompetensi inti Coaching yaitu : kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot</p><p style="text-align: justify;">Seorang coach harus mampu hadir secara penuh sehingga badan, fikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching, sehingga focus pada percakapan coachee dengan tidak berasumsi, melabel, bahkan mengaitkan dengan pengalaman pribadi. Dengan kehadiran sepenuhnya dengan hasil mendengarkan aktif menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan, bersifat trbuka seorang coache dapat mengajukan pertanyan berbobot yang disampaikan pada momen yang tepat.</p><p style="text-align: justify;">Dalam coaching proses menuntun salah satunya melalui sebuah percakapan bermakna, untuk itu dibutuhkan kemampuan untuk menavigasi tujuan dan arah percakapan yang dibutuhkan coachee dan kemampuan untuk menciptakan alur percakapan, sehingga proses percakapan menjadi efektif dan bermakna.</p><p style="text-align: justify;">Dalam kemampuan menentukan tujuan dan arah percakapan, seorang coach harus bisa menentukan apakah percakapan untuk perencanaan, pemecahan masalah, percakapan refleksi, atau percakapan kalibrasi, atau bahkan dalam sebuah percakapan mencakup keempat tujuan percakapan tersebut. Dan terkait dengan kemampuan menciptakan alur percakapan yang efektif dan bermakna saya mengenal alur TIRTA.</p><p style="text-align: justify;">. TIRTA kepanjangan dari : T yaitu tujuan. Artinya antara coach dan coachee perlu menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung yang idealnya tujuan ini berasal dari coachee. Huruf yang kedua dari kata TIRTA yaitu I. I ( identifikasi). Artinya coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta yang ada pada saat sesi percakapan. Misalnya coach bertanya kepada coachee "krsempatan apa yang bapak/ibu miliki sekarang?". Huruf ketiga dari kata TIRTA adalah R( rencana aksi), artinya alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat. Misalnya "Bagaimaa cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?". Dan huruf terakhir dari kata TIRTA adalah TA ( tanggung jawab) yang artinya bagaimana seorang coach mampu menuntun coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya</p><p style="text-align: justify;">Dari beberapa konsep mengenai coaching dapat disimpulkan bahwa dengan proses caoching terutama dalam supervisi akademik, akan membantu murid-murid atau rekan guru menemukan potensi dirinya, menuntun mereka menjadi lebih mampu mengembangkan dan meningkatkan komptensinya secara sadar, secara mandiri, dan penuh motivasi bukan karena paksaan dari kita sebagai mitra yang membantunya mengembangkan diri.</p><p style="text-align: justify;"><b>Change – Perubahan Pada Diri Saya</b></p><p style="text-align: justify;">Mrempelajari materi coaching pada modul 2.3 ini saya mampu merubah paradigma saya tentang bagaimana kita harusnya memandang dan memperlakukan murid dan orang lain saat kita memposisikan diri sebagai coach, bagaimana seharusnya menempatkan diri dalam proses menuntun murid atau membantu rekan-rekan kita atau orang lain. Dan lebih khusus lagi, supervisi adalahupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat berubah dari suasana menakutkan menjadi menyenangkan, dari sebuah penilaian kinerja menjadi sebuah sharing dan diskusi pengalaman dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dan pada akhirnya menjadi sebuah refleksi yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi guru dalam meningkatkan kinerja dalam pembelajaran .</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Sumber materi : <br />Pendidikan Guru Penggerak</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Paket modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Penulis : Monika Irayati, CEC dkk.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Kemendikbud Ristek</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Dirjen GTK 2022</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-32672777568004112122022-12-12T08:15:00.006-08:002023-01-21T09:37:32.944-08:00Penerapan Coaching Dalam Supervisi Akademik<p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Xe94xTNp2L_PhARVuanEuGohahu2YbLDAIJYHHaAdDowABv-FtrRLQK57JSJAbSO35mkavLLR0Y-N-OWN8G2_qE91g7qEKerA4i5m7X6KyZOSGUA5Uxr0gwJdxNAPtujXJLgJWevzHW43RNw8Qe-YzEBeuGVVuUkL5TfoBS10rJPSydzJB9MOyEJ/s286/coaching.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="176" data-original-width="286" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Xe94xTNp2L_PhARVuanEuGohahu2YbLDAIJYHHaAdDowABv-FtrRLQK57JSJAbSO35mkavLLR0Y-N-OWN8G2_qE91g7qEKerA4i5m7X6KyZOSGUA5Uxr0gwJdxNAPtujXJLgJWevzHW43RNw8Qe-YzEBeuGVVuUkL5TfoBS10rJPSydzJB9MOyEJ/w431-h265/coaching.png" width="431" /></a></div><br /><b><br /></b><p></p><p style="text-align: justify;"><b>A.<span style="white-space: pre;"> </span>Pengertian Coaching</b></p><p style="text-align: justify;">Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). </p><p style="text-align: justify;">Coaching lebih kepada membantu seseorang utuk belajar dari pada mengajarinya dalam bentuk kemitraan Bersama coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional yang dimilikinya melalui proses menstimulasi dan eksplorsi pemikiran dan proses kreatif.</p><p style="text-align: justify;"><b>B.<span style="white-space: pre;"> </span>Relevansinya dengan filosofi Kihajar Dewantara</b></p><p style="text-align: justify;">Coaching sangat efektif diterapkan dalam Pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan coaching pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat hidup sesuai dengan kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. </p><p style="text-align: justify;">Seperti seorang petani dalam menanam jagung. Petani hanya bisa memfaslitasi dengan membuat lahan yang subur, merawat dengan baik, agar jagung tumbuh dengan baik sebagaimana kodratnya sebagai jagung</p><p style="text-align: justify;"><b>C.<span style="white-space: pre;"> </span>Coaching dalam pembelajaran</b></p><p style="text-align: justify;">Dalam pembelajaran guru membantu murid untuk belajar dan bertumbuh. Dengan prinsip kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh murid .</p><p style="text-align: justify;">Kemitraan berarti adanya kesetaraan yang mengedepankan tujuan murid yang akan dikembangkan dengan komunikasi dua arah yang memicu proses berfikir murid untuk menggali ide-ide yang berasal dari murid itu sendiri.</p><p style="text-align: justify;">Dengan kehadiran penuh (presence) guru menempatkan diri dalam situasi pemikiran murid dengan fokus dengan hal-hal yang disampaikan murid tanpa memberikan asumsi, melabel (judgment) dan mengaitkan dengan pengalaman pribadi. Selanjutnya untuk memaksimalkan potensi, mengingai, merenung dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi ada dirinya, guru dapat mengajukan pertanyan berbobot dari hasil mendengarkan aktif</p><p style="text-align: justify;"><b>D.<span style="white-space: pre;"> </span>Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional</b></p><p style="text-align: justify;">Ki Hajar Dewantara dengan sistem Among menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra setara peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa harus yang dilakukan?, Salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid.</p><p style="text-align: justify;">Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.</p><p style="text-align: justify;">Pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan pembelajaran social dan emosional memberikan pengalaman menarik karena memberikan dampak positif dalam peningkatan minat belajar murid, guru berkemampuan untukmemahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri, dengan kesadaran penuh (mindfulness) sehingga lebih focus menjadi pemimpin pembelajaran di kelas, bagaimana mengelola kelas dengan memahami sudut pandang dan berempati dengan murid yang mempunyai kebutuhan belajar dengan latar belakang social yag berbeda. Penulis menyadari masih banyak kompetensi dan kemetangan pribadi yang perlu diperbaiki dengan lebih banyak belajar dan memehami lebih dalam penerapan pembelajaran social dan emosional dengan menggunakan alur S-T-O-P.</p><p style="text-align: justify;">Pembelajaran social dan emosional memudahkan guru membangun kedekatan emosiaonal dengan murid sehingga memudahkan penulis menerapkan coaching dalam pembelajaran. Adanya prinsip kesetaraan dan kemitraan akan menumbuhkan kesadaran murid untuk berbagi permasalahan yang dihadapinya.</p><p style="text-align: justify;">Tantangan nyata yang penulis hadapi saat ini adalah belum membudayanya coaching disekolah. Pemahaman tentang budaya coaching masih perlu ditingkatkan. Akan halnya dengan budaya supervisi akademik. Masih merupakan hal yang dianggap wahana ‘menghakimi’ seolah-olah supervise akademik adalah kagiatan mencari kelemahan dan kekurangan yang harus dihindari.</p><p style="text-align: justify;">Pengalaman masa lalu mengatakan tidak ada guru yang dengan senang hati menyambut kegiatan ini.Sebuah tantangan bagi penulis untuk merubah paradigma ini, usaha membudayakan pemikiran positif tentang supervise akademik perlu ditingkatkan dengan memberikan pemahaman sedikit demi sedikit yang sejatinya supervisi akan memberikan efek baik untuk peningkatan kualitas pembelajaran disekolah. Couching akademik adalah pendekatan terbaik yang penulis akan terapkan. Semoga mendapatkan hasil terbaik.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-17443910894833069402022-11-19T09:12:00.007-08:002022-11-19T09:19:03.118-08:00HUT PGRI 2022, Pengajian Warnai Kegiatan PGRI Cabang Pamotan<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNQSZL4H00hd199brr2ru17Gi27yGLFq6C-13Uk1H0_5J3A4o32ApiDhRn5pNxWeRESyc91SbQq_XFhAV4v1X1xcn-exiBwPDaZObkjOd3eu--FtAOS6gbVn7Hao_M_II7bqqJroNd_vN7bR-mRiBwjgTN2fVGCwoL8lLCuBWGTZxslZj12iUAGAwa/s1614/Jumanto.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="993" data-original-width="1614" height="323" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNQSZL4H00hd199brr2ru17Gi27yGLFq6C-13Uk1H0_5J3A4o32ApiDhRn5pNxWeRESyc91SbQq_XFhAV4v1X1xcn-exiBwPDaZObkjOd3eu--FtAOS6gbVn7Hao_M_II7bqqJroNd_vN7bR-mRiBwjgTN2fVGCwoL8lLCuBWGTZxslZj12iUAGAwa/w526-h323/Jumanto.png" width="526" /></a></div></div><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Tanggal 25 November 2022 adalah puncak peringatan HUT PGRI KE-77 dan Hari Guru Nasional.Tahun ini PGRI Cabang Pamotan melaksanakan beberapa kegiatan. </p><p style="text-align: justify;">Mengusung tema “Guru Bangkit, Pulihkan Pendidikan: Indonesia Kuat, Indonesia Maju”. perayaan Hari Guru Nasional sekaligus HUT PGRI inibertujuan sebagai bentuk penghargaan untuk para guru yang tak pernah lelah berjuang dalam mencerdaskan generasi bangsa.</p><p style="text-align: justify;">Bertempat di gedung Futsal Balai Desa Pamotan Sabtu, 19 November 2022 PGRI Cabang Pamotan mengadakan kegiatan religi berupa pengajian dengan menghadirkah KH Jalalludin Fauzi dari Bancar Tuban.</p><p style="text-align: justify;">Kegiatan yang dibuka oleh Ketua PGRI Cabang Pamotan, Juwarno, S.Pd., MSi ini dihadiri oleh Ketua PGRI Rembang, Drs. H. Jumanto, M.Pd., Jajaran Forkompincam Pamotan, Kepala Desa Pamotan, dan seluruh anggota PGRI Cabang Pamotan. </p><p style="text-align: justify;">Turut meramaikan adalah grup rebana IGTKI Pamotan.</p><p style="text-align: justify;">Dalam sambutannya Ketua PGRI Rembang mengajak anggota PGRI Cabang Pamotan untuk menumbuhkan rasa mau memaafkan, dan mendidik siswa-siswi dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan. </p><p style="text-align: justify;">Selain kegiatan religi beberapa agenda kegiatan PGRI Cabang Pamotan diantaranya adalah :</p><p></p><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Pemasangan spanduk dan bendera PGRI di satuan pendidikan masing-masing mulai tanggal 1 - 30 Nopember 2022.</li><li style="text-align: justify;">Upacara Peringatan HUT PGRI dan HGN yang akan dilaksanakan pad tanggal 25 Nopember 2022 bertempat di halaman SMA Negeri 1 Pamotan dengan dihadiri oleh seluruh anggota PGRI Cabang Pamotan.</li><li style="text-align: justify;">Upacara Peringatan HUT ke-77 Tingkat Kabupaten pada 26 Nopember 2022 yang diwakili pengurus Cabang bertempat di alun-alun Rembang.</li><li style="text-align: justify;">Pertandingan Bola Voli persahabatan denga PGRI Cabang Pancur yang direncanakan bertempat di Lapangan Voli SMP Negeri 1 Pamotan.</li></ol><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/GYRzDQgw81o" width="320" youtube-src-id="GYRzDQgw81o"></iframe></div><br /><p><br /></p><p>"Selamat Hari Guru Nasional dan HUT PGRI untuk para Guru seluruh Indonesia! Kesabaran, dedikasi, serta kebaikanmu telah membawa kami ke titik yang lebih baik. Terima kasih atas semua jasamu."</p><p><br /></p><div><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-34031734647879915742022-11-05T06:35:00.007-07:002022-11-05T08:54:43.349-07:00Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh39_JEGrHLheF6fg4f-qorcu7rCdoHJjK4Wcs7FS8m1zhnTUNMXxOYHVFzbae86vmbXIH2wWtCTGMQJKkNVxfigE85IaKGEz_38It3CdtDo8lOnq3GFln8hm0LswJFoLqkjH9FvUU34gMiVq8QMhoPKwDvl1FDIBYNyMn7sQC-Uk6_7xAtp-dGP4PU/s1280/diferensiasi.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="714" data-original-width="1280" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh39_JEGrHLheF6fg4f-qorcu7rCdoHJjK4Wcs7FS8m1zhnTUNMXxOYHVFzbae86vmbXIH2wWtCTGMQJKkNVxfigE85IaKGEz_38It3CdtDo8lOnq3GFln8hm0LswJFoLqkjH9FvUU34gMiVq8QMhoPKwDvl1FDIBYNyMn7sQC-Uk6_7xAtp-dGP4PU/w521-h292/diferensiasi.png" width="521" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Pembelajaran berdiferensiasi adalah Serangkaian keputusan masuk akal yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid Dalam membantu kesuksesan belajar siswa guru menyesuaikan konten, proses, produk, yang sejalan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran sesuai dengan pemenuhan kebutuhan murid. </p><p style="text-align: justify;">Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, dengan melakukan identifikasi dan asesmen yang didapat melalui berbagai macam sumber diantaranya adalah hasil penilaian murid pada kelas sebelumnya, hasil wawancara dengan rekan sejawat, komunikasi dengan orang tua. Sehingga dari riset kecil ini guru mengetahui kebutuhan belajar masing-masing murid.</p><p style="text-align: justify;">Menurut Tomlinson (2001) dalam <i>How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom</i> menyampaikan bahwa asfek kbutuhan belajar murid ada 3 :</p><div style="text-align: justify;"><div>1.<span style="white-space: pre;"> </span>Kesiapan Belajar (readiness)</div><div>2.<span style="white-space: pre;"> </span>Minat</div><div>3.<span style="white-space: pre;"> </span>Profil Belajar Murid</div><div><br /></div><div>Karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, guru tidak bisa memperlakukan muridnya dengan cara yang sama sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi guru tidak perlu mendatangi murid satu-persatu untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Dan tidak berarti juga pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.</div><div><br /></div><div><div>Ciri-ciri dan Karakteristik Pembelajaran berdiferensiasi diantaranya adalah : </div><div><br /></div><div>1.Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.</div><div><br /></div><div>Tujuan pembelajaran dapat dapat dipahami murid-muridnya, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya, penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid misalnya menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. </div><div><br /></div><div>2.Guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi . </div><div><br /></div><div>3.Manajemen kelas yang efektif.</div><div> Guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif. </div><div><br /></div><div>4.Penilaian berkelanjutan. </div></div><div>Guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, </div><div><br /></div><div><div>Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi : </div><div><br /></div><div><b>a.<span style="white-space: pre;"> </span>Tahap Persiapan</b></div></div><div><br /></div><div><div><ul><li>Menyiapkan sumber belajar yang terdiri dari poster yang berhubungan dengan materi/konten, berbagai macam bacaan dengan tingkat kesulitan yang berbeda, artikel dari majalah, komik yang brhubungan dengan materi, video dari youtube, kartu-kartu yang berisi petanyaan.</li><li>Menyiapkan daftar kegiatan dengan intruksinya. Diantaranya adalah membaca buku/komik/artikel, </li><li>Mengamati poster/diagram, mendiskusikannya, dan membuat ringkasan</li><li>Mewanwancai dengan sumber yang relevan dengan materi</li><li>Menjawab kartu-kartu yang berisi pertanyaan.</li></ul><div><b>b. Tahap Peklaksanaan</b></div></div></div><div><br /></div><div><div><ul><li>Memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan konnsep kunci yang harus dikuasai , melalui tanya jawab, dan contoh-contoh.</li><li>Membagi kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan membaca.</li><li>Mejelaskan kepada muridnya bahwa dalam waktu satu minggu setiap kelompok harus menyelesaikan tugas yang telah dibuat dalam perencanaan.</li><li>Mengobservasi pemahaman murid, memberikan pertanyyan dan memberi bantuan kepada murid yang memerlukan tantangan lebih, memperlihatkan video kepada murid yang memerlukan pemahaman tambahan</li></ul></div></div><div><br /></div><div><b>c. Tahap Penilaian</b></div><div><br /></div><div><div><ul><li>Guru memberikan penilaian secara berjenjang sesuai dengan tingkatkemampuan pemahaman.</li><li>Pemahaman kurang dengan tugas membuat diagram dengan penjelasan sederhana</li><li>Pemahaman sedang dengan tugas membuat narasi dengan kosa kata yang lebih bervariasi</li><li>Pemahaman tinggi dengan membuat sebuah cerita kreatif dengan kalimat dan kosa kata yang lebih sulit</li></ul><div>Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. </div></div></div><div><br /></div><div><div>Terdapat tiga strategi diferensiasi diantaranya;</div><div><br /></div><div><b>1.Direfensiasi konten</b></div><div>Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya.</div><div>Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.</div></div><div><br /></div><div><div><b>2.Diferensiasi proses</b></div><div>Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari.</div><div><br /></div><div><b>3.Diferensiasi produk</b></div><div>Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.</div></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/CWGC6tH2SiE" width="320" youtube-src-id="CWGC6tH2SiE"></iframe></div><br /><div><br /></div><div><br /></div><div><div>Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya.</div><div><br /></div><div> Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.</div><div><br /></div><div>Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif,</div><div><br /></div><div> Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah</div></div><div><br /></div><div><div><ol><li>Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk<i> Learning Community</i>) </li><li>Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.</li><li>Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal.</li><li>Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan </li></ol><div>Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif. Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. </div><div><br /></div><div>Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung pembelajaran berdiferensiasi. </div></div></div><div><br /></div><div><i>Sumber Materi : Program Pendidikan Guru Penggerak</i></div><div><i>Bahan Ajar Modul 2</i></div><div><i>Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd</i></div><div><i>Siti Luthfah, M. Pd</i></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-53807845458205473042022-10-29T09:20:00.005-07:002022-10-29T09:20:45.496-07:00RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA Modul 1.4<p><b style="text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif;"> Membangun Budaya Positif Kelas
dengan Segitiga Restitusi</span></b></p><p><b style="text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif;"><br /></span></b></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><b>a.<span style="white-space: pre;"> </span>Latar Belakang</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Budaya positif adalah kebiasaan-kebiasan yang dilakukan bersama-sama yang mempunyai nilai positif. Budaya positif dibangun untuk meberukan arah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam hal ini murid, sehingga dalampemenuhan kebutuhan dasar tersebut tidak berbenturan dengan murid lainnya.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB34E3-rLWx6D0NpLqZ8U-itcfpMURJ81ZlBowGldw9FuCKiHUasK6lskeSBUybjHSNjOeYvRY7Cap5q4S0gFvd3Tt-iGJ5_pzTrgygedhQA8jhrg0zlQW1Sq5ECiGUvCQiKQ1Si6AslKAkzRfMEZNmieJvvZ5ysm8l7JXORYu8LzCn5i71Ds5yiZO/s1000/loka%201.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="750" data-original-width="1000" height="404" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB34E3-rLWx6D0NpLqZ8U-itcfpMURJ81ZlBowGldw9FuCKiHUasK6lskeSBUybjHSNjOeYvRY7Cap5q4S0gFvd3Tt-iGJ5_pzTrgygedhQA8jhrg0zlQW1Sq5ECiGUvCQiKQ1Si6AslKAkzRfMEZNmieJvvZ5ysm8l7JXORYu8LzCn5i71Ds5yiZO/w538-h404/loka%201.jpg" width="538" /></a></div><br /><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Membangun budaya positif diawali dengan kesepakatan kelas yang dibuat secara Bersama-sama dan untuk dipatuhi secara bersama pula. Kesepakatan yang dibuat bersama akan menimbulkan rasa saling memiliki dan tanggungjawab bersama.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Peran calon guru penggerak sangat dibutuhkan dalam hal ini sehubungan dengan nilai-nilai guru penggerak yang harus diterapkan. Budaya positif perlu dibangun dalam suatu kelas. Untuk mewujudkan budaya positif harus dimulai dari diri, diterapkan dikelas , selanjutnya mengajak teman sejawat secara bersama menerapkan dikelas masing-masing hingga tercipta budaya positif sekolah.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Keyakinan kelas berperan penting dalam pembelajaran, jika guru dan murid melaksanakan dengan penuh kesadaran dan menjadi kebiasaan maka akan menjadi budaya positif yang berdampak bukan hany perilaku dikelas melainkan akan terbawa juga pada kehidupan sehari-hari dilingkungannya.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Dengan demikian, membangun budaya positif di sekolah dimulai dari disiplin positif dari masing-masing individu, membudaya di kelas dan akhirnya menjadi budaya positif sekolah, tentu dimulai dari komunikasi yang efektif dengan murid, Kepala sekolah dan rekan sejawat. </span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><br /></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><b>b.<span style="white-space: pre;"> </span>Tujuan</b></span></p><p style="text-align: left;"></p><ol style="text-align: left;"><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Mendorong murid untuk mempunyaikeyakinan baik</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Menyampaikan materi budaya positif dengan rekan guru di sekolah</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Berkomunikasi dengan guru sekolah lain pada forum KKG</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Murid memiliki semangat kolaborasi serta tanggung jawab</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Meningkatan komunikasi guru dengan murid</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Mewujudkan budaya positif sekolah.</span></li></ol><p></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><b>c.<span style="white-space: pre;"> </span>Tolok Ukur</b></span></p><p style="text-align: left;"></p><ol style="text-align: left;"><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Murid mampu berperilaku baik dengan kesadaran sendiri</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Murid mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman dan guru kearah positif</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Murid mampu memberikan umpan balik dalam kegiatan pembelajaran.</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Murid mampu berinovasi dengan materi pelajaran yang diberikan.</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Murid mampu menjaga kedamaian di kelas</span></li><li><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Tumbuhnya motivasi dari dalam diri murid untuk berperilaku baik</span></li></ol><p></p><p><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="text-align: center;"></span></span></p><div style="text-align: left;"><div><b>D. Kesimpulan</b></div><div><br /></div><div>Melaksanakan aksinyata pada modul 1.4 ini mempunyai tantangan tersendiri karena bisa direalisasikan secara nyata bekerjasama dengan murid dan berdampak langsung pada perilaku murid dalam keseharian di kelas. Dibutuhkan nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. </div><div>Sebagai calon guru Penggerak semoga kedepannya bisa memberikan kontribusi nyata lebih banyak lagi untuk sekolah dan terutama untuk murid. Semoga aporan ini semakin menambah semangat bagi penulis sebagai refleksi diri untuk semakin berperan dalam perubahan yang semakin baik demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.</div><div><br /></div><div><i>Dibuat untuk pemenuhan tugas :</i></div><div><i>Modul 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Modul 1.4</i></div><div><i>Calon Guru Penggerak Angkatan 6</i></div><div><br /></div></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-65430043888396429612022-10-20T05:42:00.002-07:002022-10-20T05:42:09.274-07:00Segitiga Restitusi Untuk Mewujudkan Budaya Positif<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDtKUZ2Lq2cRXg70bweiOsiTcrwncbNaitIq8K4Yok9z7NfgV6HtGc_qwOGe9x2bzHCLnWE2pu7bqvQJiz7LTtrvES6fc6RO4fZ4Wh96QyAY5ooQOLqMjGn-hylpekcHGLiajGXEj4a-Hqnk6EZFKm5zLJyba0nb0QjlI5KdTzLyB3Yw9dCTePBxyI/s1699/penerapan%20khp.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="944" data-original-width="1699" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDtKUZ2Lq2cRXg70bweiOsiTcrwncbNaitIq8K4Yok9z7NfgV6HtGc_qwOGe9x2bzHCLnWE2pu7bqvQJiz7LTtrvES6fc6RO4fZ4Wh96QyAY5ooQOLqMjGn-hylpekcHGLiajGXEj4a-Hqnk6EZFKm5zLJyba0nb0QjlI5KdTzLyB3Yw9dCTePBxyI/w504-h281/penerapan%20khp.png" width="504" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Setiap sekolah mempunyai peraturan dan tata tertib yang tujuannya adalah menegakkan disiplin supaya anggota sekolah menaati tata tertib yang telah dibuat. Tata tertib dibuat dalam rangka sebagai fungsi control warga sekolah dalam pemenuhan kebutuhan dasar warga sekolah agar tidak berbenturan antara satu dengan yang lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Upaya penegakan disiplin di sekolah selalu berujung pada hukuman dan konsekwensi</p><p style="text-align: justify;">Dr. William Glasser dalam <i>Control Theory</i> meluruskan pemahaman tentang konsep Kontrol diantaranya adalah bahwa guru sebenarnya tidak bisa mengontrol perilaku murid, dan jika pada saat tertentu murid berbuat sesuatu atas perintah guru karena pada saat itu murid sedang mengijinkan dirinya untuk dikontrol</p><p style="text-align: justify;"> Mengontrol murid dengan penguatan positif berupa bujukan, membuat kritik sehingga murid merasa bersalah, dan guru memiliki hak untuk memaksa adalah keberhasilan jangka pendek dan berakibat buruk pada jangka panjang karena kontrol yang dilakukan guru bertentangan dengan kebutuhan dasar manusia,yang akan membentuk sebuah hubungan permusuhan dan identitas gagal bagi murid.</p><p style="text-align: justify;">Nilai kedisiplinan positip yang diterapkan disekolah adalah bentuk kontrol diri agar mencapai tujuan mulia yang memuat nilai-nilai kebajikan universal, yang diyakini bersama dalam rangka mencapai profil pelajar pancasila.</p><p style="text-align: justify;">Nilai-nilai yang dimiliki oleh guru penggerak akan memperkuat peran guru penggerak (modul1.2) dalam mewujudkan budaya positif disekolah. Filosofi dasar pemikiran KHD (1.1) digunakan sebagai kontrol perilaku murid, karena murid pada dasarnya sudah mempunyai keyakinan sendiri yang memerlukan pendampingan guru agar keyakinan diri tersebut menjadi keyakinan yang universal sebagai dasar pencapaian visi guru penggerak(1.3)</p><p style="text-align: justify;">Penerapan disiplin positif (1.4) dengan segitiga restitusi menguji seorang guru untuk betul-betul mampu menerapkan peran dan fungsi guru penggerak. </p><p style="text-align: justify;">Segitiga restitusi menjadikan siswa sebagai pribadi yang dihargai jati dirinya karena murid berkesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukannya dengan keyakinan yang dimiliki dan sesuai dengan kebajikan universal.</p><p style="text-align: justify;">Untuk mencapai visi mewujudkan profil pelajar Pancasila harus dibarengi dengan lingkungan yang berbudaya positif. Menciptakan budaya positif dengan mendorong motivasi dari dalam diri murid akan lebih baik walaupun memerlukan proses panjang dari pada memberi motivasi dengan hadiah atau hukuman.</p><p style="text-align: justify;">Modul 1.4 ini membawa pemahaman yang berlaku selama ini bahwa untuk menciptakan budaya positif diperlukan dorongan berupa pujian, hadiah, bahkan kritik agar murid lebih termotivasi lebih baik, dan pemberian hukuman sebagai konsekuensi dari sebuah pelangaran. Ternyata hal tersebut dalam jangka panjang akan menjadikan murid ketergantungan dan membentuk pribadi yang gagal.</p><p style="text-align: justify;"> Segitiga restitusi membuat saya menyadari bahwa sesuai dengan filosofi KHD setiap murid mempunyai keyakinan dan disinilah peran guru untuk menuntun murid menuju keyakinan universal agar murid benar-benar menemukan jatidirinya menjadi pribadi yang benar-benar utuh.</p><p style="text-align: justify;">Sebuah contoh kasus ketika seorang murid laki-laki dengan sengaja memegang pipi guru perempuan didepan teman-temannya. Tentu hal yang seharusnya tidak dilakukan. Murid melakukan ini mungkin tidak menyadari bahwa hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="376" src="https://www.youtube.com/embed/4rozZ6vk8AE" width="453" youtube-src-id="4rozZ6vk8AE"></iframe></div><p style="text-align: justify;">Mengetahui hal yang demikian tentu saya harus mengambil tindakan agar murid menyadari hal tersebut. Saya mencoba menerapkan tahapan-tahapan yang ada dalam segitiga restitusi. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk menggali keyakinan murid tersebut. Menuntun dalam sistem among sangat tepat, dorongan dan alasan apa yang membuat murid melakukan perbuatannya, selanjutnya diarahkan kepada tindakan yang mengacu pada kebenaran umum, dan akhirnya murid menyadari bahwa tindakannya tidak seharusnya dilakukan dan ada keinginan untuk memperbaiki kesalahan.</p><p style="text-align: justify;">Dari pengalaman ini ternyata kesalahan tidak harus diakhiri dengan hukuman seperti yang selama ini saya lakukan. Pada kasus-kasus tertentu tanpa sadar dalam penanganan kasus sampai pada validasi tindakan yang salah namun ketika murid menyadari kesalahannya masih berakhir pada hukuman atau konsekuensi dengan tujuan murid tidak lagi mengulangi kesalahannya.</p><p style="text-align: justify;">Penerapan budaya positif pada modul 1.4 ini memberi perubahan cara berfikir yang segnifikan, disiplin tidak harus dengan pujian atau hukuman karena akan menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang. Lima posisi kontrol dari Diane Gossen menjadi referensi penting dalam penerapan disiplin positif dan diakhiri dengan segitiga restitusi.</p><p style="text-align: justify;">Semoga kedepan semua warga sekolah nyaman dalam iklim pembelajaran dengan nilai kebajikan yang diyakini Bersama menuju terwujudnya merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila.</p><p style="text-align: justify;"><i>Sudadi</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Calon Guru Penggerak Angakatan 6 </i></p><p style="text-align: justify;"><i>Kabupaten Rembang</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Dalam pemenuhan tugas 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Modul 1.4.</i></p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-86700593000948509512022-09-19T09:14:00.004-07:002022-09-21T02:38:54.564-07:00Nilai-Nilai Guru Penggerak<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZGHVWEpxByDB4rTIbkWZpvEKbflUX9lKP6cXJb582tbKNg-fuAfBORS8H-RTtKGm9bRniIaTi4XZzyHZe6Eiu26xpiQg0RzTBGA_7B_8RaQ-8eSLmIWGg6UcCLwAcZHMUa4ytYerAm7PEJwhFgFPS5qihr1EHddiq62bEn4facyoWxTOtJOZkoO0u/s1777/Nilai%20Guru%20Penggerak.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="973" data-original-width="1777" height="313" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZGHVWEpxByDB4rTIbkWZpvEKbflUX9lKP6cXJb582tbKNg-fuAfBORS8H-RTtKGm9bRniIaTi4XZzyHZe6Eiu26xpiQg0RzTBGA_7B_8RaQ-8eSLmIWGg6UcCLwAcZHMUa4ytYerAm7PEJwhFgFPS5qihr1EHddiq62bEn4facyoWxTOtJOZkoO0u/w571-h313/Nilai%20Guru%20Penggerak.png" width="571" /></a></div><br /><p></p><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Kehadiran nilai -nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak</span></div></blockquote><p style="text-align: justify;">Guru Penggerak diharapkan untuk memimpin dan mengelola perubahan. Sebagai pemimpin perubahan, Guru Penggerak diharapkan mulai berlatih dan mengadopsi kebiasaan “berpikir sistem” sebagai pendekatan holistik yang berfokus pada bagaimana bagian-bagian penyusun sebuah ekosistem pendidikan saling terkait dan bagaimana bagian-bagian tersebut dari waktu ke waktu bekerja secara simultan dalam konteks lain atau sistem lain yang lebih besar.</p><p style="text-align: justify;">Setiap perubahan berarti datang pula gangguan atau kekacauan. Akan ada perbedaan pendapat yang harus dipahami, didamaikan. Guru Penggerak perlu “membangun keselarasan atau koherensi” secara efektif untuk menuntun yang lain melampaui perbedaan dan menerima perbedaan yang muncul ke permukaan</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/3yOIOAqtzXw" width="320" youtube-src-id="3yOIOAqtzXw"></iframe></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>1. Berpihak pada Murid</b></p><p style="text-align: justify;"> Guru Penggerak untuk selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid. Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak harus didasari oleh semangat untuk memberdayakan dirinya serta memanfaatkan aset/kekuatan yang ada untuk menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta berkualitas bagi muridnya.</p><p style="text-align: justify;">Segala hal yang Guru Penggerak lakukan, harus mengesampingkan kepentingan diri sendiri, maupun pihak lain, Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, akan selalu berpikir mengenai pertanyaan utama yang mendahulukan muridnya, seperti:</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li> “apa yang murid butuhkan?”,</li><li> “apa yang bisa saya lakukan agar suasana belajar dan proses pembelajaran ini lebih baik?”, </li><li>“bagaimana saya dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi anak untuk mewujudkan dunia yang mereka idamkan?”, </li></ul><p></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJlyRnPEKeL63zpiRStzvOLgjQJmxa03lbxMH7vFEQX7eELhSArVC5QGls5pfbWFnxh3OIWaVetrFjXAVgslcXmyeRf8YAf_9sKYkfXRjwBgxFnLqyfg6PSAR73CFBaukrbJWCncwBjL4-MT-XJdVNj66TjsUamCN0enQ_h9u0k0YjRuBXMehg9wRB/s4000/20220718_092244.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1800" data-original-width="4000" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJlyRnPEKeL63zpiRStzvOLgjQJmxa03lbxMH7vFEQX7eELhSArVC5QGls5pfbWFnxh3OIWaVetrFjXAVgslcXmyeRf8YAf_9sKYkfXRjwBgxFnLqyfg6PSAR73CFBaukrbJWCncwBjL4-MT-XJdVNj66TjsUamCN0enQ_h9u0k0YjRuBXMehg9wRB/w605-h272/20220718_092244.jpg" width="605" /></a></div><br /><b><br /></b><p></p><p style="text-align: justify;"><b>2. Mandiri</b></p><p style="text-align: justify;">Guru Penggerak harus terus belajar dan belajar untuk meningkatkan kompetensi dirinya.. Ini juga berarti seorang Guru Penggerak harus senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan. Guru Penggerak yang mandiri termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain. </p><p style="text-align: justify;">Seyogyanya, dalam membawakan perubahan yang positif, pendidik perlu memahami psikis-fisik-etis-estetis manusia dan pedagogis (pendidikan anak). Hal itu selaras dengan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa seorang guru harus menguasai lima ilmu yaitu:</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li> ilmu hidup batin (psikologis), </li><li>ilmu hidup jasmani (fisiologis),</li><li> ilmu kesopanan (etika), </li><li> ilmu keindahan (estetika), dan </li><li> ilmu pendidikan (pedagogis) . </li></ul><p></p><p style="text-align: justify;">Dengan demikian, Guru Penggerak harus secara sengaja merencanakan dan melakukan perbaikan diri sehingga makin menguasai dan makin ahli dalam apapun yang dianggap perlu untuk membawakan perubahan yang berpihak pada murid. Guru Penggerak yang mandiri memiliki daya lenting dan terpacu untuk memperhatikan kualitas kinerja dan hasil kerja mereka. Mereka beranjak dari “kekaburan dan ketidaktepatan” menuju “keelokan dan ketepatan” kualitas kinerja dan hasil kerja mereka</p><div style="text-align: justify;"><div><b>3. Reflektif</b></div><div><br /></div><div>Selalu memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positifapresiatif-produktif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak memanfaatkan pengalaman sebagai pembelajaran untuk menuntun dirinya, murid, dan sesama dalam menangkap pembelajaran positif, sehingga mampu menjalankan perannya dari waktu ke waktu.</div><div><br /></div><div>Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif, memiliki daya saing yang tinggi karena mereka sadar akan hakikat persaingan. Mereka akan bersaing dengan potensi dan upaya diri mereka sendiri. Dengan begitu, mereka terus mengupayakan peningkatan efikasi dirinya, bagaimana mendorong dirinya untuk membuat pilihan-pilihan masuk akal dan bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas kinerja dan hasil kerjanya, serta bergeser dari dorongan perubahan diri yang sifatnya eksternal menuju penguatan dorongan diri yang bersifat internal.</div><div><br /></div><div>Refleksi yang baik dapat membantu mengubah pengalaman menjadi proses pembelajaran yang memberdayakan baik individu maupun kelompok dalam meningkatkan dan mengungkap potensi mereka. model refleksi yang dapat diadopsi dan mulai dibiasakan untuk dilakukan.</div><div><br /></div><div><b>Model Refleksi</b></div><div><br /></div><div><div>Model refleksi 5M</div><div>Model refleksi ini diadaptasi dari model 5R (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan (2013)). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:</div><div><ol><li>Mendeskripsikan <i>(Reporting)</i>: menceritakan ulang peristiwa yang terjadi</li><li>Merespon <i>(Responding)</i>: menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.</li><li>Mengaitkan <i>(Relating</i>): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.</li><li>Menganalisis <i>(Reasoning):</i> menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.</li><li>Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang</li></ol></div></div><div><div><b>4. Kolaboratif</b></div><div><br /></div><div> Guru Penggerak mampu senantiasa membangun daya sanding, memperhatikan pentingnya salingtergantung yang positif terhadap seluruh pihak yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya keberpihakan pada murid.</div><div><br /></div><div>Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa saling percaya dan saling menghargai, serta mengakui dan mengelola kekuatan serta perbedaan peran tiap pemangku kepentingan di sekolah, sehingga tumbuh semangat saling mengisi, saling melengkapi. Semangat pembelajaran tim. </div><div><br /></div><div><b> 5. Inovatif</b></div><div><b><br /></b></div><div>Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Dengan demikian, nilai inovatif ini juga mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-royong) dan pemberdayaan aset/kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi bersama. </div><div><br /></div><div>Agar nilai inovatif muncul, maka diperlukan fleksibilitas (daya lentur) dari seorang Guru Penggerak. Mereka berkenan mengadopsi multiperspektif, mencari dan membuat alternatif, mengubahsuaikan gaya dan kecenderungan lama, untuk mewujudkan perubahan dan bergeser dari pandangan yang ego-sentris serta sempit menuju pandangan-pandangan alternatif dan luas. Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang menyerah (daya lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran murid</div></div><div><br /></div><div><i>Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Tehnologi</i></div><div><i>Program pendidikan Guru Penggerak</i></div><div><i>Aditya Dharma, S.Si, M.B.A.</i></div><div><br /></div></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-17396761032247793242022-09-17T19:06:00.004-07:002022-09-17T19:27:50.463-07:00Membentuk Kepemimpinan Murid (Student Agency) dalam Pembelajaran<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU7hYwWJD-L-ipIhNHaGqEHpvTFH2zz6I34sCpQtSghO0BP0fdK-TXU0wF0SayvvA55qLqNsIriLiq29W2ZPBwuMtA4-W9g_hTUEIcW1A-H8lHO9fLi7ivPp5knbQyq9G63ubihxyPjk4DByJQaNrsBqQSqq40aB-pLQw2QBL5_f2EGJ7dNBczcG-3/s1094/Guru%20Penggrak.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1094" data-original-width="1080" height="348" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU7hYwWJD-L-ipIhNHaGqEHpvTFH2zz6I34sCpQtSghO0BP0fdK-TXU0wF0SayvvA55qLqNsIriLiq29W2ZPBwuMtA4-W9g_hTUEIcW1A-H8lHO9fLi7ivPp5knbQyq9G63ubihxyPjk4DByJQaNrsBqQSqq40aB-pLQw2QBL5_f2EGJ7dNBczcG-3/w344-h348/Guru%20Penggrak.jpg" width="344" /></a></div><br /><span style="font-size: medium;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Salah satu peran Guru Penggerak adalah membentuk kepemimpinan murid ( student Agency). Diperlukan strategi khusus dalam hal ini, guru harus menguasai karakter murid-muridnya, membentuk lingkungan belajar yang berpihak pada murid.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">UU RI No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum Pasal 1, No.1, menyatakan: <i>“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”</i> </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Pernyataan tersebut merupakan penguatan bahwa pendidik harus menuntun segala kekuatan kodrat anak dari dalam.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Murid hendaknya menjadi pertimbangan utama dalam merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, sebagai guru kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran sehingga potensi murid dapat dikembangkan secara maksimal. Konsep kepemimpinan murid berakar pada bahwa setiap murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran dalam upaya pembentukan kepemimpinan murid, guru berupaya mendorong murid-murid untuk mampu membuat keputusan, pilihan atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka sendiri.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Dalam pembentukan kepemimpinan murid peran guru lebih sebagai pendamping siswa dalam mengembangkan potensi kepemimpinan murid. Guru harus mampu untuk mengurangi dominasi terhadap murid, dan mendorong murid untuk memiliki kebebasan yang terkontrol atas diri mereka sendiri.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Saat murid sudah dapat mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran, hubungan guru dengan murid tentu saja akan mengalami perubahan. Hubungan yang terjalin akan lebih bersifat kemitraan. Guru dapat membangun suasana yang menghargai murid, mendengarkan murid dengan tulus dan perhatian, membangun pemahaman lewat dialog atau komunikasi dengan murid dan menempatkan murid pada posisi kemudi dalam proses pembuatan keputusan.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> Tiga aspek pada murid yang harus digali dalam upaya pembentukan kepemimpinan murid meliputi :</span></p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li><span style="font-size: medium;"> suara (voice),</span></li><li><span style="font-size: medium;"> pilihan (choice) dan</span></li><li><span style="font-size: medium;"> kepemilikan (ownership). Suara (choice)</span></li></ol><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Dapat digambarkan sebuah kondisi dimana guru tidak hanya memberikan kesempatan kepada murid untuk mengomunikasikan ide atau pendapat tetapi bagaimana seorang guru dapat memberdayakan murid-muridnya agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sebuah perubahan. Pilihan murid (choice) merupakan sebuah upaya mendorong murid-murid untuk mengambil peran dan tanggung jawab dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih apa dan bagaimana mereka akan belajar.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Menurut Bandura (1997) memberikan murid pilihan dapat meningkatkan motivasi dan otonomi murid yang memberikan dampak positif pada efikasi diri dan motivasi murid. Kepemilikan dalam belajar (ownership) mengacu pada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, minat pribadi seseorang dalam sebuah proses pembelajaran. Saat murid terhubung secara fisik, kognitif, sosial emosional dengan apa yang dipelajari terlibat aktif dan menunjukkan minat yang tinggi dalam proses pembelajaran kita dapat menyimpulkan bahwa kepemilikan dalam belajarnya (ownership) tinggi. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Selain suara pilihan dan kepemilikan murid ada hal yang tidak kalah penting untuk kita perhatikan yaitu tentang karakteristik lingkungan yang mendukung terciptanya kepemimpinan murid. Ada beberapa karakterisktik lingkungan yang dapat kita siapkan dalam upaya pengembangan kepemimpinan murid. Seperti lingkungan yang dapat menyediakan kesempatan untuk murid mengembangkan pola pikir positif dan merasakan emosi positif. Lingkungan yang mengembangkan ketrampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademiknya.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri sesama serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu kelompok maupun golongan. Lingkungan yang berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri. Dan lingkungan yang dapat menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit ditengah kesempatan dan kesulitan.</span></p><p style="text-align: justify;">Salam Perubahan.</p><p style="text-align: justify;">Tergerak, bergerak, dan menggerakkan.</p><p style="text-align: justify;">Perbaikan dan masukan silakan tulis dikolom komentar.</p><p style="text-align: justify;">Salam Guru Penggerak</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;">Referansi Materi : </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><span></span></span></p><a name='more'></a><span style="font-size: medium;"><i>Pendidikan Guru Penggerak</i></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"><i>Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak </i></span><i style="font-size: large;">Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan, Riset dan Tehnologi</i></p>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-32612201740132169812022-09-09T06:04:00.004-07:002022-09-12T03:23:10.239-07:00Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 - Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: medium;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyIJkwky3gcmPXLwqcAaHClk1MY6vlBPMvk2-xovA0G1rgGE8B6cfQK4Mk6IaZsJCB881qCXkcSh9_EQfsHijpBBoFXd8863P_vN32zue6S1QkHLxCxQ3rcxwV7sbDYaTJQ9hnhDaxwTu1nKsbimerPguX3kj5g5j5-w8WLpwkHgtrvGle6bVyzxUD/s1895/sore%20ini%202.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="730" data-original-width="1895" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyIJkwky3gcmPXLwqcAaHClk1MY6vlBPMvk2-xovA0G1rgGE8B6cfQK4Mk6IaZsJCB881qCXkcSh9_EQfsHijpBBoFXd8863P_vN32zue6S1QkHLxCxQ3rcxwV7sbDYaTJQ9hnhDaxwTu1nKsbimerPguX3kj5g5j5-w8WLpwkHgtrvGle6bVyzxUD/w664-h256/sore%20ini%202.png" width="664" /></a></span></div><span style="font-size: medium;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;">Prinsip dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia, dimana pendidikan menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang merdeka, leluasa dalam mengembangkan kompetensi yang ada pada dirinya.</p><p style="text-align: justify;">Pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan budi pekerti, menempatkan guru menjadi pribadi yang <i>Ing Ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani</i>.</p><p style="text-align: justify;">Pendidik berperan sebagai sosok dewasa yang menuntun dan mengarahkan agar peserta didik dapat menemukan jati diri peserta didiknya.</p><div><div style="text-align: justify;"><b><i>Ing Ngarsa Sung Tuladha </i></b>, artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas<i> digugu dan ditiru</i> dalam kutipan dan perbuatannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b><i> Ing Madya Mangun Karsa </i></b>, artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Tut Wuri Handayani </b></i>, artinya seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus membimbing, menopang dan menunjuk arah yang benar-benar bagi hidup dan karya anak didiknya.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Pendidikan adalah dasar fundamental yang menjadi arah kemana pribadi siswa kedepan akan terbentuk. Dan guru memegang peran penting dalam hal ini.</div><div style="text-align: justify;">Guru adalah sosok inspirator bagi siswa dan siswinya di mata murid guru adalah pribadi yang sempurna karena apa yang dilakukan guru akan dicontoh oleh muridnya. Menjadi inspirator, Fasilitator dan motivator untuk murid-muridnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">a. </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> a. </span></span><!--[endif]--><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pengajaran <i>(onderwijs)</i></span></b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"> adalah bagian
dari Pendidikan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi
ilmu atau berfaedah
untuk kecakapan hidup
anak secara lahir
dan batin. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">b. </span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pendidikan <i>(opvoeding)</i></span></b><i><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"> </span></i><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">memberi
tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar ia mampu
mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai seorang manusia
maupun sebagai anggota
masyarakat.</span></p></div><div><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Jadi menurut KHD
(2009), “<i>pendidikan dan
pengajaran merupakan usaha
persiapan dan persediaan untuk
segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang
seluas-luasnya</i>”</span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih
kebudayaan dalam masyarakat. KHD
memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang
beradab maka pendidikan menjadi
salah satu kunci
utama untuk mencapainya.
Pendidikan dapat menjadi
ruang berlatih dan
bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan
yang dapat diteruskan atau
diwariskan.</span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pembelajaran tidak lepas juga dari asas Tri-Kon Ki
Hajar Dewantara, yang terdiri dari tiga asas yang berawalan – kon. Yaitu yaitu
kontinyu, konvergen dan konsentris Kontinyu berarti belajar dilakukan secara
terus menerus, konvergen berarti materi pembelajaran dari berbagai sumber dan konsentris
berarti pengembangan pendidikan yang dilakukan harus berdasarkan
kepribadian kita sendiri</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"> Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan
dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi
mandiri (merdeka lahir).
Kekuatan diri (kodrat)
yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan
tanpa terperintah oleh orang lain.<o:p></o:p></span></p></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/qXiqbaxywGk" width="320" youtube-src-id="qXiqbaxywGk"></iframe></div><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pendidikan Yang Menuntun<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pendidikan yang menuntun
dapat dianalogikan sebagai seorng petani yang menanam bibit jagung. Jagung akan
tumbuh subur apabila disemai pada lahan yang subur, dengan pengairan yang
cukup, serta perawatan yang baik dari
pak tani, walaupun jagung tersebut berasal dari bibit yang kurang baik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Sebaliknya sebaik apapun
bibit jagung jika ditanan dilahan yang gersang, tanpa sinar matahari, tidak ada
perawatan dari pak tani, maka jagung tersebut tidak akan tumbuh dengan baik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Petani adalah guru, dan
bibit jagung adalah murid. </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Petani
tidak bisa merubah jagung menjadi padi. Petani hanya bisa merawat agar jagung
tumbuh dengan baik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Kodrat
Alam dan Kodrat Zaman<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam
dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan
dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan
dengan “isi” dan “irama”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai
dengan alam dan zaman. Pendidikan sat ini menuntut anak untuk tanggap dengan
perkembangan tehnologi yang begitu cepat, tetapi dengan kodrat alam anak harus
mampu menyesuaikan diri dan berpegang teguh terhadap kultur budaya lingkungan yang
mereka miliki. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"> </span></p>
<p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Budi
Pekerti<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Budi pekerti, atau
watak atau karakter
merupakan perpaduan antara gerak
pikiran, perasaan dan
kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga. Budi
pekerti juga dapat
diartikan sebagai perpaduan
antara Cipta (kognitif),
Karsa (afektif) sehingga
menciptakan Karya (psikomotor).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Lebih lanjut KHD
menjelaskan, keluarga menjadi
tempat yang utama
dan paling baik untuk melatih
pendidikan sosial dan
karakter baik bagi
seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang
sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti
(pembentukan watak individual).
Keluarga juga merupakan sebuah
ekosistem kecil untuk
mempersiapkan hidup anak
dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><b>Penerapan filosofi Pemikiran KHD di sekolah</b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Merdeka Belajar adalah cara belajar yang memberi kebebasan terhadap siswa
untuk mengembangkan potensinya dengan tuntunan guru.</span><span lang="FI" style="background: white; color: #343434; font-family: Roboto; letter-spacing: 0.15pt; line-height: 107%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Momong,
Among, Ngemong, berdasarkan fase-fase tertentu yang menuntut peran pendidik denga
nisi dan peran yang berbeda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Beberapa penerapan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara diantaranya adalah
:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">a<b>.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> 1. </span></b></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><b>Kesepakatan Kelas</b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Peraturan
kelas harus bersifat luas dan luwes. Peraturan harus dibuat dengan kesepakatan.
Anak diberi keleluasaan dengan membuat peraturan kelas yang disepakti bersama. </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Apa yang mereka sampaikan adalah cerminan pemikiran yang
pada akhirnya nanti bisa mereka lakukan tanpa ada paksaan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> 2. </span></span><!--[endif]--></b><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><b>Bermain peran</b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Sifat
anak-anak adalah bermain. Permainan yang ada dilingkungan mereka salah satunya
adalah gobag sodor. Ada nilai-nilai karakter di dalamnya, diantaranya adalah
tanggungjawab, disiplin, Kerjasama. </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Pada
pelajaran PJOK permainan ini bisa kita berikan. Guru memberikan kebebasan
kepada siswa untuk bermain sesuai dengan model yang berlaku dilingkungganya.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;"><b>Kesimpulan dan Refleksi</b></span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">1. Murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Sebelum mempelajari modul 1.1. saya beranggapan bahwa murid seperti botol kosong yang bisa kita isi dengan apapun tanpa memperhatikan bentuk dan ukuran botol tersebut. Sesudah mempelajarimodul 1.1. saya sadar bahwa isi botol tidak akan bisa merubah bentuk dan ukuran botol. Botol sudah mempunya bentuk dan ukuran (kodrat alam) saya hanya bisa membuat tampilan botol tersebut lebih baik dan menarik. Sedangkan barang yang kitaisikan ke botol adalah materi yang sesuai dengan bentuk dan ukuran botol (kodrat jaman). Demikian juga dengan memperlakukan murid. Mereka sudah mempunyai potensi yang bisa kita bina sehingga potensi bisa tumbuh dengan maksimal.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">2. Perubahan perilaku setelah mempelajari modul 1.1. Saya harus meninggalkan kegiatan menghukum siswa dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, dan saya harus melakukan pendekatan yang lebih humanis dan holistik, untuk membangun kesadaran dan karakter mereka.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"> 3. Penerapan tindakan dalam kelas yang mencerminkan pemikiran KHD.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Saya akan mulai menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid, dengan melakukan refleksi pada setiap selesai kegiatan pembelajaran di dalam kelas.</span></p>
<span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 107%;">Demikian semoga
bermanfaat, saran dan masukan silakan tulis di kolom komentar,</span></div><div><br /></div><div><br /></div><div><i>Sumber Materi :</i></div><div><i> <span style="font-size: x-small;">Simon Petrus Rafael, M.Pd</span></i></div><div><div><i><span style="font-size: x-small;">Bahan Ajar </span></i></div><div><i><span style="font-size: x-small;">Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak</span></i></div></div><div><i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></div><div><i><span style="font-size: x-small;">I Made Sukarda</span></i></div><div><i><span style="font-size: x-small;">CGP Denpasar</span></i></div><div><i><span style="font-size: x-small;">Penerapan Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara</span></i></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><br />Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-71681518419456780612022-08-29T17:53:00.001-07:002022-08-29T17:55:27.976-07:00Program Pendidikan Guru Penggerak<p style="text-align: justify;"> Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2019-2024 salah satu visi Pemerintah Republik Indonesia berfokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta. Visi tersebut terkait langsung dengan tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai penyelenggara pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan.</p><p style="text-align: justify;">Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta, Kemendikbud mengembangkan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar pada tahun 2019. Kebijakan ini dicetuskan sebagai langkah awal melakukan lompatan di bidang pendidikan. Tujuannya adalah mengubah pola pikir publik dan pemangku kepentingan pendidikan menjadi komunitas penggerak pendidikan. Filosofi “Merdeka Belajar” disarikan dari asas penciptaan manusia yang merdeka memilih jalan hidupnya dengan bekal akal, hati, dan jasad sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, merdeka belajar dimaknai kemerdekaan belajar yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan.</p><p style="text-align: justify;">Sebagai rangkaian kebijakan Merdeka Belajar, Kemendikbud telah mengeluarkan empat paket kebijakan, yang pada tahap pertama meliputi: </p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>Ujian Sekolah Berstandar Nasional diganti ujian (asesmen) yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Hal ini berimplikasi pada guru dan satuan pendidikanlebih merdeka dalam menilai belajar peserta didik.</li><li>Ujian Nasional tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang meniscayakan penyesuaian tata kelola penilaian pembelajaran di level satuan pendidikan maupun pada level nasional.</li><li>Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berimplikasi pada kebebasan guru untuk dapat memilih, membuat, dan menggunakan format RPP secara efisien dan efektif sehingga guru memiliki banyak waktu untuk mengelola pembelajaran.</li><li>Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah.</li></ol><p></p><p style="text-align: justify;">Keempat kebijakan tersebut tentu saja belum cukup untuk menghasilkan manusia unggul melalui pendidikan. Hal krusial yang mendasar untuk segera dilakukan adalah mewujudkan tersedianya guru Indonesia yang berdaya dan memberdayakan.</p><p style="text-align: justify;">Guru Indonesia yang diharapkan tersebut mencirikan lima karakter yaitu berjiwa nasionalisme Indonesia, bernalar, pembelajar, profesional, dan berorientasi pada peserta didik. Berbagai kebijakan dan program sedang diupayakan untuk hal tersebut dengan melibatkan berbagai pihak menjadi satu ekosistem pendidikan yang bergerak dan bersinergi dalam satu pola pikir yang sama antara masyarakat, satuan pendidikan, dan pemangku kebijakan.</p><p style="text-align: justify;">Program tersebut dinamakan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang sejatinya mengembangkan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru sebagai bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar melalui pendidikan guru. Pedoman ini disusun sebagai acuan implementasi agar program ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.</p><p style="text-align: justify;"><b>Kerangka Program Pendidikan Guru Penggerak</b></p><p style="text-align: justify;">PGP merupakankegiatan pengembangan profesi melalui pelatihandan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaranagar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri.</p><p style="text-align: justify;">Program ini bertujuan memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi kepada guru sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan serta berpotensi menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ketika berada di lingkungan satuan pendidikannya masing-masing. Rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya. </p><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;">Kemampuan menggerakkan komunitas belajar merupakankemampuan guru memotivasidan terlibat aktif bersama anggota komunitasnya untuk bersikap reflektif, kolaboratif serta berbagi pengetahuan yang merekamiliki dan saling belajar dalam rangka mencapai tujuan bersama. Komunitas pembelajar guru di antaranya Pusat Kegiatan Gugus (PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) serta komunitas praktis (Community of Practice) lainnya baik di dalam satuan pendidikan atau dalam wilayah yang sama.</p><p style="text-align: justify;"><b>Desain Program Pendidikan Guru Penggerak</b></p><p style="text-align: justify;">PGP didesain untuk mendukung hasil belajar yang implementatif berbasis lapangan dengan menggunakan pendekatan andragogi dan blended learningselama 6 (enam) bulan. Kegiatan PGP dilaksanakan menggunakan metode pelatihan dalam jaringan (daring), lokakarya, dan pendampingan individu. Proporsi kegiatan terdiri atas 70% belajar di tempat bekerja (on-the-job training), 20% belajar bersama rekan sejawat, dan 10% belajar bersama narasumber, fasilitator, dan pendamping. </p><p style="text-align: justify;">Asesmen dilakukan pada tahap pelatihan dan pendampingan dengan mendapatkan data hasil penugasan, praktik dan observasi fasilitator dan pendamping. Umpan balik dari rekan sejawat, kepala sekolah dan peserta didik digunakan sebagai bagian dari proses refleksi dan pengembangan diri Guru Penggerak. Asesmen pada hasil belajar peserta didik dilakukan saat proses evaluasi dampak (impact evaluation).</p><p style="text-align: justify;">PGP menerapkan andragogi, pembelajaran berbasis pengalaman, kolaboratif, dan reflektif sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut.</p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigpxinlOw-Qh6sU8diSqs78tjnLSaeI2BbO5vk3ABgFSZ169Twh4RazIpDKKZOQoWhzFoRy1KQEIQfhCqaXgQWDKt5neakDBqo-EZSqTLzhfIggt-WB7ytbjS664QYRm6wasN58CCYchNuiOYWW-Rl0C9vaqnQX1uxJQKlxCWjyryXfaCLoa1Ezqga/s1207/desain%20GP.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="622" data-original-width="1207" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigpxinlOw-Qh6sU8diSqs78tjnLSaeI2BbO5vk3ABgFSZ169Twh4RazIpDKKZOQoWhzFoRy1KQEIQfhCqaXgQWDKt5neakDBqo-EZSqTLzhfIggt-WB7ytbjS664QYRm6wasN58CCYchNuiOYWW-Rl0C9vaqnQX1uxJQKlxCWjyryXfaCLoa1Ezqga/w580-h299/desain%20GP.png" width="580" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><b>Tujuan Program Pendidikan Guru Penggerak</b></p><p style="text-align: justify;">PGP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dan pedagogi guru sehingga dapat menghasilkan profil guru penggerak sebagai berikut:</p><p style="text-align: justify;"></p><ol><li>mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi, dan kolaborasi;</li><li>memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik;</li><li>merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua;</li><li>mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi satuan pendidikan yang mengoptimalkan proses belajar peserta didik yang berpihak pada peserta didik dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar satuan pendidikan; dan</li><li>berkolaborasi dengan orang tua peserta didik dan komunitas untuk pengembangan satuan pendidikan dan kepemimpinan pembelajaran.</li></ol><div><b>Manfaat Program Pendidikan Guru Penggerak</b></div><p></p><div style="text-align: justify;">Manfaat Pendidikan Guru Penggerak adalah sebagai berikut: </div><div><div style="text-align: justify;"><ol><li>bergeraknya komunitas belajar secara berkelanjutan sebagai tempat diskusi dan simulasi agar guru dapat menerapkan pembelajaran aktif yang sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan peserta didik;</li><li>diterapkannya pembelajaran aktif oleh guru lain di lingkungan satuan pendidikannya dan lingkungan sekitar sebagai dampak bergeraknya komunitas guru secara berkelanjutan; </li><li>terbangunnya rasa nyaman dan bahagia peserta didik berada di lingkungan satuan pendidikan;</li><li>meningkatnya sikap positif peserta didik terhadap proses pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar;</li><li>terwujudnya lingkungan fisik dan budaya satuan pendidikan yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik; dan</li><li>terbukanya kesempatan bagi guru penggerak untuk menjadi pemimpin satuan Pendidikan</li></ol><div><b>Perjalanan Program Pendidikan Guru Penggerak</b></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOcwI7fIEL1AxJUb84VLI095Lx31DF1R1M2dbe_9CCIfU_QqtWnEQQgH8sQgawgAy9i1yx1wPJ5qg3z9Zko4Y_I5spgpFdnPQlnxuofS5-LhqYJJXiP9zLi6mYfmziN8yodJHMotnT6gY0YTBCfXrctSrRwP4gFr4qTr0G3Q0Ojhp6vmNQPUh5MI4t/s2880/Perjalanan%20CGP%20(1).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1436" data-original-width="2880" height="331" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOcwI7fIEL1AxJUb84VLI095Lx31DF1R1M2dbe_9CCIfU_QqtWnEQQgH8sQgawgAy9i1yx1wPJ5qg3z9Zko4Y_I5spgpFdnPQlnxuofS5-LhqYJJXiP9zLi6mYfmziN8yodJHMotnT6gY0YTBCfXrctSrRwP4gFr4qTr0G3Q0Ojhp6vmNQPUh5MI4t/w662-h331/Perjalanan%20CGP%20(1).png" width="662" /></a></div><br /><div><br /></div></div></div><p style="text-align: justify;"> Sumber Materi : <i>Program Guru Penggerak ; https://lms23-gp.simpkb.id/course/view.php?id=488</i></p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-82067408501135724162022-07-23T02:59:00.004-07:002022-07-23T03:00:46.859-07:00Pemutakhiran Data Sistem Belajar.id bagi Pendidik, Peserta Didik & Tenaga Kependidikan<p style="text-align: justify;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCZNwFA-N7IRuMfLgfTFkTLYeomG98ok-o5tFPp7vOI87JkdItDZLEsZsnfAqJ53AhYFdo5ErYt6ijPBAqF5d5jopz7EB1gS1hHhAffuTiQ6F7BqCtejBSPocSLsdzVnpQ0trmMShufmbT6hKJXXtH57ISMBKA8AnDnaTjDsH9adAWCKX5qWfDK1X1/s1053/Belajar.id.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="301" data-original-width="1053" height="154" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCZNwFA-N7IRuMfLgfTFkTLYeomG98ok-o5tFPp7vOI87JkdItDZLEsZsnfAqJ53AhYFdo5ErYt6ijPBAqF5d5jopz7EB1gS1hHhAffuTiQ6F7BqCtejBSPocSLsdzVnpQ0trmMShufmbT6hKJXXtH57ISMBKA8AnDnaTjDsH9adAWCKX5qWfDK1X1/w541-h154/Belajar.id.png" width="541" /></a></div><p style="text-align: justify;"> Per bulan Juli 2022, dilakukan pemutakhiran data pada sistem Belajar.id. Pemutakhiran data ini dimaksudkan agar akun Belajar.id dapat tersinkronisasi secara otomatis dengan data yang ada di Dapodik, sehingga detail nama akun, data profil, dan lainnya akan terus diperbarui tanpa harus mengubah secara manual.</p><p style="text-align: justify;">Apa tujuan dari pemutakhiran data itu sendiri?</p><p style="text-align: justify;">Sinkronisasi data pada sistem Belajar.id dengan data yang tersedia di Dapodik secara berkala.</p><p style="text-align: justify;">Dengan adanya email notifikasi yang akan Anda terima setiap terdapat perubahan data, pendidik dan tenaga kependidikan menjadi lebih mengetahui apabila ada pembaruan yang harus segera dilakukan.</p><p style="text-align: justify;">Bagaimana bentuk notifikasi yang Anda terima ketika ada pemutakhiran data?</p><p></p><ol style="text-align: left;"><li>Akun Pendidik & Tenaga Kependidikan dinonaktifkan</li><li>Akun Pendidik & Tenaga Kependidikan Menjadi Admin atau Sebaliknya</li><li>Akun Pendidik & Tenaga Kependidikan Berubah Karena Mutasi</li><li>Akun Peserta Didik Pindah Jenjang</li><li>Akun Peserta Didik Dinonaktifkan</li></ol><p></p><p>Siapa saja yang terkena dampak dari pemutakhiran data tersebut?</p><table align="left" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background: white; border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 6.75pt; margin-right: 6.75pt; mso-border-alt: outset black .75pt; mso-table-anchor-horizontal: page; mso-table-anchor-vertical: margin; mso-table-left: 43.3pt; mso-table-lspace: 9.0pt; mso-table-rspace: 9.0pt; mso-table-top: 22.6pt; mso-yfti-tbllook: 1184; width: 577px;">
<tbody><tr style="height: 16.5pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="background: royalblue; height: 16.5pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><b><span style="color: #e6e6e6; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">No</span></b><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="background: royalblue; height: 16.5pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><b><span style="color: #e6e6e6; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pengguna/Peran</span></b><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="background: royalblue; height: 16.5pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><b><span style="color: #e6e6e6; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kondisi</span></b><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 33pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">1<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pendidik & Tenaga Kependidikan (PTK)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Data sekolah di
Dapodik tidak ada, misalnya: sekolah ditutup<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 50.25pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td style="height: 50.25pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">2<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 50.25pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pendidik<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 50.25pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Berpindah peran
menjadi admin di sekolah yang sama. Misal: diangkat menjadi kepala sekolah<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 33pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">3<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Tenaga Kependidikan (Admin)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Berpindah peran menjadi Pendidik di sekolah yang sama<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 33pt; mso-yfti-irow: 4;">
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">4<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pendidik & Tenaga Kependidikan (PTK)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Mutasi di jenjang
yang sama atau jenjang yang berbeda<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 33pt; mso-yfti-irow: 5;">
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">5<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pendidik & Tenaga Kependidikan (PTK)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Berhenti kerja
(pensiun, mengundurkan diri, pemecatan, atau meninggal dunia)<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 33pt; mso-yfti-irow: 6; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 43.3pt;" width="58">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; text-align: center;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">6<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 155.9pt;" width="208">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Peserta Didik<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="height: 33pt; padding: 0.75pt; width: 233.9pt;" width="312">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-element-anchor-horizontal: page; mso-element-frame-hspace: 9.0pt; mso-element-left: 43.35pt; mso-element-top: 22.6pt; mso-element-wrap: around; mso-element: frame; mso-height-rule: exactly;"><span style="color: #000c20; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.2pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pindah jenjang,
misalnya: SD ke SMP, SMP ke SMA, SMP ke SMK<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
</tbody></table><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Bagi Anda yang termasuk dalam kategori di atas, tidak perlu khawatir! Pastikan Anda melakukan pengecekan pada email akun Belajar.id Anda secara berkala. Hal ini agar Anda lebih mengetahui langkah-langkah selanjutnya apabila Anda mendapatkan email notifikasi.</p><p><br /></p><p>Sumber : </p><p> https://belajar.id/</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-51363736483816438392022-04-07T09:27:00.003-07:002022-04-07T09:30:51.720-07:00Penyesuaian Tarif PPN 11% Mulai 1 April 2022<p style="text-align: justify;"> <b>Pers Release Penyesuaian Tarif PPN 11% Mulai 1 April 2022 - Kementerian RI </b></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZxQLrqcxDPZxX5jNVi-gGutBVxtGk25CZS7J8sf_mJ0WXAkAuSCNXIp5iqWRsKSb_JX-F5Kc6JP-iHQKWsA_VXmd01rgApgEHqef3vYijPPpDQcbtpCpvYDbaI_QoPlloELOaDx2ruyVgn-odHA5Y0Nidrc_TvRKn2sG0u8LE3zMApGD-Nqp3gx6j/s286/ppn%2010%25.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="176" data-original-width="286" height="319" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZxQLrqcxDPZxX5jNVi-gGutBVxtGk25CZS7J8sf_mJ0WXAkAuSCNXIp5iqWRsKSb_JX-F5Kc6JP-iHQKWsA_VXmd01rgApgEHqef3vYijPPpDQcbtpCpvYDbaI_QoPlloELOaDx2ruyVgn-odHA5Y0Nidrc_TvRKn2sG0u8LE3zMApGD-Nqp3gx6j/w519-h319/ppn%2010%25.jpg" width="519" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Sehubungan dengan penyesuaian tarif PPN dari 10% menjadi 11% yang mulai berlaku tanggal 1 April 2022, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut:</p><p style="text-align: left;"></p><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Penyesuaian tarif PPN merupakan amanat pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).</li><li style="text-align: justify;">Kebijakan tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan dari reformasi perpajakan dan konsolidasi fiskal sebagai fondasi sistem perpajakan yang lebih adil, optimal, dan berkelanjutan.</li><li style="text-align: justify;">Barang dan Jasa tertentu TETAP DIBERIKAN FASILITAS BEBAS PPN antara lain:</li></ol><p></p><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><div><ul><li>barang kebutuhan pokok: beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah-buahan, sayur-sayuran, dan gula konsumsi;</li><li>jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa sosial, jasa asuransi, jasa keuangan, jasa angkutan umum, dan jasa tenaga kerja;</li><li>vaksin, buku pelajaran dan kitab suci;</li><li>air bersih (termasuk biaya sambung/pasang dan biaya beban tetap);</li><li>listrik (kecuali untuk rumah tangga dengan daya >6600 VA);</li><li>rusun sederhana, rusunami, RS, dan RSS;</li><li>jasa konstruksi untuk rumah ibadah dan jasa konstruksi untuk bencana nasional;</li><li>mesin, hasil kelautan perikanan, ternak, bibit/benih, pakan ternak, pakan ikan, bahan pakan, jangat dan kulit mentah, bahan baku kerajinan perak;</li><li>minyak bumi, gas bumi (gas melalui pipa, LNG dan CNG) dan panas bumi;</li><li>emas batangan dan emas granula;</li><li>senjata/alutsista dan alat foto udara</li></ul><span><!--more--></span><div><b>4. Barang tertentu dan jasa tertentu TETAP TIDAK DIKENAKAN PPN:</b></div></div><div><br /></div><div><div><ul><li>barang yang merupakan objek Pajak Daerah: makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;</li><li>jasa yang merupakan objek Pajak Daerah: jasa penyediaan tempat parkir, jasa kesenian dan hiburan, jasa perhotelan, dan jasa boga atau catering;</li><li>uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara, dan surat berharga;</li><li>jasa keagamaan dan jasa yang disediakan oleh pemerintah.</li></ul></div></div><div><b><span><!--more--></span>5. Sebagai bagian dari reformasi perpajakan, penyesuaian tarif PPN juga dibarengi dengan:</b></div><div><span><!--more--></span><div><ul><li>penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi atas penghasilan kena pajak Rp50 juta sampai dengan Rp60 juta dari 15% menjadi 5%;</li><li>pembebasan pajak untuk WP OP pelaku UMKM dengan omzet sampai dengan Rp500 juta;</li><li>fasilitas PPN final dengan besaran tertentu yang lebih kecil, yaitu 1%, 2% atau 3%;</li><li>layanan restitusi PPN dipercepat sampai dengan Rp 5 Miliar tetap diberikan.</li></ul></div><div style="font-weight: bold;"><br /></div></div><span><!--more--></span><div><br /></div><div>6. Di samping dukungan perpajakan, pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga tetap melanjutkan dan akan memperkuat dukungannya berupa perlindungan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat dan kondisi perekonomian nasional.</div><span><!--more--></span><div>7. Pemerintah akan terus merumuskan kebijakan yang seimbang untuk menyokong pemulihan ekonomi, membantu kelompok rentan dan tidak mampu, mendukung dunia usaha terutama kelompok kecil dan menengah, dengan tetap memperhatikan kesehatan keuangan negara untuk kehidupan bernegara yang berkelanjutan.</div><span><!--more--></span><div>8. Pengaturan lebih lanjut mengenai UU HPP klaster PPN akan tertuang dalam:</div><span><!--more--></span><div><div><ul><li>PMK tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN atas Pemanfaatan BKPTB dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean Melalui PMSE;</li><li>PMK tentang PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri;</li><li>PMK tentang PPN atas LPG Tertentu;</li><li>PMK tentang PPN atas Penyerahan Hasil Tembakau;</li><li>PMK tentang PPN atas Penyerahan Barang Hasil Pertanian Tertentu;</li><li>PMK tentang PPN atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas;</li><li>PMK tentang PPN atas Penyerahan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian;</li><li>PMK tentang PPN atas Penyerahan JKP Tertentu;</li><li>PMK tentang Kriteria dan/atau Rincian Makanan dan Minuman, Jasa Kesenian dan Hiburan, Jasa Perhotelan, Jasa Penyediaan Tempat Parkir, serta Jasa Boga atau Katering, yang Tidak Dikenai PPN;</li><li>PMK tentang Penunjukan Pihak Lain sebagai Pemungut Pajak dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan/atau Pelaporan Pajak yang Dipungut oleh Pihak Lain atas Transaksi Pengadaan Barang dan/atau Jasa melalui Sistem Informasi Pengadaan Pemerintah;</li><li>PMK tentang PPN dan PPh atas Transaksi Perdagangan Aset Kripto;</li><li>PMK tentang PPh dan PPN atas Penyelenggaraan Teknologi Finansial;</li><li>PMK tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan PKP, serta Pemotongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak bagi Instansi Pemerintah;</li><li>PMK tentang PPN atas Penyerahan Jasa Agen Asuransi, Jasa Pialang Asuransi, dan Jasa Pialang Reasuransi.</li></ul><div><div>9. Direktorat Jenderal Pajak telah menyesuaikan aplikasi layanan perpajakan, seperti:</div><div>e-Faktur Desktop, e-Faktur Host to Host, e-Faktur Web, VAT Refund, dan e-Nofa Online.</div><div><br /></div><div>Demikian disampaikan, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan RI</div></div></div><div>Dokumen selengkapnya bisa <a href="https://drive.google.com/file/d/1ec0MtI3abxa2VLB7ziQAjYJy3fEfs7wI/view?usp=sharing" target="_blank">unduh disini.</a></div><div><br /></div><div><br /></div></div><div><div>Rahayu Puspasari</div><div>Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi</div><div>Kementerian Keuangan</div></div></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-85078738830033510552022-03-20T05:09:00.003-07:002022-03-20T05:16:58.421-07:00Improving Student Learning Outcomes With DORA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih7PB4oAT0f4NxFn-lI6sKPwAP6zlrUIFe3UpDS7kwdTIxHTNejauxwyqocZewXs_O5PmhaXqIZwE3HEAPsWS4I0BGMuaolLucBrzUf-d-JsBFbdG3wiLd0N41Ulb5s3CUsiPfQQyQ7wjWA9maJzyxQMXgqII1IiweYl6icnLxX2lzS8SidwfOvt_p/s511/Screenshot_2016-09-18-22-20-01-1-1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="511" data-original-width="448" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih7PB4oAT0f4NxFn-lI6sKPwAP6zlrUIFe3UpDS7kwdTIxHTNejauxwyqocZewXs_O5PmhaXqIZwE3HEAPsWS4I0BGMuaolLucBrzUf-d-JsBFbdG3wiLd0N41Ulb5s3CUsiPfQQyQ7wjWA9maJzyxQMXgqII1IiweYl6icnLxX2lzS8SidwfOvt_p/s320/Screenshot_2016-09-18-22-20-01-1-1.png" width="281" /></a></div><p style="text-align: justify;">Various learning models are used in the delivery of learning materials in schools. The teacher's teaching pattern is closely related to the choice of method, if the lesson material is presented in an attractive way, it is likely that student learning motivation will increase.</p><p style="text-align: justify;">Learning by doing (Learning by doing) is the initial cycle in experiential learning. The application model is designed to allow students to learn to actually do things</p><p style="text-align: justify;"><b>Learning by doing is essentially useful for the following:</b></p><p style="text-align: justify;"><b>a. Cultivate learning motivation</b></p><p style="text-align: justify;">Students will be more motivated if in learning they do it directly to complete the practical task until they can because they are challenged by the completion target. Even if they start from a mistake in practice, they will continue to be motivated to do what is considered right.</p><p style="text-align: justify;"><b> b. Encouraging students to be active</b></p><p style="text-align: justify;">Learning while doing, of course, can trigger students to be active through various artificial and natural activities.</p><p style="text-align: justify;"><b> c. Respect individual differences.</b></p><p style="text-align: justify;">Learning by doing is very useful for appreciating the individual differences that appear when students carry out practical activities. If students are silent, the teacher will find it difficult to know individual differences.</p><p style="text-align: justify;"><b> d. Teach with feedback.</b></p><p style="text-align: justify;">The teacher will be able to immediately provide feedback on the actions of students because they immediately recognize it. Feedback can be done in terms of student behavior and absorption.</p><p style="text-align: justify;"><b>e. Facilitate absorption of concepts.</b></p><p style="text-align: justify;"> When students practice directly, error after mistake will appear by itself and without realizing it. That's when the teacher can convey the correct concept. the teacher can observe carefully the actions of students. The results of these observations are used as provisions for improvement.</p><p style="text-align: justify;">Learning by doing must involve a connection between action and thought. Kolb (2006:35) provides a cycle involving four successive stages that can simply be developed into DORA (Do, Observation, Reflective, Application) in every learning activity while doing which forms a learning cycle that must be followed sequentially without interruption in order to get results. the maximum.</p><p style="text-align: justify;"><b>The DORA pattern in question is:</b></p><p style="text-align: justify;"><b><i>(a) DO ;</i></b></p><p style="text-align: justify;"> First, the teacher gives an introduction in the form of instructions for carrying out activities for students. Furthermore, students carry out activities according to the introductory content in the form of practice, exploration, simulation, testing and application of something. When students carry out activities, the teacher provides broad opportunities for students to actualize their abilities without teacher intervention. The student's work is an initial fact of the ability limit shown to get perfection.</p><p style="text-align: justify;"><i><b> (b) Observation ;</b></i></p><p style="text-align: justify;">The second stage, the teacher observes in depth both the behavior and content of the material shown by students when carrying out Do. It is better if the teacher uses an instrument when making observations, the teacher records information that is deemed necessary as material for the next stage.</p><p style="text-align: justify;"> <i><b>(c) Reflevtive ;</b></i></p><p style="text-align: justify;">In this third stage, the teacher provides an evaluation of the competencies shown by the students. The teacher shows the results of student performance that are good and need to be improved. Then the teacher presents the right material according to basic competencies through power points, flip carts, material cards or others according to the subject matter.</p><p style="text-align: justify;"><b><i>(d) Application ;</i></b></p><p style="text-align: justify;">In the fourth stage, students try again, practice, simulate, or apply according to the results of reflection in the third stage. The implementation is done in order to show more perfect results than the results in the first order (DO). This Do, Observation, Reflevtive, Application stage is also the second DO to be observed, reflected, and applied for the next stage.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Daftar Pustaka : </p><p style="text-align: justify;">Kemendikbud. 2010. <i>Pendidikan Kepramukaan di Sekolah Dasar</i>. Jakarta</p><p style="text-align: justify;">Mulyono, Luwes Traviari Agusta, dkk. 2021. <i>Kursus Pembina Pelatih Pramuka</i>. Semarang</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0Kec. Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia-6.7655620999999986 111.4898509-35.075795936178842 76.3336009 21.544671736178849 146.6461009tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-14545710785938749792022-03-20T04:59:00.003-07:002022-03-20T05:15:47.176-07:00Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan DORA<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo2NvAVdke5JKrR3aP8uXI2bPE48oSlg2yV9qYQYvyR-M99P7ukQjTYMzQyudYn8J29pPC5UOuCkpkkcohBTT-hIsejsGuaj9U_g8p5C5_3l0c3Ke8hl6lvSkClm1PcQJmN5TvDix94xynYCpMWrpRipJwN5tEdRUlwwetYrJLM3B7MackQLV7nIOo/s511/Screenshot_2016-09-18-22-20-01-1-1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="511" data-original-width="448" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo2NvAVdke5JKrR3aP8uXI2bPE48oSlg2yV9qYQYvyR-M99P7ukQjTYMzQyudYn8J29pPC5UOuCkpkkcohBTT-hIsejsGuaj9U_g8p5C5_3l0c3Ke8hl6lvSkClm1PcQJmN5TvDix94xynYCpMWrpRipJwN5tEdRUlwwetYrJLM3B7MackQLV7nIOo/s320/Screenshot_2016-09-18-22-20-01-1-1.png" width="281" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Berbagai model pembelajaran digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran disekolah. Pola pengajaran guru berkaitan erat dengan pilihan metode, jika bahan pelajaran disajikan secara menarik besar kemungkinan motivasi belajar siswa akan meningkat. </p><p style="text-align: justify;">Belajar sambil melakukan (Learning by doing ) merupakan siklus awal dalam pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning). Model penerapan dirancang untuk memungkinkan peserta didik agar belajar benar-benar melakukan. </p><p style="text-align: justify;">Belajar sambil melakukan pada hakekatnya bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut : </p><p style="text-align: justify;"><b>a. Menumbuhkan motivasi belajar </b></p><p style="text-align: justify;">Peserta didik akan lebih termotivasi jika dalam belajar mereka melakukan secara langsung untuk menyelesaikan tugas praktiknya sampai bisa karena tertantang oleh target penyelesaian. Meskipun berangkat dari sebuah kesalahan saat praktik, mereka akan terus termotivasi untuk melakukan hal yang dianggap benar.</p><p style="text-align: justify;"><b> b. Memantik peserta didik untuk beraktifitas</b></p><p style="text-align: justify;">Belajar sambil melakukan tentu dapat memantik peserta didik untuk beraktifitas melalui berbagai kegiatan buatan maupun alami.</p><p style="text-align: justify;"><b> c. Menghargai perbedaan individual. </b></p><p style="text-align: justify;">Belajar sambil melakukan sangat bermanfaat untuk menghargai perbedaan individual yang tampak saat peserta didik melangsungkan aktivitas praktik. Jika peserta didik berdiam diri saja, guru akan sulit mengetahui perbedaan individual.</p><p style="text-align: justify;"><b> d. Mengajar dengan umpan balik. </b></p><p style="text-align: justify;">Guru akan dapat segera melakukan umpan balik terhadap tindakan peserta didik karena langsung mengenali. Umpan balik dapat dilakukan dalam hal perilaku dan daya serap peserta didik. </p><p style="text-align: justify;"><b>e. Memudahkan penyerapan konsep.</b></p><p style="text-align: justify;"> Saat peserta didik praktik langsung, kesalahan demi kesalahan akan muncul dengan sendirinya dan tanpa disadari. Saat itulah, guru dapat menyampaikan konsep yang benar. guru dapat mengamati dengan seksama tindakan peserta didik. Hasil amatan itu digunakan sebagai bekal untuk perbaikan.</p><p style="text-align: justify;">Belajar sambil melakukan harus melibatkan hubungan antara perbuatan dan pemikiran. Kolb (2006:35) memberikan siklus yang melibatkan empat tahap yang berurutan secara sederhana dapat dikembangkan menjadi D-O-R-A (Do, Observation, Reflective, Application) dalam setiap melakukan kegiatan belajar sambil melakukan yang membentuk siklus belajar yang harus diikuti secara berurutan tanpa terputus agar mendapatkan hasil yang maksimal. </p><p style="text-align: justify;"><b>Pola DORA yang dimaksud adalah : </b></p><p style="text-align: justify;"><i><b>(a) DO (Lakukan); </b></i></p><p style="text-align: justify;"> Pertama guru memberikan pengantar berupa petunjuk untuk melakukan kegiatan bagi peserta didik. Selanjutnya peserta didik melakukan kegiatan sesuai dengan isi pengantar berupa praktik, eksplorasi, simulasi, ujicoba dan penerapan sesuatu. Saat peserta didik melakukan kegiatan, guru memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya tanpa campur tangan guru. Hal kerja peserta didik merupaka fakta awal batas kemampuan yang ditunjukkan untuk mendapatkan penyempurnaan.</p><p style="text-align: justify;"><b><i> (b) Observation (Observasi); </i></b></p><p style="text-align: justify;">Tahap kedua, guru mengamati secara mendalam baik tingkah laku maupun isi materi yang ditunjukkan peserta didik saat menjalankan Do. Sebaiknya guru menggunakan instrumen saat melakukan observasi, guru mencatat informasi yang dipandang perlu sebagai bahan untuk tahap selanjutnya.</p><p style="text-align: justify;"><i><b> (c) Reflevtive (Refleksi); </b></i></p><p style="text-align: justify;">Pada tahap tiga ini, guru memberikan evaluasi atas kompetensi yang ditunjukan siswa. Guru menunjukkan hasil kinerja siswa yang baik dan yang perlu diperbaiki. Kemudian guru menyajikan materi yang tepat sesuai dengan kompetensi dasar melalui power point, flip cart, kartu materi atau yang lain sesuai dengan materi pelajaran. </p><p style="text-align: justify;"><i><b>(d) Aplication (Penerapan); </b></i></p><p style="text-align: justify;">Pada tahap keempat peserta didik mencoba ulang, mempraktikkan, menyimulasikan, atau menerapkan sesuai dengan hasil refeksi pada tahap ketiga. Penerapan dilakukan agar menunjukkan hasil yang lebih sempurna dibandingkan hasil diurutan pertama (DO). Tahap Do, Observation, Reflevtive, Aplication ini juga merupakan DO yang kedua untuk diobservasi, direfleksi, dan diaplikasikan untuk tahap berikutnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Daftar Pustaka : </p><p style="text-align: justify;">Kemendikbud. 2010. <i>Pendidikan Kepramukaan di Sekolah Dasar.</i> Jakarta</p><p style="text-align: justify;">Mulyono, Luwes Traviari Agusta, dkk. 2021. <i>Kursus Pembina Pelatih Pramuka</i>. Semarang</p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0Rembang, Kec. Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia-6.7093739 111.3413151-35.019607736178848 76.1850651 21.600859936178846 146.4975651tag:blogger.com,1999:blog-3325857887372718568.post-9551983299778013982022-02-27T07:37:00.001-08:002022-02-27T07:37:28.490-08:00Peran dan Tantangan PJOK di Masa Pandemi<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjzdqTedDX5NOaTF-25VLWMkuPalarR1DIKmsoaF52jtfYuzTevT8yBt6HO9oL6uVU8yQEsJ52wZe7B_MXDGJNM_sDMh4u8tnXp_KabszqjihCV6_1E6_ddCjohkkPUG2kRisWrh1iZGTS8jDcq3k5WvvKnmn8TPQktowJATM158Pa-a49U5Vy-5ai-=s511" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="511" data-original-width="448" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjzdqTedDX5NOaTF-25VLWMkuPalarR1DIKmsoaF52jtfYuzTevT8yBt6HO9oL6uVU8yQEsJ52wZe7B_MXDGJNM_sDMh4u8tnXp_KabszqjihCV6_1E6_ddCjohkkPUG2kRisWrh1iZGTS8jDcq3k5WvvKnmn8TPQktowJATM158Pa-a49U5Vy-5ai-=s320" width="281" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Sejak ditemukan di China pada 2019, virus Covid 19 seakan tidak mau berhenti menular dari satu manusia ke manusia lain. Virus menyebar dari wilayah utara ke wilayah selatan, bahkan menular dari negara satu ke negara lain. Setidaknya dalam halaman resmi WHO, awal November tahun ini, lebih dari 5 juta jadi korban keganasan Covid 19 di berbagai penjuru dunia. Sejauh ini pula, belum ada kepastian Covid ini akan segera berlalu. </p><p style="text-align: justify;"><span style="white-space: pre;"> </span>Efek pandemi layaknya sebuah domino yang saling berjatuhan berurutan, satu persatu sektor terkena imbasnya. Demi meminimalisir terjadinya penularan, berbagai kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerumunan, mulai dilarang. Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). </p><div style="text-align: justify;"><div>Berdasar Surat Edaran Mendikbud no 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona mengharuskan guru melakukan pembelajaran secara daring. Kondisi yang tidak memungkinkan pertemuan secara fisik ini memang menguntungkan di masa pandemi, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK), khususnya dalam melaksanan sasaran dan tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat tercapai. </div><div><br /></div><div>LEBIH DARI AKTIVITAS FISIK </div><div><br /></div><div><span style="white-space: pre;"> </span>Salah satu cara penanggulang penularan Covid 19 adalah memperkuat imunitas. Imunitas dapat diperkuat dengan makanan yang sehat dan aktivitas olahraga yang teratur. </div><div><span style="white-space: pre;"> </span>Angka penularan Covid 19 pada anak cukup tinggi di Indonesia. Dengan asumsi, bahwa 2/3 anak yang terinfeksi adalah peserta didik, bisa mengantarkan kita pada kesimpulan anak anak adalah pihak yang rentan terkena covid 19. Selain membutuhkan kesadaran akan protocol Kesehatan yang tidak boleh diabaikan, anak anak juga harus dipahami tentang kebugaran sebagai salah satu pencegah infeksi covid 19. </div><div><span style="white-space: pre;"> </span>Kondisi inilah yang membutuhkan bimbingan dari Guru PJOK. PJOK sudah seharusnya memberikan pemahaman olahraga yang baik dan benar. Dengan memberikan pemahaman yang proporsional tentang aktivitas olahraga, maka potensi penularan covid 19 semakin sedikit dan tubuh tetap bugar dalam menjalankan aktivitas. </div><div><br /></div><div>TANTANGAN INFRASTUKTUR </div><div><br /></div><div><span style="white-space: pre;"> </span>Pandemi Covid yang memaksa semua pembelajaran dilakukan lewat daring, tidak terkecuali Mata Pelajaran PJOK. Karakter mata pelajaran yang membutuhkan simulasi dan praktik langsung dengan pendampingan dari Guru, sangat susah apabila diterapkan secara daring. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi hambatan utama. </div><div><br /></div><div>Pertama, Jaringat Internet yang kurang memadai. Pembelajaran melalui daring sangat membutuhkan koneksi Internet yang stabil. Namun harus diakui, tidak semua wilayah di Indonesia (bahkan Jawa) dengan memiliki kekuatan koneksi yang sama. </div><div><br /></div><div>Kedua, peran peserta didik. Medan geografis yang sukar seringkali ditambah dengan peran peserta didik yang minim. Sekalipun jaringan Internet memadai, namun sukar untuk dijamin dari peserta didik benar benar mengikuti pelajaran. Godaan game dan luasnya dunia internet sangat mungkin membuat focus peserta didik terdistraksi. </div><div><br /></div><div><div>Ketiga, penguasaan teknologi yang lemah. Beberapa guru PJOK seringkali kesulitan mengakses gadget atau memanfaatkan aplikasi yang mendukung pembelajaran. Hal ini sangat disayangkan, dengan atensi peserta didik yang kurang, sudah seharusnya para guru lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran. </div><div>Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan tiga langkah. Pertama, pelatihan bagi guru PJOK untuk meningkatkan kemampuan digitalisasi, hal ini bertujuan mendorong para guru lebih kreatif dalam memberikan materi. Kedua, peningkatan peran peserta didik perlu pengawasan misalnya dari orang tua. Dan ketiga, perlu dukungan pemerintah dalam meratakan pembangunan jaringan internet. Tentu saja hal ini untuk mendukung Pendidikan 4.0</div></div><div><br /></div></div>Wahyuhttp://www.blogger.com/profile/14799663413235514307noreply@blogger.com0